Foto: ist/dok.FapetUGM
Yogyakarta (TROBOSLIVESTOCK.COM). Fakultas Peternakan Unversitas Gadjah Mada memulai proyek pembangunan fasilitas Pusat Inovasi dan Kesejahteraan Bebas Kandang Baterai (cage free), yang merupakan hasil dari kolaborasi internasional kampus UGM dengan Global Food Partner (GFP) dan Aeres University of Applied Sciences - Belanda.
Upacara peletakkan batu pertama diadakan pada Selasa, 7 Juni 2022 di lokasi proyek - kampung Kalijeruk, kab Sleman, DI Yogyakarta, untuk sebagai tanda dimulainya pembangunan pusat pelatihan.
GFP merilis, sebagai produsen telur terbesar ke-7 di dunia, peternak Indonesia perlu dukungan produksi telur cage free agar tetap kompetitif dalam memenuhi permintaan telur cage-free yang terus meningkat di Indonesia dan Asia.
Survei penilaian kebutuhan produsen GFP baru-baru ini menemukan bahwa produsen telur di Indonesia membutuhkan dukungan dari para ahli tentang bagaimana transisi dari sistem kandang konvensional ke produksi unggas cage free, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Pusat pelatihan ini akan memungkinkan produsen telur mencapai kesuksesan, keberlanjutan, dan keuntungan jangka panjang dalam produksi telur bebas kandang baterai.
GFP merilis, Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (Fapet UGM) menunjukkan kepedulian dan minat yang kuat untuk menerapkan kesejahteraan hewan melalui program pembelajaran dan penelitian. Sebagai tindak lanjut dari penandatanganan kerja sama antara GFP, Fapet UGM dan Aeres pada tahun 2021, dibangun pusat inovasi cage free di Kalijeruk, Yogyakarta. Sistem cage free yang dibangun adalah hybrid closed house untuk 3.000 ekor ayam petelur.
“Cage free Innovation and Welfare Hub kami akan menjadi yang pertama di Indonesia dan Asia. Pusat Pelatihan ini akan mempertemukan produsen telur dan pemangku kepentingan industri lainnya untuk meningkatkan keberlanjutan jangka panjang dan daya saing industri telur di Indonesia dan di seluruh Asia. Kami akan memberikan praktik terbaik dalam manajemen dan produksi bebas kandang baterai, menjadi model peternakan bagi produsen bebas kandang, dan sebagai pusat penelitian dan pengembangan,” kata Nuggehalli Jayasimha, COO dan Co-Founder Global Food Partners.
Turut hadir pada upacara Peletakan Batu Pertama pembangunan pusat pelatihan di Kalijeruk ini perwakilan Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan kab Sleman, dan pejabat lokal. Pusat Pelatihan ini akan melibatkan industri peternakan dalam pendiriannya.
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Budi Guntoro mengakui kerjasama berbagai pihak yang terlibat dalam pembangunan pusat pelatihan ini. “Kami berharap dapat menjadi tuan rumah pusat pelatihan ini, yang akan menjadi sarana pembelajaran utama untuk produksi telur bebas kandang baterai bagi masyarakat, terutama mahasiswa, dosen, peneliti, peternak, dan industri, tidak hanya dari Indonesia tetapi juga dari luar negeri.
GFP dan Aeres memberikan dukungan teknis dan operasional untuk peternakan model dan pusat pelatihan bebas kandang baterai, menggunakan peralatan, teknologi, dan ahli terbaik. Fakultas Peternakan optimis bahwa sentra tersebut akan menjadi model untuk produksi bebas kandang baterai yang dapat direplikasi oleh peternak lokal di Indonesia dan di seluruh wilayah.
Budi Guntoro menjelaskan MoU sudah ditandatangani antara GFP dan Aeres University of Applied Sciences Belanda tahun lalu pada masa kepemimpinan Prof Ali Agus (sebagai dekan Fapet UGM). Namun karena pandemi baru bisa dieksekusi saat ini untuk pendirian fasilitas penelitian cage free poultry farming ini. Universitas memberikan lahan di Mangunan - Bantul, namun karena lahannya perlu persiapan 6 bulan cut and fill, maka diputuskan untuk menggunakan lahan milik Bp Sudibyo di Kalijeruk - Sleman.
“Proyek ini melibatkan dukungan banyak pihak diantaranya Hendrix Genetics - Netherlands, PT CPI, Hato Lighting dan Vencomatic. Hotel JW Mariott Yogyakarta bahkan sudah bersedia untuk menampung hasil panenan telur dari farm percontohan cage free ini. Kami juga berharap dukungan dari Pemerintah Kabupaten Sleman terkait beberapa hal, terlebih karena fasilitas ini adalah fasilitas akademik,” ungkap dia.
Budi menyebutkan berdasarkan penelitian awal yang telah dilakukan oleh Prof Ali Agus dan mahasiswanya, telur yang dihasilkan dari peternakan cage free yang secara lokal dijuluki telur ayam bahagia ini jauh lebih bagus kualitasnya dibanding telur ayam dari kandang baterai. “Orang yang setres dan orang yang bahagia tentu berbeda kinerjanya,” ujar dia berseloroh.
Wakil Rektor UGM Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset - Prof Bambang Agus Kironoto menyatakan cage free farming telah menjadi tren dunia, dan mau tidak mau peternakan di Indonesia harus dapat mengikutinya. Fapet UGM dikatakannya telah menjadi pioneer diantara perguruan tinggi peternakan nasional yang cepat tanggap atas isu kesejahteraan hewan dalam industri perunggasan ini.
“Saya beberapa kali dikirimi telur ayam bahagia oleh Prof Ali Agus, saya kira setelah memakan telurnya jadi kita jadi tambah bahagia. Ternyata justru ayamnya yang diternakkan dengan bahagia, dipenuhi kesejahteraannya. Dan sekarang kita berada di sini, di tempat fasilitas peternakan cage free ini akan dibangun. Saya baru pertamakali ke sini, sekarang ketahuan, ternyata Prof Ali mengembangkan ayam bahagia,” ungkapnya santai.
Dia pun berharap agar setelah percontohan ini berhasil, Fapet UGM dapat membangun fasilitas peternakan cage free yang lebih besar di Mangunan yang luas lahannya 150 ha, seluas kampus UGM saat ini. Agar nanti hasil risetnya lebih baik, bisa sampai kepada riset lanjutan dan dapat melibatkan stakeholder industri dan peternak lokal.ist/rw/ntr