Cara Pintar Hadapi DOC Bawah Standar

Perlakuan ekstra dan tepat, akan mendongkrak performa “DOC bawah standar” hingga mampu mengejar performa standar

 

Kurun waktu 2 – 3 bulan terakhir, peternak broiler di berbagai daerah kembali dipusingkan dengan banyaknya DOC (Day Old Chick) yang kualitasnya di bawah standar.  Kualitas rendah ini ditandai dengan bobot badan yang kurang dari 37 gram/ekor, bulu kusam serta kaki kering. Dalam perjalanan periode pemeliharaan, tingkat afkir bisa mencapai 7 % dari populasi DOC.

 

Keterangan sekaligus keluhan ini disampaikan Sugeng, peternak broiler dari Bogor. Ia mengaku, mendapatkan sejumlah DOC dengan umur sama tetapi bobot badan bervariasi. Menurut pengakuannya, ia melakukan nekropsi secara sampling pada ayam umur 2 minggu, dan menemukan kelainan berupa kekuningan pada organ dalam ayam. “Tingkat kejadiannya berkisar 20 % dari populasi, dengan kematian di umur 2 minggu mencapai 4,5 %,” sebut Sugeng rigid kepada TROBOS.

 

Tak pelak, keadaan ini membengkakkan biaya produksi karena ia harus mengeluarkan biaya ekstra dalam manajemen pemeliharaan, pengobatan dan manajemen kandang. “Upaya lebih harus dilakukan untuk menekan mortalitas,” ujar pemilik populasi 27 ribu broiler ini. Parahnya lagi, produktivitas masa panen lebih lama 2 – 3 hari ketimbang kondisi normal.

 

Pola Tahunan

Fenomena menurunnya kualitas DOC, menurut keterangan Hadi Wibowo, Product Manager PT Sumber Multivita teramati sejak Agustus – September 2011 dalam jumlah sedikit, dan puncaknya sekitar 2 – 3 bulan lalu. “Tapi saya melihat beberapa breeder sudah melakukan upaya-upaya agar DOC jelek tidak terjadi lagi. Dan kalau skenarionya baik maka di bulan 5 dan 6 DOC jelek tidak akan terjadi lagi, meskipun memulihkan produktivitas induk tidak bisa secepat itu,” imbuh dia.

 

Senada, Nuryanto, Manajer Produksi dan Pengawas Kesehatan Hewan, CV Satwa Utama Group membenarkan sekitar 2 bulan ini DOC yang ia terima menurun kualitasnya. “Tapi kalau melihat grafik tahunan, fenomena ini lazim. Di bulan ke-3 dan 4 biasa ada sedikit masalah pada kualitas DOC,” kata Nuryanto. Disebutnya, ritme dari tahun ke tahun ini terbaca sebagai tren. Dan merata di semua daerah. Bahkan di Medan, ia sebut, di bulan-bulan tersebut peternak secara ekstrim bisa menebak DOC yang bakal beredar.

 

Nuryanto juga memprediksi, kualitas DOC seharusnya membaik pada Mei dari segi jumlah dan kualitas. Karena menurut perkiraan, Mei produksi DOC akan meningkat bila tidak terjadi masalah di breeding. “Cuaca pun sudah tidak terlalu fluktuatif, semestinya kualitas DOC lebih baik,” ia meramalkan.

 

Hadi menjelaskan, parameter fisik DOC dikatakan bagus, pertama dengan mengamati  pergerakannya atau kelincahannya. DOC yang bersuara kuat dan aktif berlarian mengindikasikan standar kelincahannya bagus. Kedua, standar bobot badan. Yang bagus sekitar 40 gram. Cara gampangnya, ia menambahkan petunjuk, badan terlihat berisi. “Ada istilah DOC kapas. Ini untuk menyebut DOC yang lincah, tapi pas dipegang nggak bagus. Biasanya kecil banget, 33 – 34 gram bobotnya,” sebutnya.

 

Genetik broiler saat ini luar biasa. Potensi genetiknya dibakukan pada minggu ke-2 pemeliharaan sudah mencapai bobot standar 600 gram. Minggu ke-3 di angka 1,1 – 1,2 kg; dan umur 4 minggu sudah 1,6 – 1,7 kg bahkan 1,8 kg. Broiler dengan bobot badan tidak masuk angka standar, biasanya terkait dengan masalah DOC yang di bawah standar.

 

Upaya Penyelamatan
Sugeng mengeluhkan, sebagai peternak mandiri ia tidak bisa protes atau menuntut kompensasi kepada breeding sebagai produsen DOC. Ketika DOC yang diterima di bawah standar, ia tidak punya pilihan. ”Mau tidak mau harus menerima,” tutur Sugeng pasrah. Yang bisa ia lakukan adalah berusaha meningkatkan kualitas manajemen pemeliharaan serta pengobatan ekstra bagi DOC yang bermasalah untuk menekan kerugian.

 

Hadi memberikan saran, sebaiknya peternak dan tenaga kandang lebih total mempersiapkan chick in (pemasukan DOC). ”Persiapan pemanas dan air minum wajib dilakukan minimal ½ jam sebelum DOC datang,” pesan Hadi. Pemanas untuk menyesuaikan suhu kandang dengan suhu tubuh DOC sehingga saraf sensorik yang berfungsi sebagai thermoregulator (pengatur suhu tubuh) tidak terganggu. Sementara air minum bertujuan untuk rehidrasi DOC (memulihkan cairan tubuh yang hilang) selama perjalanan.

 

Nuryanto bahkan membuat standar ”ritual penyambutan” DOC ini 1 atau 2 jam sebelum kedatangan. Air minum disiapkan hangat-hangat kuku, agar tidak kaget dengan air dingin dan tempat minum diperbanyak. Kedalamnya bisa ditambahkan gula atau sorbitol untuk suplai energi. Tempat pakan juga diperbanyak, dengan pakan yang butirannya disesuaikan ukuran paruh. Sementara suhu di brooding diatur pada 32 – 340 C saat DOC datang. ”Tetapi bukan harga mati. Kalau di 32o C ayam kepanasan, ya diturunkan,” imbuhnya.

 

Saat penerimaan ayam, utamanya ayam jangan terlalu lama mengalami stres. ”Biasanya harus dihitung dulu, kemudian grading baru masuk brooding. Ini terlalu lama yang berujung gangguan,” Nuryanto mewanti-wanti. Dijelaskannya stres akan memicu pelepasan hormon ACTH yang akan menganggu neuro-transmitter, sehingga feed intake sulit tercapai dan ayam jadi kurang seragam.

 

Untuk menghindari ini ayam harus segera dibuat nyaman, ”dipaksa” segera minum dan makan, sehingga organ-organ dalam terutama pencernaan segera bekerja dan proses hiperplasia (pertumbuhan sel) segera tercapai. ”DOC dimanjakan sesuai kemauan dan kenyamanannya,” pesan dokter hewan ini.

 

Perawatan Intensif
Dikatakan Hadi, DOC kecil langsung dipisahkan dari yang normal dan mendapatkan perlakuan khusus. Kelompok ini harus dirangsang nafsu makannya semaksimal mungkin. Mulai dengan pengenalan pakan, kemudian penambahan ATP (Adenosine Tri-Phospate) dalam air minum. Zat ini bekerja merangsang susunan saraf ke-9 di otak, yang berdampak memicu nafsu makan dan minum DOC.

 

Langkah ekstra mutlak dilakukan, dengan tujuan memperbaiki performa DOC dan merangsang pertumbuhan DOC semaksimal mungkin. Hadi mengaku sudah melakukan “resep” ini sejak 2005. Berdasarkan pengalamannya, perlakuan ini mampu mendongkrak performa DOC yang semula di bawah standar. “Akhirnya mampu mengejar performa DOC berkualitas standar,” tutur Hadi.

 

Selengkapnya baca di majalah Trobos edisi Mei 2012

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain