Pada momentum menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun ini tampaknya peternak broiler (ayam pedaging) bisa bernapas lega. Pasalnya, harga broiler cenderung membaik di beberapa daerah. Memasuki minggu pertama Juli (2/7), harga live bird (ayam hidup) di berbagai daerah di Indonesia terpantau turun dibandingkan bulan sebelumnya. Harga broiler baru mengalami kenaikan yang signifikan sejak seminggu menjelang Hari Raya Idul Fitri. Pantauan TROBOS Livestock pada (13/7) kenaikan harga broiler terjadi di seluruh wilayah di Indonesia dengan rata-rata kenaikan harga mencapai Rp 3-4 ribuper kg.
Beberapa hari setelah Lebaran (20/7) harga broiler terlihat masih bertahan, bahkan ada beberapa daerah yang mengalami sedikit kenaikan lantaran permintaan cenderung meningkat. Dikatakan oleh Julianto, peternak broiler asal Bogor Jawa Barat, harga ayam di daerahnya mulai mengalami kenaikan sejak tiga hari menjelang Hari Raya Idul Fitri. Hingga saat ini (21/07), ia mengatakan harga broiler masih berada di angka Rp 20 ribu per kg.
Menurutnya, penyebab naiknya harga broiler kali ini selain karena momen Lebaran juga diakibatkan oleh pasokan ayam yang turun. Pasalnya, sebagian besar perusahaan sedang libur dan tidak panen. Ia memprediksi harga broiler akan turun ketika perusahaan-perusahaan skala besar di Indonesia mulai panen kembali. “Prediksi harga masih sulit ditentukan karena yang menentukan harga bukan peternak atau pedagang tetapi perusahaan besar. Kalau perusahaan besar panen maka disitu harga akan mulai turun,” duganya.
Di wilayah Jabodetabek, kenaikan hargaayam rata-rata sebesar Rp 2.800per kg dari Rp 17.500per kg menjadi Rp 20.300per kg. Harga tersebut bertahan pada angka yang sama setelah Lebaran. Dikatakan Julianto, harga broiler justru sempat turun hingga Rp 16 ribuper kg. Harga itu lebih rendah dibandingkan Harga Pokok Produksi (HPP) yang saat ini ada di angka Rp 17 ribuper kg. “Harga sempat jatuh di awal Juli hingga Rp 16 ribuper kg,” ujarnya.
Danu, peternak broiler dari Bangka Belitung juga mengatakan kalau kenaikan harga disebabkan sedikitnya stok broiler. Menurutnya, saat ini perusahaan besar masih banyak yang libur dan belum melakukan panen. Ia juga memprediksi harga yang tinggi ini akan bertahan sampai akhir Juli. “Kemungkinan sampai akhir Juli baru akan turun karena perusahaan saat ini masih sepi,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan harga broiler di daerahnya saat ini (20/7) berada di kisaran harga rata-rata Rp 20 ribuper kg. Dengan HPP Rp 17–17,5 ribuper kg, maka ia mengaku masih menikmati keuntungan. Harga itu naik tipis dari 3 hari menjelang Lebaran (14/7) yang awalnya Rp 19.300per kg.
Berdasarkan neraca kenaikan harga, di wilayah Padang, Bengkulu, dan Palembang kenaikan masih terus terjadi bahkan seminggu menjelang Lebaran hingga setelah Lebaran. Di Padang, pada (13/7) harga broiler sebesar Rp 17.000per kg naik menjadi Rp 19.500per kg. Kenaikan harga tertinggi terjadi wilayah Sumatera mulai Lampung, Palembang, Bengkulu hingga Pekanbaru dengan rata-rata mencapai Rp 4.500per kg. Di Lampung, harga melonjak cukup tajam dari Rp 15.500per kg menjadi Rp 20.500per kg.
Sementara itu, di wilayah timur yaitu Makassar, kenaikan juga terjadi sejak 3 minggu terakhir (2-20/7) yang awalnya hanya Rp 16 ribuper kg melonjak di angka Rp 22 ribuper kg. Kondisi berbeda terjadi di wilayah Jawa Timur yaitu di Blitar dan Malang, harga broiler sejak seminggu menjelang dan setelah Lebaran harga masih konstan di angka Rp 19,5 ribuper kg.
Dilaporkan Julianto, harga DOC(ayam umur sehari) dan pakan untuk broiler tidak mengalami kenaikan yang signifikan. DOC masih dapat terbeli dengan harga Rp 4 ribuper ekor. Untuk harga pakan sangat bervariasi tergantung pada jenisnya. Namun, rata-rata harga pakan masih di kisaran Rp 7 ribuper kg. “Harga DOC Rp 4 ribuper ekordan untuk harga pakan saat ini belum ada kenaikan karena telah terjadi kenaikan beberapa waktu lalu,” tuturnya.
Harga Telur
Kondisi berbeda terjadi pada komoditas telur ayam ras (layer). Memasuki Lebaran tahun ini, harga telur di berbagai daerah cenderung terlihat fluktuatif. Di beberapa daerah seperti Makassar, Jawa Tengah, dan Sumatera harga telur sejak minggu pertama Juli (2/7) hingga memasuki minggu ketiga (21/7) terdapat kenaikan harga meski sangat tipis. Kenaikan harga tertinggi untuk telur hanya terjadi di Balikpapan dengan kenaikan sebesar Rp 3 ribuper kg. Selain itu, harga cenderung melandai turun dan stabil.
Dikatakan Feri, praktisi peternakan layer dari Antoni Farm SukabumiJawa Barat ini, kenaikan harga telur sudah terjadi sebelum bulan puasa. Menurutnya, hampir setiap tahun situasinya cenderung sama. Sebab, menjelang Hari Raya Idul Fitri permintaan telur cenderung menurun karena meningkatnya permintaan daging. Memasuki Lebaran tahun ini harga telur turun melandai di daerahnya. “Kalau harga telur setiap tahun ritmenya selalu sama yaitu puncak harga terjadi sebelum puasa, setelah itu permintaan cenderung turun sehingga harganya juga ikut turun,” katanya.
Ia berujar, harga telur di daerahnya saat ini berada di angka Rp 16.400 –16.800per kg. Puncak harga yang terjadi sebelum bulan puasa diakuinya telah mencapai Rp 19.600per kg. Sementara itu, HPP berada di angka Rp 16.500 – 17.000 per kg membuat peternak masih sulit merasakan keuntungan. Diakui Feri, ia mengutamakan pakan berkualitas ditengah-tengah harga pakan yang sangat bervariatif. Di lapangan, harga pakan layer berada di kisaran Rp 4.800 – 5.000 per kg.
Selanjutnya di daerah lain seperti Samarinda, Balikpapan, Jogjakarta, serta Denpasar harga 2 minggu terakhir (13–21/7) cenderung stabil dan tidak ada kenaikan. Sebaliknya, situasi harga telur yang turun justru terjadi diPurwokerto dari Rp 19.300per kg menjadi Rp 19 ribuper kg saat Lebaran.
Dedik Harianto, praktisi peternakan ayam petelur asal Jombang Jawa Timur juga mengatakan, harga telur sangat fluktuatif.Hampir setiap hari selalu berubahdengan perubahan harga bisa sampai 3 kali. “Kalau saat ini hargatelur sekitar Rp 14.300– 14.600per kg,” ujarnya.
Dikatakan Dedik, meski harga telur cenderung turun, peternak masih mendapat sisa keuntungan walau tipis. “Kalau untung masih ada, tapikeuntungan tiap peternak jelas berbeda-beda tergantung pakan yang digunakan dan manajemen lainnya,” kilahnya.
Ferimemprediksi harga telur akan mengalami kenaikan bersamaan dengan kabar akan naiknya harga jagung. “Kabar terkini dari beberapa media dan juga yang diungkapkan Ketua Umum GPMT (Asosiasi Produsen Pakan Indonesia) yang mengatakan harga jagung akan meningkatsehingga harga pakan otomatis akan naik sekitar Rp 300per kg. Naiknya harga pakan sebesar itu akan menaikkan HPP sekitar Rp 700–800per kg sehingga harga telur turut naik,” paparnya.TROBOS/agung