Prof Budi Tangendjaja: Sulitnya Makan Pada Awal Bertelur

Prof Budi Tangendjaja: Sulitnya Makan Pada Awal Bertelur

Foto: 


Kunjungan ke banyak peternakan ayam petelur (layer) di berbagai daerah menunjukkan banyaknya kejadian ayam petelur sulit menghabiskan pakan yang dialokasikan setiap harinya pada awal produksi. Hal ini mengakibatkan produksi telur lambat naik dan puncak produksi tidak dapat dicapai. Peternak mencoba memberikan pakan lebih banyak dalam tempat makan ayam tetapi juga tidak berhasil, malahan pakan makin bertumpuk. Ada juga yang memberikan pakan tengah malam (midnight feeding) tetapi juga tidak banyak membantu. Ayam petelur periode ini sulit sekali untuk makan, terus bagaimana mengendalikannya ?
 
 
Defisit Gizi Terutama Energi
Ayam yang tidak mau makan akan mengalami defisit gizi terutama energi. Keseimbangan energi (energy balance) pada ayam diperoleh dari konsumsi energi setiap harinya, yang dihitung dari kandungan energi pakan dikalikan dengan konsumsi, dan dikurangi dengan energi yang dipakai untuk memproduksi telur (masa telur) dan energi untuk mempertahankan tubuh ayam termasuk untuk pertumbuhan. Apabila konsumi energi lebih rendah dari yang dibutuhkan maka akan terjadi defisit energi. Kalau terjadi defisit energi maka akan terjadi 2 hal yaitu merombak tubuh ayam untuk memenuhi kekurangan energi akibatnya ayam menjadi kurus atau energi yang dipakai (energy expenditure) akan diturunkan dengan mengurangi produksi telur. Harap diingat bahwa di dalam telur banyak terkandung energi.
 
 
Umumnya defisit energi terjadi pada umur 18 sampai 25 minggu saat ayam mulai bertelur. Sebagai contoh ayam pada umur 21 minggu seharusnya mampu menghabiskan pakan sebanyak 100 g dengan kandungan energi pakan sebesar 2.750 kcal, maka ayam seharusnya mengkonsumsi kalori sebanyak 275 kcal/hari untuk menghasilkan hen day 75 % dengan berat telur 52 g. Apabila ayam hanya mampu mengkonsumsi pakan sebanyak 90 g saja, maka akan terjadi defisit kalori sebesar 10 % atau 27.5 kcal. Defisit kalori ini akan mengakibatkan ayam menurunkan berat badan, menahan produksi telur atau berat telur atau kombinasi ketiganya.   
 
 
Sulitnya konsumsi pakan pada awal produksi tidak hanya mengakibatkan defisit energi, tetapi juga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi lainnya seperti protein (asam amino) maupun mineral yang sangat dibutuhkan untuk memperkuat tulang atau pembentukan tulang medularry. Sebagai contoh perhitungan, ayam umur 21 minggu seharusnya ditunjang dengan konsumsi lisin tercerna sebesar 730 mg, tetapi jika konsumsinya lebih rendah 10 %, maka konsumsi lisin yang masuk ke dalam tubuh ayam hanya 657 mg, sudah barang tentu tidak akan cukup untuk menghasilkan produksi telur dengan hen day >75 %. Salah satu indikator akan kekurangan asam amino juga ditunjukkan oleh ukuran telur yang lebih kecil dibanding standar.
 
 
Akibat dari Kesulitan Makan
Kesulitan makan pada awal produksi mengakibatkan beberapa kejadian sebagai berikut :
Penurunan produksi telur setelah mencapai puncak, terutama berkaitan dengan defisit energi pada waktu tersebut. Gambar 1 menunjukkan bahwa perubahan produksi telur, berat telur, dan berat badan ayam pada waktu tersebut. Ayam masih mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang sesuai standar tetapi karena konsumsi pakan tidak tercapai maka berat telur menjadi korban dengan ukuran telur menjadi lebih kecil dari standar. Hal lain yang ditunjukkan dari gambar ini adalah cepat menurunnya produksi telur setelah mencapai puncak produksi pada umur 26-27 minggu, padahal seharusnya produksi akan tetap berada di puncak apabila konsumsi pakan terpenuhi sesuai standar. Setelah umur tersebut, mungkin produksi akan meningkat lagi karena ayam pada umur tersebut sudah mampu mengkonsumsi pakan yang mencukupi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. 
 
  
Gambar 1. Perkembangan produksi, perubahan berat badan, dan berat telur ayam petelur 
Sumber : Kenny, 2016
 
Puncak produksi mungkin tidak dapat dicapai karena kekurangan energi dan zat gizi lain. Ayam petelur modern seharusnya mampu mencapai puncak produksi sebesar >96 % pada umur 26 sampai 38 minggu. Banyak ditemukan pada peternakan ayam petelur komersial hanya mencapai puncak produksi 92 % bahkan 90 % saja tidak dicapai. Memang rendahnya puncak produksi dapat diakibatkan berbagai faktor, tetapi salah satunya adalah kesulitan mengkonsumsi pakan yang cukup pada awal produksi.
 
