Rabu, 1 Oktober 2014

Produk Bioaditif Pakan Ternak

Isu keamanan pangan sudah menjadi tuntutan global. Penggunaan antibiotik sintetis masih kerap digunakan dengan cara dicampur pada pakan. Dikhawatirkan penggunaan antibiotik sintetis dapat memicu timbulnya residu dalam daging ternak yang membahayakan konsumen.

Menyikapi kondisi itu UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kabupaten Gunung Kidul – Jogjakarta melakukan penelitian untuk mengembangkan produk bioaditif untuk pakan ternak yang tidak menimbulkan residu pada daging ternak sehingga aman bagi konsumen.

Dikatakan Peneliti Produksi Ternak UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia LIPI Kabupaten Gunung Kidul – Jogjakarta, Awistaros Angger Sakti, penelitian ini dilakukan sejak 2003 dengan memanfaatkan kekayaan alam sebagai obat herbal yang melimpah ruah di daerah Gunung Kidul. “Di daerah kami kaya akan tanaman herbal dan merupakan daerah sentra peternakan sehingga sangat menunjang penelitian ini,” katanya.

Pria yang akrab disapa Awis ini melanjutkan, bahan alami yang banyak ditemui di Gunung Kidul seperti mengkudu dan kenikir. Sedangkan bahan non herbal yakni cacing tanah ditambah teknologi fermentasi, dan probiotik. “Ada 4 teknologi yang kami gabungkan yakni herbal, cacing tanah, fermentasi, dan probiotik. Dari kolaborasi ini dihasilkan beberapa produk untuk unggas dan ruminansia,” terang Awis.

Tingkatkan Performa Ternak
Penelitian yang dilakukan Awis dan tim menghasilkan produk bioaditif pakan untuk unggas yaitu Imunno-ChickTM sebagai imbuhan pakan untuk unggas berbentuk serbuk (pulvis). “Produk ini dapat mencegah berak kapur akibat bakteri Salmonella pullorum, menurunkan FCR (rasio konversi pakan), serta meningkatkan performa ternak unggas,” klaimnya.

Awis menjelaskan, komposisi dari produk tersebut ialah tepung cacing tanah spesies L. Rubellus, dedak padi yang telah difermentasi menggunakan mikroba Rhizopus orizae, tepung skim, dan bahan lain yang mendukung. “Dosis pemberiannya 0,25 % dari campuran pakan,” ucapnya.

Produk ini telah diuji dengan cara dicampur pada pakan ayam kampung, hasil pelleting menunjukkan kandungan nutrien pasca pencampuran adalah air 9,71 % dan PK (protein kasar) 14,35 %. Produk dengan harga yang dibandrol Rp 7.749 per 50 gram atau Rp 154.980 per kg ini merupakan merek dagang sejak 9 Oktober 2009 dan telah mendapatkan penghargaan masuk dalam 103 Inovasi Indonesia pada 2011.

Produk bioaditif lain untuk unggas yang juga berbentuk serbuk yaitu Herbalo-MixTM yang berfungsi untuk mencegah berak darah akibat parasit protozoa Eimeria tenella dan kolibasilosis akibat infeksi bakteri E. Coli strain APEC, menurunkan FCR, lemak, serta kolesterol daging. Produk yang cara pemberiannya dicampur pada air minum bukan pakan dan dijual Rp 9.342 per 50 gram atau Rp 186.840/kg ini dibuat dari perpaduan ekstrak tepung L. rubellus, tepung daun M. Citrifolia (mengkudu), kultur kering bakteri asam laktat (Pediococcus acidilactici, Lactobacillus sp.) 1 x 108 cfu/g, dan bahan lainnya (sukrosa, dan lain-lain).

Dosis pemberian produk yang mendapat merek dagang pada 12 Desember 2012 ini sebanyak 4 gram/kg bobot badan unggas yang digunakan 3 hari berturut-turut pada umur 2 minggu pertama lalu diulang pada 2 minggu berikutnya. Hasil uji tantang menyatakan nilai prevalensi ditemukannya kolibasilosis pada ayam setelah perlakuan selama pemeliharaan 35 hari dengan pemberian antibiotik komersial sebanyak 50 %, tanpa aditif sebanyak 100 %, dan probiotik komersial sebanyak 100 %. Sedangkan nilai prevalensi dengan menggunakan produk yang telah mendapatkan penghargaan masuk dalam 104 Inovasi Indonesia di 2012 ini mencapai 33,30 %.

Sedangkan produk bioaditif untuk ruminansia besar dan kecil yaitu Lemo-FitTM yang merupakan imbuhan pakan berbentuk pulvis untuk meningkatkan palatabilitas dan performa ternak. Produk yang digadang sebagai penyedap rasa bagi ternak dengan dosis pemberian sekitar 40 gram/ekor/hari memiliki komposisi bahan dedak padi, inokulum Rhizopus orizae, dan limbah cair deproteinasi kitin kitosan.

Produk yang dihargai Rp 2.550/120 gram atau Rp 21.249/kg ini memberikan aroma menarik pada pakan ternak ruminansia, terutama biasanya digunakan untuk sapi yang dibeli dari pasar atau dalam kondisi stres sehingga tidak nafsu makan sampai terjadi penurunan bobot badan. “Sapi yang diberi jerami saja dicampur dengan produk ini, peningkatan nafsu makannya sampai 2x lipat,” klaim Awis.


Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 181 / Okt 2014

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain