Manajemen Pembibitan Sapi Bali

Manajemen Pembibitan Sapi Bali

Foto: bella
Pulau Bali telah ditetapkan menjadi salah satu wilayah pelestarian sapi bali

Selain dengan melakukan upaya pemuliaan, pembibitan dan seleksi, pola pikir peternak juga harus diubah dengan tidak menjual sapi yang berkualitas baik
 
 
 
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 325/kpts/OT.140/1/2010, sapi bali ditetapkan sebagai rumpun ternak asli Indonesia. Sapi bali merupakan sumber daya genetik hewan (SDGH) penghasil daging nasional kebanggaan milik bangsa.
 
 
Pulau Bali sebagai wilayah dengan populasi sapi bali terbesar, telah ditetapkan menjadi salah satu wilayah pelestarian sapi bali. Dalam hal ini Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Denpasar (BPTU-HPT Denpasar) memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) untuk memproduksi dan mendistribusikan sapi bali unggul, serta bibit dan benih hijauan pakan ternak ke seluruh Indonesia.
 
 
Jack Pujianto, Kepala BPTU-HPT Denpasar mengatakan visi BPTU-HPT Denpasar yaitu mewujudkan mutu genetik sapi bali dan pelestarian plasma nutfah nasional yang berwawasan agribisnis. Sebagai satu-satunya sumber bibit sapi bali di Indonesia, BPTU-HPT Denpasar bercita-cita untuk mengembangkan sapi. “Kita harus bangga dengan sapi bali, jangan terkagum-kagum dengan sapi impor,” himbau Jack.
 
 
Sapi bali memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis sapi potong lain. Hal ini disampaikan oleh Jack, diantaranya produksi dagingnya cukup tinggi. Sapi lain hanya 30 % dari bobot hidup, sedangkan sapi bali bisa mencapai 40 % dari bobot hidup. Kemudian deposisi daging sapi bali selain di bagian pantat adalah di bagian bahu (shoulder). Sedangkan untuk sapi lain tidak ada deposisi daging pada bagian bahu.
 
 
Keunikan sapi bali lainnya, disebutkan oleh Jack, yaitu ketika masih pedet warna tubuh jantan maupun betina adalah merah, pantat putih dan di bagian kaki berwarna putih seperti kaus kaki. Namun, saat jantan telah mencapai dewasa kelamin berubah menjadi hitam. Sedangkan betina tetap berwarna merah. Selain itu sapi bali pun sangat adaptif di berbagai kondisi.
 
 
“Pekerjaan rumah BPTU-HPT Denpasar saat ini yaitu bagaimana supaya bobot badan sapi bali bisa mencapai 600 kg. Selain dengan melakukan upaya pemuliaan, pembibitan dan seleksi, pola pikir peternak juga harus diubah. Sebab ketika peternak menjual sapi bali miliknya, sapi yang dijual adalah sapi-sapi yang bagus dengan alasan akan mendapatkan uang yang lebih banyak. Ini merupakan seleksi negatif dalam ilmu breeding,” terang Jack.
 
 
Menurutnya, melalui manajemen pemeliharaan yang bagus dan pemberian pakan yang baik, maka sapi bali akan mempunyai potensi yang luar biasa. Terbukti sapi bali umur 2 tahun sudah bisa mencapai bobot badan 450 kg.
 
 
“BPTU-HPT Denpasar ini berbasis padang penggembalaan manajemen paddock antara jantan dan betina terpisah. Tidak bisa seekor betina sembarangan kawin atau masuk ke paddock jantan, karena harus sangat jelas silsilahnya,” jelasnya.
 
 
 
Pemurnian Sapi Bali
Bali merupakan wilayah yang bebas dari perkawinan silang (crossing) pada sapi bali. Namun untuk di luar wilayah Bali tidak menjamin bebasnya perkawinan silang antara sapi bali dengan sapi jenis lain. Jack mengatakan bahwa Bali merupakan wilayah yang murni sapi bali, sebab sudah ditetapkan oleh Kementerian Pertanian.
 
 
“Ada beberapa lokasi yang telah ditetapkan sebagai sumber bibit. Jika lokasi tersebut telah ditetapkan, maka kemurniannya terjaga. Seperti di Nusa Penida Bali, Kabupaten Baru Sulawesi Selatan dan Lombok Tengah,” sebut Jack.
 
 
 
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 235/April 2019
 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain