Foto: nova
Beternak sapi perah masih menjadi mata pencaharian utama masyarakat di wilayah Pasuruan Meskipun mempunyai kendala seperti sulit mencari rumput, karena tidak semua peternak mempunyai lahan hijauan
Grati merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pasuruan yang terletak di bagian timur Kota Pasuruan. Mempunyai wilayah geografis berupa dataran rendah, maka membuat Grati cocok menjadi wilayah pengembangbiakan sapi perah. Wemmi Niamawati, Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur mengatakan, Jawa Timur merupakan nomor satu sentra populasi terbanyak sapi perah di Indonesia. Bahkan di Grati sendiri, ada sekitar 50 % sapi perah berkembang biak.
Begitu pula dengan produksi susu segar, setiap harinya tidak kurang sebanyak 504 ribu ton susu segar dihasilkan atau memberikan kontribusi sebanyak 55 % dari produksi susu segar nasional. “Berkat Grati, Pasuruan, Jawa Timur secara keseluruhan dapat memperoleh prestasi tersebut,” ungkap Wemmi.
Jumlah peternak sapi perah di Pasuruan yang telah menjadi anggota koperasi Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), disebutkan Wemmi sebanyak 52.298 orang, sedangkan jumlah koperasi susu di Jawa Timur sebanyak 65. Namun, yang memberikan susu ke Industri Pengolahan Susu (IPS) sebanyak 52 koperasi. “Dari 52 koperasi tersebut, mempunyai 301 buah Tempat Penampungan Susu (TPS), dimana baru ada 216 cooling unit. Produksi susu segar di Jawa Timur 85 % dengan Total Plate Count (TPC) sudah di bawah 1 juta,” terang dia.
Hingga saat ini, ia utarakan impor sapi perah untuk menambah populasi di Jawa Timur sudah mencapai 2 ribu ekor, namun telah 3 tahun terakhir impor tersebut vakum. Untuk meningkatkan populasi juga dengan program Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting) melalui Inseminasi Buatan (IB)/kawin suntik. Pada 2018 untuk sapi perah program Upsus Siwab telah disediakan straw semen sebanyak 245 ribu. Dari program Upsus Siwab tersebut, diperoleh pendapatan bagi Jawa Timur sebanyak 7 triliun rupiah.
Semua koperasi dilibatkan khusus Upsus Siwab. “Selain menambah populasi, kami juga melatih sumber daya manusia peternakan di Jawa Timur. Manusianya kami latih untuk melaporkan penyakit melalui sistem kesehatan nasional, apabila sapinya terjangkit penyakit langsung direspon petugas,” tambah Wemmi.
Pemerintah Jawa Timur juga telah melakukan pengendalian penyakit menular strategis pada sapi perah seperti Brucellosis. “Jika ternak tersebut positif Brucellosis harus dipotong supaya tidak menular. Kami juga melakukan vaksinasi, sebanyak 60 % dari populasi seluruh Jawa Timur telah divaksin, walau pun vaksin tersebut masih impor,” tambahnya. Di Pasuruan sebanyak 38 ribu ekor sapi perah sudah divaksin, sedangkan di Grati sebanyak 10 ribu ekor yang telah divaksin.
TPS pun telah diapresiasi dengan melakukan penilaian. Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) baik RPH (Rumah Pemotongan Hewan), TPS, dan cooling unit wajib mendapatkan NKV untuk keamanan pangan. “Promosi gizi juga senantiasa dilakukan, di Grati susunya tidak dijual terus tapi harus dikonsumsi keluarga sendiri untuk mencerdaskan anak bangsa,” pungkas Wemmi.
Tingkatkan Produktivitas
Kegiatan beternak merupakan mata pencarian utama dan bisa diandalkan bagi masyarakat setempat, hal tersebut diutarakan Rias Dyahtri Silvana – Ketua KUTT Suka Makmur Grati. Meski kerap ada kendala seperti sulit mencari rumput karena tidak semua peternak mempunyai lahan hijauan, beternak sapi perah masih menjadi mata pencaharian utama.
Melalui kerjasama dengan pemerintah dan swasta, para peternak dapat mengatasi permasalahan tersebut. “Produksi meningkat setelah ikut pelatihan, modal tidak begitu besar namun produksi susu naik. Sekarang per hari dapat mencapai 12 liter susu, sebelumnya untuk mencapai 10 liter per hari saja sangat sulit,” kata Rias.
Produksi susu segar di Jawa Timur 1.200 ton per hari, sedangkan kebutuhan IPS sebanyak 2.000 ton per hari, artinya masih ada peluang untuk pengembangan sapi perah. “Jatim sendiri sudah terpenuhi, industri itu baru 3.000 ton per hari. Harapan kami supaya dapat lebih efektif lagi,” tambahnya.
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 224/Mei 2018