Oleh : Arief Daryanto
Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB (MB-IPB)
Idealnya pembangunan harus bersifat inklusif. Pembangunan yang inklusif adalah pembangunan yang berkualitas, yaitu pembangunan yang memperhitungkan sekaligus pertumbuhan (pro-growth), penyerapan tenaga kerja (pro-job), mengurangi kemiskinan (pro-poor) dan memperhatikan lingkungan (pro-environment). Namun demikian, dalam kenyataannya di banyak negara berkembang termasuk Indonesia, pembangunan yang dijalankan masih bersifat eksklusif.
Pembangunan yang eksklusif hanya memperhitungkan aspek pertumbuhan tetapi kurang memperhitungkan penyerapan tenaga kerja, pengurangan kemiskinan dan lingkungan. Sehingga terkadang terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang disertai dengan angka pengangguran dan kemiskinan yang tinggi, serta lingkungan yang rusak sebagai akibat proses pembangunan.
Pembangunan yang eksklusif juga ditunjukkan oleh adanya ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin besar. Rasio Gini, koefisien yang mengukur ketimpangan distribusi pendapatan, di Indonesia meningkat dari 0,37 pada 2012 menjadi 0,41 pada 2013. Peningkatan rasio Gini menunjukkan bahwa pertumbuhan yang terjadi di Indonesia belum inklusif. Karena itu ke depan perlu dikembangkan model-model bisnis yang bersifat inklusif termasuk dalam industri susu nasional.
Creating Shared Value
“Creating Shared Value” (CSV) atau menciptakan nilai bersama adalah sebuah konsep dalam strategi bisnis yang menekankan pentingnya memadukan bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan. Selama ini banyak perusahaan yang menempatkan kepentingan bisnis (profit) dan tanggung jawab sosial (mensejahterakan masyarakat dan ramah lingkungan) sering ditempatkan berseberangan.
Model CSV yang dikembangkan oleh Nestlé Indonesia dan FrislandCampina Vietnam (FCV) seringkali dirujuk dan dijadikan teladan "best practices". Nestlé Indonesia melakukan program pembinaan dan pengembangan dalam hal pengadaan bahan baku susu segar dari peternak (milk procurement), pengembangan usaha ternak yang berkelanjutan (sustainable dairy farming) dan perlindungan lingkungan (environment protection). Ketiga program tersebut masing-masing bertujuan untuk meningkatkan kualitas pasokan susu segar, peningkatan produktivitas sapi perah, serta kesinambungan dalam pemanfaatan sumberdaya air dan energi dengan mempromosikan penggunaan biogas.
Friesland Campina Vietnam (FCV) membangun model pengembangan Nucleous Estate Smallholders (NES), yang merupakan kerjasama antara inti dan plasma. Tujuan dari model ini adalah untuk membantu para peternak untuk mengembangkan industri susu yang menguntungkan secara berkelanjutan. FCV membangun usaha ternak susu berdasarkan model distrik memanfaatkan prinsip "economies of scale" atau keuntungan skala ekonomi.
CSV yang dikembangkan oleh FCV dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa usaha ternak sapi perah harus layak secara ekonomi (economically feasible), sesuai dengan nilai dan budaya lokal (socially acceptable), teknologi tepat guna (technologically appropriate), dan ramah terhadap lingkungan (environmentally-friendly).
Dalam model distrik, setiap satuan usaha ternak harus memiliki minimal 30 ekor sapi perah, yang masing-masing memiliki output rata-rata 15 liter per hari. Dengan demikian, pendapatan harian peternak cukup untuk mengimbangi biaya produksi ternak dan memastikan kebutuhan sehari-hari bagi keluarga mereka terpenuhi serta dapat mengumpulkan surplus untuk menginvestasikan kembali, memperluas ternak sapi dan upgrade ke arah skala peternakan yang lebih komersial dan profesional.
Susu segar yang dihasilkan harus dijamin kadar protein dan lemaknya, bebas dari residu antibiotik, dan memiliki konsentrasi bakteri serendah mungkin. Semakin tinggi kualitas susu, harga susu lebih tinggi dan pendapatan peternak juga meningkat.
Limbah sapi digunakan untuk menghasilkan biogas untuk bahan bakar bagi peternak, kompos dan pupuk untuk padang rumput dan ladang jagung. Lingkungan yang dilindungi membantu mengurangi biaya produksi, mencegah penyakit, dan lebih meningkatkan efisiensi ekonomi.
Para peternak secara bersama-sama mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga memungkinkan terus menerus meningkatkan produktivitas. Produktivitas yang meningkat tentu meningkatkan pendapatan mereka. Terwujudnya peternak susu yang sejahtera merupakan daya tarik anak-anak muda untuk menekuni pekerjaan di peternakan susu di perdesaan sehingga mengurangi tekanan terhadap urbanisasi dan memotivasi pengembangan wilayah perdesaan yang baru.
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 184 / Jan 2015