Sempat mengalami kenaikan pada November dan Desember 2015 lalu, harga broiler (ayam pedaging) Januari ini mulai melandai. Diinformasikan Sigit, peternak broiler asal Bogor pada (22/1) harga ayam di Jabodetabek berkisar di Rp 20.500 per kg. ”Satu minggu sebelumnya harga ayam masih di kisaran Rp 23 ribu per kg, mulai 19 Januari harga merosot jadi Rp 21 ribu per kg,” ungkapnya.
Menurut Sigit meskipun harga ayam sempat bagus namun hal itu juga diiringi harga pakan dan DOC (ayam umur sehari) tinggi yang menyebabkan HPP (Harga Pokok Produksi) di kandang meningkat. Ia mengaku dengan kisaran harga DOC Rp 5.500 – 5.750 per ekor dan pakan mencapai Rp 7.500 per kg, HPP bisa membengkak menjadi Rp 20 ribu per kg.
Dengan kelangkaan jagung dan harganya yang meroket, peternak broiler juga ikut terkena imbas. Pasalnya, menurut lelaki yang juga merupakan Ketua PPUN (Perhimpunan Peternak Unggas Nasional) ini dengan kelangkaan jagung menyebabkan harga pakan ikut terkatrol naik dan kualitasnya justru cenderung turun. ”Pertumbuhan ayam menjadi melambat, kemungkinan karena kualitas pakannya yang kurang bagus. Saya tidak tahu mungkin juga ada mikotoksin atau virus yang jelas panennya mundur,” kata Sigit mengeluhkan. Ia juga mengaku terjadi pembengkakan FCR (rasio konversi pakan) hingga 0,2dengan mundurnya panen.
Hal senada juga diakui I Ketut peternak broiler asal Bali. Ia menyampaikan untuk panen Minggu kedua Januari atau chick in di Desember panennya mundur sekitar 3-4 hari. ”Dari panen yang kemarin harusnya 33 hari sudah ukuran 1,7 kg ini baru sekitar 1,4 kg jadi sempat mundur panennya,” ungkapnya.
Perlambatan pertumbuhan ayam ini disebabkan banyak faktor salah satunya kualitas DOC yang ia duga menurun dan faktor lingkungan seperti fluktuasi cuaca. Di musim hujan ini biasanya ayam banyak yang kena gumboro, choli, dan ada juga yang jamuran sehingga meliharanya menjadi lebih susah.
Sama seperti tren yang terjadi di Jakarta, Ketut mengaku harga broiler di Bali juga mengalami penurunan. Ketut menyampaikan, waktu panen pada (17/1) ia masih bisa menikmati harga broiler Rp 23 ribu per kg namun beberapa hari setelahnya harga turun menjadi Rp 22 ribu per kg dan merosot lagi (22/1) di kisaran Rp 20.800 per kg.
Sama seperti Sigit ia juga mengeluhkan harga DOC dan pakan yang tinggi. Untuk chick in baru-baru ini (22/1), Ketut menginformasikan ia memperoleh DOC dengan harga mencapai Rp 6.100 per ekor begitupun dengan harga pakan sampai di kandang sekitar Rp 7.300 per kg. Dengan harga DOC dan pakan yang relatif tinggi, Ketut memperkirakan HPP bisa menembus di angka Rp 19 ribu per kg.
Ia menyarankan agar harga broiler tidak kembali merosot sebaiknya produksi DOC dikendalikan dan menyesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya saja kebutuhan DOC di Bali sekitar 2 juta ekor per bulan sebaiknya jangan sampai berlebih agar tidak terjadi over supply. ”Saya berharap agar harga ayam hidup ditingkat peternak bisa tetap di kisaran Rp 20 ribu per kg biar peternak tidak merugi,” tuntut Ketut.
Keluhan yang sama juga disampaikan Kadma Wijaya peternak broiler di Kota Hujan. Menurutnya dengan harga DOC dan pakan yang tinggi menyebabkan biaya produksi broiler meningkat dari sebelumnya. HPP naik sekitar Rp 1.000 per kg menjadi sekitar Rp 19.500 per kg. Padahal harga broiler perlahan mulai menurun sejak 7 hari lalu menjadi sekitar Rp 20 – 21 ribu per kg.
Ia juga mencermati kenaikan harga jagung yang sangat tinggi yang sebelumnya hanya sekitar Rp 3.500 per kg naik menjadi Rp 6.000 per kg. Kadma meminta pemerintah tidak memgurangi impor jagung disaat petani belum panen. ”Saya paham pemerintah berusaha melindungi kesejahteraan petani tapi harus dilihat juga jangan buru-buru mengurangi impor padahal kebutuhan jagung nasional belum bisa dipenuhi,” tutur Kadma mengkritisi.
Senada dengan Kadma, Hidayaturrahman peternak layer (ayam petelur) dan broiler asal Blitar mengeluhkan harga jagung yang meroket tinggi. Bahkan sempat menginjak angka Rp 7.000 per kg di Blitar. Seperti di daerah lainnya, di Jawa Timur khususnya Blitar juga terjadi penurunan harga broiler. Sudah 2 minggu terakhir, menurutnya harga ayam berada di kisaran Rp 21.300 per kg padahal sebelumnya sekitar Rp 23 ribu per kg. Dengan HPP saat ini di kisaran Rp 18.500 – 19.000 per kg.
Harga Telur
Setali tiga uang dengan broiler, harga telur juga ikut melandai. Hidayaturrahman menginformasikan harga telur di Blitar dan sekitarnya (25/1) berada di kisaran Rp 19.500 per kg. Harga Rp 19.500 per kg sudah sekitar 4 hari sebelumnya harga masih di atas Rp 20 – 23 ribu per kg bahkan sempat Rp 25 ribu per kg.
Ia berpendapat, penurunan harga disebabkan berbagi faktor diantaranya distribusi dan cuaca yang hampir setiap hari hujan. ”Kalau kita kan daerah produksi, jadi 90 % dari panen harus didistribusikan keluar. Kalau hujan terus distribusinya juga jadi sedikit mandek. Selain itu, anak sekolah juga liburnya sudah selesai sehingga mempengaruhi juga tingkat konsumsi telurnya,” ujar pria yang akrab disapa Dayat ini.
Namun tidak seperti broiler yang siklusnya relatif cepat, untuk layer yang siklusnya panjang harusnya harga bisa relatif lebih stabil karena produksinya tidak mengalami fluktuasi yang cepat. Untuk itu ia berharap agar harga telur tidak terus turun karena biaya produksi untuk telur saat ini di Blitar ada di kisaran Rp 18 ribu per kg. Dan HPP layer juga sangat bergantung pada harga jagung.
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 197 / Februari 2016