Perbaikan Nutrisi untuk Memperpendek Calving Interval


Mendapatkan pedet tentu menjadi kabar gembira bagi peternak sapi. Apalagi jika sapi betina yang dimiliki peternak konsisten melahirkan pedet untuk melancarkan usahanya.

Permasalahan di Lapangan
Menurut Hadisutanto (2008), idealnya seekor sapi betina bisa melahirkan pedet setiap tahun. Hal ini sangat dipengaruhi oleh calving interval setiap induk sapi. Calving interval atau jarak beranak pada sapi yang baik adalah 12-14 bulan dari kelahiran sebelumnya. Artinya, kondisi ini akan diperoleh jika masa kosong (days open) sapi berlangsung 85-120 hari dan rataan lama bunting berlangsung 278 hari.

Namun kenyataannya di peternakan rakyat, calving interval justru berlangsung lebih lama, mencapai 15-18 bulan. Dari fakta lapangan diketahui pula bahwa penyebab utamanya ialah kualitas sapi dara (betina muda) yang kurang baik serta permasalahan estrus (birahi) yang kerap muncul yaitu sapi tidak mengalami kebuntingan saat masa kosong berlangsung.

Sebelum sapi mengalami estrus, layaknya manusia, sapi dara akan mengalami puber. Sapi-sapi dara ini idealnya mengalami puber pada umur satu tahun. Akan tetapi sekarang ini kebanyakan di lapangan sapi puber pada umur dua tahun. Hal ini biasanya terjadi akibat folikel dalam ovarium sapi tidak tumbuh secara optimal, sehingga estrus pertama pun tidak muncul dengan cepat. Defisiensi/kekurangan nutrisi dan rendahnya bobot badan dapat menjadi pemicu hal ini.

Di sisi lain untuk sapi yang sudah pernah beranak sebelumnya, lamanya jarak estrus pertama post partus (setelah beranak) menjadi salah satu masalah pemicu lamanya calving interval. Estrus post partus atau estrus pertama setelah beranak merupakan mata rantai yang penting dalam proses reproduksi sehingga harus mendapatkan perhatian dalam pengelolaan reproduksi agar sapi tetap mempunyai kemampuan reproduksi yang optimum. Estrus pertama post partus berhubungan dengan aktivitas siklus ovarium yang kembali normal secara cepat setelah beranak.  

Pada masa awal setelah beranak, sapi betina harus menghasilkan susu untuk anaknya dan menyiapkan uterus, ovarium, dan organ-organ kelamin yang lain, serta sistem endokrin yang memulai siklus normal agar dapat bereproduksi lagi. Sapi dengan kondisi yang baik akan mengalami  estrus kembali dalam jangka waktu tidak lebih dari 40 hari setelah beranak (Stevenson, 2001).  

Akan tetapi jika jangka waktu estrus post partus lebih dari 40 hari, maka days open sapi pun akan menjadi lebih panjang karena sapi tidak minta kawin dalam waktu lama. Kekurangan mineral mikro dalam metabolisme menjadi salah satu penyebab dari kasus ini. Berdasarkan data di lapangan, kasus sapi kekurangan mineral mikro sering terjadi pada sapi yang dipelihara di kandang berlantai keras seperti semen.

Perbaikan Kualitas Nutrisi Pakan
Dari penjelasan mengenai calving internal di atas, tersirat bahwa faktor nutrisi pakan memegang perananan penting dalam berbagai peristiwa fisiologis yang terjadi dalam pencapaian pubertas serta proses-proses reproduksi sapi. Diperkuat dengan pernyataan Thalib et al., (2001) bahwa perkembangan organ reproduksi sapi ditentukan oleh proses pemberian nutrisi dan pemeliharaan semasa muda.

Demikian halnya pada sapi induk yang secara berangsur-angsur kebutuhan nutrisi post partus akan meningkat seiring dengan peningkatan produksi susu dan terjadinya proses pemulihan organ reproduksi. Sejak beranak hingga bunting kembali, induk sapi membutuhkan ketersediaan energi cukup besar di dalam tubuhnya agar pemulihan organ reproduksi post partus dapat berlangsung cepat.

Namun kadang-kadang standar pemberian pakan pada sapi induk rakyat hanya berdasarkan hijauan campuran yang tersedia di lokasi setempat, ditambah onggok singkong dan konsentrat yang berasal dari koperasi, sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi sapi induk kurang maksimal. Hal itulah yang harus diantisipasi.

Untuk sapi muda, agar folikel ovarium segera terbentuk, berikan konsentrat berkualitas tinggi ditambah dengan Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) serta suplemen mikro mineral seperti selenium yang terkandung dalam Vitesel Inj. Sedangkan untuk mencegah dan mengatasi berbagai kasus kekurangan nutrisi, yang pertama perlu diperhatikan peternak ialah memastikan konsumsi sapi perah masuk sesuai dengan standar. Berikan Injeksi Vitamin B Kompleks untuk merangsang nafsu makan sapi.

Setelah memastikan bahwa konsumsi sapi perah sudah sesuai standar, langkah berikutnya yang penting dilakukan ialah memberikan suplemen tambahan guna membantu mengoptimalkan sistem reproduksi. Contohnya dengan memberikan Mineral Feed Supplement-S yang mengandung berbagai makro dan mikro mineral, AD3E Injection, serta Vitesel Inj yang mengandung vitamin E dan selenium. Dari uji coba R&D Medion (2013) terbukti pemberian Vitesel Inj pada sapi perah ketika bunting mampu mempercepat munculnya estrus pertama post partus (setelah melahirkan).
Salam.

Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 183 / Des 2014

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain