Dengan menggunakan teknik pengeringan membuat kandungan nutrisi, warna, dan bentuknya tetap terjaga, sehingga tingkat kesukaan hewan peliharaan tetap baik
Ulat hongkong merupakan salah satu jenis ulat yang sering dijadikan sebagai makanan yang sangat populer untuk burung peliharaan. Ulat hongkong dipercaya sebagai sumber protein yang baik bagi burung . Ada banyak jenis burung yang biasa diberi makan atau mengkonsumsi ulat hongkong, antara lain burung kacer, burung jalak putih, burung kenari, burung beo, burung jalak bali, dan jenis-jenis burung yang mengkonsumsi serangga lainnya. Selain burung, binatang peliharaan lainnya yang lazim diberi makan jenis ulat ini adalah ikan dan reptil. Bahkan saat ini sudah menjadi bahan pangan untuk manusia.
Dikemukakan Koes Hendra Agus Setiawan Ceo Neopet by PT Sugeng Jaya Group (perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan pakan hewan kesayangan) bahwa ulat hongkong merupakan larva dari kumbang hitam (Tenebrio molitor) yang merupakan hewan bukan asli indonesia, tetapi endemik dari eropa. Di Indonesia sendiri, sudah banyak masyarakat yang membudidayakan, karena ulat hongkong memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. “ Untuk bahasa ilmiahnya biasanya disebut ulat tepung,” cetus pria yang akrab disapa Hendra ini.
Pembudidayaan serangga jenis ini disebutkan Hendra tidak memiliki tingkat kesulitan yang berat, hanya saja perlu ketelitian. Terutama dalam hal kebersihan kandang, karena kotoran yang ada di dalam kandang bisa menjadi penyakit untuk ulat. Karena masalah inilah nantinya ulat bisa mengalami kematian secara masal. “Tidak hanya kebersihan kandang, pemberian pakan pun tentunya perlu dilakukan, untuk pemberian pakannya sendiri disesuaikan dengan usia ulat,” jelasnya.
Ulat Hongkong yang Dikeringkan
Hendra mengatakan permasalahan yang ada di pemasaran ulat hongkong ini yaitu ulat hongkong segar masih terkendala dibagian distribusi yang tidak bisa jauh, sehingga suplai ke beberapa daerah sangat terbatas. Maka dari itu hadirnya inovasi ulat hongkong yang dikemas secara instan dapat menjadi solusi dari ketersediaan pakan hewan kesayangan ini disemua daerah sampai ke pelosok negeri.
Untuk bahan baku yang digunakan dalam kemasan produk ulat hongkong milik Hendra ini adalah ulat hongkong dengan kualitas terbaik dari segi umur, ukuran dan nutrisi. “Biasanya kita panen pada umur 70 hari sebelum masa metamorfosisnya di umur 90 hari. Karena pada umur tersebut merupakan umur terbaik yang kami gunakan untuk dikemas. Sementara dipasaran biasanya yang dijual ulat hongkong umur 50 hari. Ukurannya sendiri kurang lebih mencapai 3 – 4 cm dan dikeringkan dengan metode dehidrasi,” papar pria lulusan Fakultas Peternakan IPB University ini.
Masih menurut Hendra teknologi dehidrasi adalah teknik pengeringan sehingga kandungan nutrisi, warna, dan bentuknya tetap terjaga. Sehingga tingkat kesukaan hewan peliharaan tetap baik. Kemudian sebelum dilakukan pengeringan, ulat – ulat ini menjalani treatment khusus yang diberikan oleh tim. Ulat hongkong saat ini permintaan pasarnya paling tinggi dibandingkan komoditas serangga yang lain. “Disisi lain ulat hongkong juga dinobatkan sebagai pangan masa depan oleh FAO (Badan Pangan Dunia), sehingga kedepannya ulat hongkong ini akan prospeknya cukup cerah,” ujarnya.
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 273/Juni 2022