Seperti dikemukakan di atas kekurangan makan akan mengakibatkan kekurangan protein atau asam amino yang masuk ke dalam tubuh ayam. Padahal asam amino ini dibutuhkan untuk membentuk protein telur, akibatnya ayam tidak mampu menghasilkan ukuran telur yang sesuai standar. 
 
Ayam yang kekurangan pakan pada periode awal bertelur akan kehilangan persistensi dalam produksi telur atau dengan kata lain produksi yang tinggi tidak bertahan lama atau produksi naik turun karena ada ayam yang mengalami kecukupan protein dan energi masih mampu berproduksi normal sedangkan ada ayam yang kekurangan nutrisi tidak mampu berproduksi optimal.
 
Berat badan ayam petelur pada periode awal produksi seharusnya naik cepat dan bahkan sepanjang produksi telur tidak boleh kejadian berat badan ayam menurun. Turunnya berat badan ayam dapat menunjukkan adanya defisit energi dalam tubuh, oleh karena itu peternak sebaiknya memonitor perubahan berat badan ayam dengan menimbang ayam setiap bulan atau mungkin setiap minggu pada periode awal produksi. Bukan hanya energi, kekurangan protein juga dapat menurunkan berat badan ayam, tetapi energi sangat menentukan berat badan ayam. 
 
Kekurangan kalsium dan fosfor pada awal produksi akibat kekurangan konsumsi pakan dapat mengakibatkan perubahan tulang dalam dada ayam (keel bone), terutama tulang lunak yang terlihat ketika ayam dikuliti dan dilihat dadanya. Kekurangan kalsium dan fosfor juga dapat mengakibatkan menurunnya kualitas kerabang telur, kerabang telur dapat menjadi lebih tipis atau bahkan kerabangnya lunak. 
 
 
Perlunya Adaptasi Periode Pullet
Untuk meningkatkan kemampuan ayam dalam mengkonsumsi pakan pada periode awal produksi maka perlu usaha semenjak pemeliharaan pullet. Kapasitas saluran pencernaan ayam harus dibesarkan sewaktu pemeliharaan pullet terutama pada periode developer umur 10 sampai 16 minggu. Saluran pencernaan yang besar akan menyediakan ruangan yang cukup untuk mencerna ransum dan akan mendorong konsumsi pakan lebih tinggi. Saluran pencernaan yang tidak berkembang biasanya ditunjukkan dari besarnya ukuran rempela (gizzard) yang seharusnya jauh lebih besar dari proventikulus. Ayam-ayam yang dibiasakan untuk mengkonsumsi pakan yang lebih banyak, akan mempunyai ukuran rempela yang besar. Pertanyaannya adalah bagaimana meningkatkan kemampuan ayam untuk dapat mengkonsumsi ransum yang banyak tanpa mengakibatkan ayam kegemukan. 
 
 
Peternak dapat mengencerkan pakan developer dengan memasukkan bahan berserat lebih banyak sehingga ayam dibiasakan memakan bahan berserat yang dapat membesarkan saluran pencernaan. Hal ini akan dapat dilakukan bagi peternak yang membuat ransum sendiri (self-mixing), tetapi bagi peternak yang membeli pakan konsentrat dari pabrikan tidak dapat melakukan perhitungan ulang karena rekomendasi pencapuran konsentrat dengan jagung giling dan dedak padi sudah ditentukan. Apa yang dapat dilakukan oleh peternak yang menggunakan konsentrat adalah meningkatkan proporsi dedak padi misalnya dari 15 % menjadi 20 % bahkan bisa 25 %. Bagaimana pengaturan formulanya secara pasti, dapat didiskusikan dengan nutrisionis dari pabrik pakannya. Bagi yang membuat formula sendiri, peternak dapat mengurangi kandungan energi dan kedapatan gizi lainnya dalam ransum dan meningkatkan penggunaan bahan-bahan berserat tinggi. Hal ini akan mendorong ayam mengkonsumsi lebih banyak setiap harinya. Sudah barang tentu peternak harus memonitor kondisi ayam yang dipelihara agar tetap sesuai dengan standar baik berat badan maupun keseragaman. Penggunaan bahan berserat yang tidak larut (insoluble fiber) dapat dimasukkan dalam formulasi seperti kulit oat (oat hull), kulit biji bunga matahari bahkan produk turunan dari kayu dapat ditambahkan seperti yang dijual di pasaran.
 
 
Ukuran partikel ransum juga akan membantu meningkatkan konsumsi ayam. Ukuran partikel yang kasar atau besar seperti yang diperlihatkan dalam gambar dapat dilakukan dengan mengatur cara penggilingan bahan pakan. Ayam memang lebih menyukai ransum berbentuk partikel dari pada ransum berupa tepung yang halus. Perubahan ukuran partikel harus dibarengi dengan pengaturan kepadatan gizi dalam ransum, karena ketika konsumsi ransum meningkat maka konsumsi total gizi harian akan meningkat apabila kepadatan gizi tetap sama. Hal ini dapat mengakibatkan ayam kegemukan karena kelebihan konsumsi energi yang melebihi kebutuhan energi harian. 
 
 
Bentuk pakan yang kasar dan seragam untuk konsumsi dan kesehatan saluran pencernaan
Sumber : Pottgueter, 2017
 
 
Metode pemberian ransum setiap harinya juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan ayam mengkonsumsi ransum dalam jumlah besar. Teknik mengosongkan pakan pada jam tertentu sehingga tidak ada lagi sisa pakan di dalam tempat pakan akan menghentikan ayam makan. Pemberian ransum berikutnya setelah ayam “menderita” kelaparan, akan mendorong ayam untuk makan lebih banyak. Hal ini perlu dilatih semenjak pemeliharaan pullet, tidak bisa dikerjakan ketika masalah konsumsi yang rendah sudah terjadi pada awal produksi. Pengosongan tempat pakan akan mendorong pengembangan kapasitas saluran pencernaan terutama tembolok dan rempela untuk dapat mengkonsumsi pakan lebih banyak.
 
 
Reformulasi dan Sistem Pemberian Pakan Awal Bertelur
Apa yang dapat dilakukan ketika ayam sulit makan di awal bertelur ? Beberapa pendekatan dapat dilakukan yaitu : 
Pertama, melakukan reformulasi pakan agar dihasilkan ransum yang disesuaikan dengan konsumsi pakan tetapi konsumsi gizi setiap harinya memenuhi kebutuhan ayam untuk berproduksi. Kebutuhan gizi ayam setiap harinya harus diketahui untuk menghasilkan masa telur yang sesuai dengan kenyataan dan gizi yang diperlukan untuk mempertahankan tubuh dan untuk pertumbuhan berat badan. Dengan diketahuinya kebutuhan gizi, formula ransum disesuaikan dengan kemampuan ayam mengkonsumsi pakan. Pada umumnya kepadatan gizi ransum akan lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang makan lebih banyak. 
 
 
Kedua, dalam menggunakan bahan pakan untuk menyusun ransum, digunakan minyak lebih banyak. Pemberian minyak akan meningkatkan palatabilitas ransum disamping itu mengurangi debu pakan. Sudah banyak diketahui bahwa pakan yang berdebu, tidak disukai ayam. Formula ransum disusun dengan kandungan asam amino yang seimbang, karena kelebihan asam amino atau protein, akan di deaminasi oleh tubuh ayam dan dikeluarkan berupa amonia yang dapat menggangu pernapasan. Disamping itu, metabolisme protein juga menimbulkan panas (heat increment) yang lebih banyak dibanding metabolisme lemak.
 
 
Disarankan untuk memformulasikan ransum atas dasar kecernaan asam amino dan dengan rasio yang ideal untuk ayam petelur. Bahan baku yang mudah dicerna akan membantu mengurangi kelebihan zat gizi yang nantinya akan digunakan oleh bakteri yang tidak dikehendaki di dalam usus.
 
 
Faktor ketiga yang harus diperhatikan adalah formula yang kandungan kalsiumnya ketinggian. Kalsium yang terlalu tinggi akan mengurangi palatabilitas ransum. Di lain pihak kandungan kalsium dan fosfor tidak boleh kekurangan karena ayam periode ini membutuhkan kedua mineral ini untuk pembentukan tulang medullary yang berguna dalam pembentukan kerabang. 
 
 
Keempat, bentuk butiran ransum dapat membantu meningkatkan konsumsi pakan. Jika diperlukan ransum dalam bentuk pellet atau crumble besar dapat membantu meningkatkan konsumsi pakan.
 
 
Kelima, dari segi manajemen pemeliharaan, suasana dingin akan meningkatkan konsumsi pakan dibanding suasana panas. Oleh karena itu, ventilasi kadang harus diciptakan sedemikian rupa agar ayam tidak menderita stres karena lingkungan. Pemberian pakan pada pagi hari sewaktu suasana dingin akan meningkatkan konsumsi pakan. Bilamana perlu, pemberian pakan tengah malam dapat dilakukan. 
 
 
Perlu dikemukakan disini bahwa penyediaan zat gizi yang mencukupi kebutuhan untuk produksi telur harus diusahakan dan apabila konsumsi ayam meningkat maka formulasi pakan dapat dikerjakan dengan kepadatan gizi yang lebih rendah dan pada akhirnya akan mengurangi biaya pakan untuk menghasilkan telur. TROBOS
 
 
Konsultan Teknologi Pakan dan Nutrisi Ternak
 
Konsultan Teknologi Pakan dan Nutrisi Ternak
 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain