Sebagai produk protein hewani yang mudah di dapat dengan harga yang terjangkau sekaligus mampu meningkatkan kesehatan, imunitas tubuh, dan kecerdasan termasuk mencegah stunting
Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sekitar 2 tahun menuntut manusia di seluruh dunia untuk lebih ekstra menjaga kesehatannya agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh virus korona ini. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan imunitas salah satunya dengan mengkonsumsi protein hewani yang bersumber dari daging dan telur ayam.
Upaya kampanye peningkatan konsumsi daging dan telur ayam ini gencar dilakukan oleh stakeholder perunggasan nasional. Seperti kolaborasi yang dilakukan 2 organisasi peternak ayam yaitu Pinsar (Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat) Indonesia dan GOPAN (Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional).
Di setiap rembuk perunggasan atau di momen khusus yang digelar 2 organisasi akar rumput ini, kampanye makan daging dan telur ayam selalu digaungkan dengan menggandeng pemerintah dan stakeholder industri perunggasan lainnya termasuk Duta Ayam dan telur. Bahkan dalam momen khusus di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah (19/6), Pinsar Indonesia menggandeng Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan kampanye konsumsi ayam dan telur dengan membagikan sekitar 50.000 paket ayam dan telur kepada masyarakat.
“Pemerintah berkomitmen untuk mendorong masyarakat meningkatkan konsumsi ayam dan telur. Ayam dan telur merupakan salah satu solusi untuk persoalan kebutuhan gizi yang dapat meningkatkan imunitas tubuh terutama dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini. Pemerintah berharap adanya kampanye ini dapat meningkatkan konsumsi daging dan telur ayam di masyarakat yang tentunya akan mendukung pemulihan ekonomi Indonesia,” urai Airlangga.
Telur memiliki banyak manfaat untuk kesehatan yang sayang jika dilewatkan seperti zat gizi tinggi, serta memiliki protein berkualitas tinggi. Telur bukan hanya mudah diperoleh dan mudah diolah, tapi termasuk bahan makanan yang sarat akan nutrisi. Telur bahkan layak diklasifikasikan sebagai superfood atau makanan super karena kandungan zat gizinya.
Selain mengampanyekan makan telur, Airlangga menyampaikan pentingnya industri unggas bagi perekonomian Indonesia. “Saat ini, industri unggas rakyat memiliki kontribusi nyata bagi sektor perekonomian dengan menyerap tenaga kerja sekitar 2 juta orang,” ujarnya.
Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk terus mengupayakan kesejahteraan peternak salah satunya melalui pengembangan korporasi perunggasan untuk meningkatkan kinerja industri unggas rakyat. Tantangan yang dialami oleh industri perunggasan menjadi perhatian pemerintah saat ini. “Pemerintah akan mendorong industri perunggasan dan mendorong program-program percontohan. Berbagai tantangan di industri ini seperti fluktuasi harga jagung dan sistem peternakan harus segera diselesaikan,” tandasnya.
Menurut Ketua Umum DPP Pinsar Indonesia, Singgih Januratmoko, kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong peningkatan konsumsi protein hewani yaitu daging ayam dan telur dalam kondisi wabah seperti saat ini. Selain itu, untuk meningkatkan daya serap produksi unggas nasional. “Kepedulian dan dukungan pemerintah mampu menggerakkan ekonomi, sehingga rakyat sehat dan ekonomi bangkit,” harapnya.
Mengatasi Persoalan Gizi
Sebelumnya, Pinsar Indonesia, GOPAN, dan Himpuli (Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia) menghelat silaturahmi peternak di Bogor, Jawa Barat (3/6). Pada acara ini juga sekaligus melakukan kampanye konsumsi ayam & telur berupa pembagian paket ayam dan telur yang digelar secara serentak di berbagai kota, antara lain di Jakarta (1.000 paket) dan Bogor (1.000 paket).
Pada acara ini Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan pemerintah bersama asosiasi perunggasan akan berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan peternak, salah satunya dengan membentuk korporasi. “Pemerintah dipastikan akan terus berupaya untuk meningkatkan konsumsi protein hewani khususnya daging ayam dan telur di masyarakat. Kami dukung upaya-upaya ini tetapi perlu diadakan juga upaya konkret agar hasilnya lebih nyata," pintanya.
Dalam kesempatan ini, Airlangga menilai industri perunggasan merupakan salah satu industri yang telah mengakar dan menjadi budaya masyarakat untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Pemerintah pun akan mendorong hilirisasi di industri perunggasan. Hilirisasi ini akan sangat membantu peternak dengan peningkatan konsumsi yang akan mendongkrak permintaan daging ayam dan telur.
Dengan peningkatan konsumsi daging dan telur ayam ras maka optimalisasi sumber daya produksi dapat dilakukan dan diharapkan peternak ayam lebih sejahtera. “Ke depan, ayam maupun telur diharapkan bisa menyelesaikan persoalan kebutuhan gizi yang dapat mendorong imunitas dan pencegahan Covid-19,” ujarnya.
Menanggulangi Stunting
Tidak hanya di Klaten dan Bogor kegiatan edukasi konsumsi protein hewani asal daging ayam dan telur untuk mencegah stunting pun digelar Pinsar Indonesia bekerjasama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jawa Barat (Jabar) di Bandung (29/5). Kegiatan yang bertempat di Gedung Pakuan ini diisi dengan penyerahan simbolis 5.000 paket bantuan daging ayam dan telur untuk masyarakat yang stunting dan potensial stunting di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Cimahi, dan Sumedang) yang dikemas melalui Program Jabar Punya Informasi (Japri).
Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Barat, Atalia Praratya Kamil, Provinsi Jabar merupakan salah satu sentra produksi unggas di Indonesia dan memasok produknya ke berbagai wilayah di tanah air, tak terkecuali Jakarta. “Jabar berkontribusi besar dalam produksi broiler (ayam pedaging) nasional. Namun sayang, meskipun sebagai penghasil broiler, nyatanya tingkat konsumsi protein hewani Jabar masih di bawah standar kecukupan gizi,” sesalnya.
Meskipun begitu, angka stunting yang turun dari 31,3 % menjadi 26 % patut diapresiasi. “Artinya ada intervensi dari kita yang menunjukkan angka positif,” terang Atalia. Kendati demikian, Istri Gubernur Jabar itu akan terus berupaya untuk mengkampanyekan sejak dini terutama ibu hamil dan bayi agar mengonsumsi makanan yang bergizi terutama protein hewani.
Di sisi lain, sebagai bentuk komitmen Pemprov Jabar menanggulangi stunting yang diakibatkan kurangnya konsumsi protein hewani akan mengoptimalkan posyandu dengan menyiapkan meja pelayanan khusus. “Pelayanan khusus ini diperuntukkan bagi masyarakat yang mengalami disabilitas, juga stunting yang sangat kronis termasuk dalam meningkatkan perekonomian perempuan,” tukas Atalia.
Kondisi di Jabar
Dari data yang berhasil Atalia himpun, tingkat konsumsi daging ayam di Jabar baru mencapai 8,14 kg per kapita per tahun. Sedangkan konsumsi telur hanya 7,85 kg per kapita per tahun atau 126 butir per kapita per tahun. Padahal, daging ayam dan telur sangat bermanfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh. Sementara itu, dari data Atalia, tingkat konsumsi daging ayam skala nasional hanya 7,49 kg per kapita per tahun dan konsumsi telur 7,2 kg per kapita per tahun atau setara dengan 115 butir per kapita per tahun.
Fakta yang di dapat pada 2019 lalu tersebut lantas memposisikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat konsumsi daging dan telur ayam terendah se ASEAN. Bahkan, negara tetangga seperti Malaysia pun sudah memiliki angka konsumsi yang jauh lebih tinggi. “Kalau di Malaysia, tingkat konsumsi daging ayamnya sudah mencapai 38 kg per kapita per tahun dan telur 311 butir per kapita per tahun,” lanjut Atalia menyayangkan.
Dia terkejut, melihat data BPS (Badan Pusat Statistik) terbaru yang muncul. Di sana, diketahui bahwa masyarakat Indonesia lebih gemar membeli sebatang rokok, dibandingkan sebutir telur. “Padahal, harga rokok itu kan kurang lebih Rp 1.600 per batang. Sedangkan, harga telur per butirnya juga tidak beda jauh, yakni kurang lebih Rp 1.500,” katanya. Rata-rata, masyarakat Indonesia menghabiskan Rp 2.080.000 per tahun untuk membeli rokok. Di sisi lain, dana yang dikeluarkan untuk membeli daging ayam adalah Rp 525.000 per tahun dan Rp 234.375 untuk membeli telur.
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 262/Juli 2021