Pengembangan ternak bebek entok di Lampung sangat prospektif, karena terdapat sumber pakan murah yang berlimpah, baik dari limbah pertanian maupun limbah pengolahan produk pertanian/perikanan
Para peternak unggas di Provinsi Lampung mulai melirik bebek entok (Cairina moschata) untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber protein hewani masyarakat. Guna mempercepat pengembangannya dan pemasarannya, para peternak membentuk Komunitas Unggas Lampung Berjaya (KULB). Guna mengupas teknis budidaya dan pemasaran bebek entok, KULB menggelar diskusi di Bandarlampung, baru-baru ini. Tampil menjadi narasumber Omo Kusnadi, Direktur Bina Tani, sebuah lembaga nirlaba yang membina petani dalam hal teknis budidaya dan pemasaran produk.
Diskusi dibuka Ketua KULB Solihin yang menjelaskan organisasi yang dipimpinnya berdiri tanggal 25 Juli 2022 lalu dengan anggota sudah teregistrasi mencapai 19 peternak dan populasi bebek 1.404 ekor. Anggota tersebar di lima kabupaten/kota yakni Kota Bandar Lampung, Kota Metro, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Lampung Utara. KULB memiliki visi menjadi penjadi peternak mandiri, profesional dan berwawasan agribisnis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya anggota kelompok ternak unggas lampung berjaya.
“Selain itu, menyediakan ternak unggas konsumsi maupun hias yang berkualitas sehat dan halal, dalam jumlah yang cukup dan sesuai kebutuhan. Dan mengembangkan profesionalisme SDM peternak dalam pengolahan dan budidaya,” ujar Solihin.
Edukasi Pemasaran
Omo Kusnadi mengawali pemaparannya, dengan mengatakan, lembaga nirlaba yang dipimpinnya, di samping membina petani dalam hal teknis budidaya juga menghubungkan produsen dengan pasar. Saat ini terdapat 130-an pelaku UMKM yang dibina Bina Tani pada awalnya mengalami kesulitan pemasaran. Penyebabnya karena yang diurus terbatas pada urusan produksi dan kurang memperhatikan kebutuhan pasar.
“Lalu rata-rata UMKM tersebut masih lemah dalam hal pengemasan, masa kadaluarsa dan kontinuitas pasokan. Sementara pasar eksisting berupa pasar modern membutuhkan ketiga faktor tersebut. Produksi harus stabil dan berkelanjutan serta konsisten dalam menjaga mutu,” sebutnya.
Lanjutnya, dalam merengkuh pasar, UMKM harus fokus dan melakukan kolaborasi. Komunitas Unggas Lampung Berjaya (KULB) yang dibentuk para peternak bebek entok sudah tepat dalam upaya menyiapkan kontinuitas produksi/pasokan dan pemasaran bersama. Sebab di era sekarang pelaku usaha UMKM akan sulit bersaing dengan usaha skala besar jika menembus pasar secara individual.
Di pasar, persaingan tidak bisa dielakkan dan hanya usaha yang efisien yang memenangkan pasar karena bisa menjual produknya dengan harga yang lebih murah.“Khusus untuk ternak entok, tantangannya adalah pakan murah agar biaya produksi rendah dan harga jualnya mampu bersaing dengan produk unggas lainnya, seperti ayam pedaging, ayam lokal dan itik,” sambungnya.
Omo menilai, pengembangan ternak bebek entok di Lampung sangat prospektif mengingat daerah ini memiliki sumber pakan murah yang berlimpah, baik dari limbah pertanian maupun limbah pengolahan produk pertanian/perikanan. “Dalam memasarkan produk unggas, pasar membutuhkan spesifikasi tertentu, seperti berat, citarasa dan warna daging,” ungkapnya.
Selain itu, dalam memasarkan bebek entok pedaging, Omo minta KULB melakukan identifikasi segmen pasar dan fokus pada segmen tersebut. Untuk mengidentifikasi pasar ini, KULB harus melakukan survei. “Segmen pasar terbesar bebek di Lampung apakah di segmen rumah makan/restoran, rumah tangga atau warung tenda/pecel lele/bebek. Lalu cari tahu, apa kelebihan dan kekurangan daging bebek entok dengan itik/bebek pedaging lainnya. Atau malah pasar terbesarnya ke Jabodetabek, apa spek yang dibutuhkan pasar di sana,” paparnya.
Pakan Alternatif
Budi, konsultan peternakan yang hadir pada diskusi tersebut memberikan masukan bahwa untuk pasar menengah ke bawah, faktor harga jual sangat menentukan. Agar biaya produksi rendah maka peternak jangan idealis dalam memilih pakan. Tidak mungkin untung jika sepenuhnya menggunakan pakan pabrikan, sebab harganya terus melambung. “Bisa saja hingga umur tertentu menggunakan pakan pabrikan, tetapi selanjutnya sudah harus menggunakan pakan racikan sendiri guna menekan biaya pakan,” ia mengingatkan.
Untuk pakan mandiri, Budi menyebut, bahan bakunya melimpah di Lampung dan harganya murah, yakni dedak sekam padi, onggok dan ikan rucah. Ketiga bahan pakan tersebut sudah mencukupi kebutuhan karbohidrat, lemat dan protein bagi bebek entok. Dengan meracik sendiri Budi memperkirakan harga pakan hanya Rp 4 – 5 ribu/kg, sementara jika menggunakan pakan pabrikan harganya sudah Rp 9 ribu/kg ke atas.
Selengkapnya baca di Majalah TROBOS Livestock Edisi 277/Oktober 2022
Selengkapnya baca di Majalah TROBOS Livestock Edisi 277/Oktober 2022