Industri peternakan merupakan suatu industri biologis, dimana pengelolaannya harus betul-betul diperhatikan dari segala aspek. Hal ini menyangkut bagaimana menyiapkan kebutuhan ternak itu sendiri, demikian juga kebutuhan pengelolaannya. Industri peternakan khususnya usaha budidaya ayam petelur membutuhkan suatu analisis yang akurat agar usaha tersebut dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Keuntungan yang maksimal hanya dapat diperoleh jika usaha budidaya ayam petelur dikelola secara maksimal sehingga menghasilkan performa yang terbaik sama dengan kemampuan genetik yang dimiliki oleh strain ayam yang dipelihara atau bahkan lebih baik. Ketersediaan kebutuhan ayam tentu menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap suksesnya usaha disertai dengan tenaga kerja atau karyawan yang memiliki skill yang baik. Seiring dengan kemajuan usaha budidaya tentu semakin banyak tantangan yang harus dihadapi seperti meningkatnya biaya produksi serta biaya-biaya lainnya. Akhir-akhir ini kenaikan biaya produksi sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan baku, biaya transportasi yang menyebabkan naiknya harga pakan ternak.
Pakan merupakan komponen terbesar dalam biaya produksi di usaha ayam petelur, yaitu sekitar 70 % dari total biaya. Kualitas pakan yang diberikan pada ayam harus memenuhi kebutuhan nutrisi dari fase-fase pemeliharaan pada usaha ayam petelur. Fase-fase yang di maksud yaitu fase prestarter umur 0 – 5 minggu, fase starter umur 6 – 10 minggu, fase grower umur 11 – 16 minggu, fase pre layer umur 17 – 18 minggu, fase layer 1 umur 19 – 50 minggu, dan selanjutnya fase layer 2 umur 51 minggu sampai apkir.
Pakan ayam bukan hanya dilihat dari segi harga serta kandungan nutrisinya, namun ketersediaannya juga harus diperhatikan dengan baik. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis yang tepat dalam manajemen pakan ayam petelur. Banyak peternak menyiapkan pakan untuk kebutuhan ternaknya dengan jalan membeli pakan yang sudah jadi (complete feed) dan ada juga yang membeli konsentrat saja, karena mereka mempunyai bahan baku pakan seperti jagung dan dedak, selanjutnya mengikuti petunjuk pencampuran pakan berdasarkan saran atau rekomendasi dari pabrik tempat mereka beli. Para peternak yang memiliki kemampuan khusus kadang juga membuat pakan untuk ayamnya dengan formula yang mereka buat sendiri, dengan menyiapkan bahan baku yang dapat dijangkau dengan harga yang bersaing. Peternak seperti ini sering disebut peternak self mix.
Peternak melakukan self mix, jika menganggap bahwa dengan membuat pakan sendiri mereka dapat memproduksi pakan dengan harga yang murah dibandingkan dengan membeli pakan di pabrik. Namun terkadang asumsi itu kurang tepat, karena para pelaku self mix, belum tentu mampu mendapatkan bahan baku yang berkualitas, memiliki kontrol kualitas dan laboratorium yang sesuai seperti feedmill yang besar. Ketidakstabilan bahan baku yang digunakan dari segi kualitas maupun dari segi ketersediaan akan menjadi kendala bagi peternak. Imbasnya, lama kelamaan akan beralih dengan menggunakan pakan yang dibeli dari pabrik pakan.
Pada usaha budidaya ayam petelur, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum berbicara tentang analisis manajemen pakan antara lain lingkungan atau lokasi farm; desain kandang dan sistemnya; peralatan kandang; strain ayam yang dipelihara; kualitas ayam yang dipelihara (kesehatan, berat badan, dan keseragaman (uniformity)); kuantitas dan kualitas pakan yang tersedia; feed intake yang standar; program kesehatan yang tepat; sumber daya manusia yang baik (menguasai manajemen budidaya ayam petelur); serta pemasaran produk (telur, ayam apkir, pupuk). Dari poin-poin di atas maka dapat sangat penting dipahami bagaimana pengelolaan usaha budidaya ayam petelur agar sukses (memberi keuntungan yang maksimal), karena jika salah satu tidak terpenuhi, maka usaha yang dilakukan tidak akan maksimal.
Pelaku usaha, kadang tidak menyadari bahwa ada sesuatu hal yang tidak boleh diabaikan dalam usaha peternakan ayam petelur ini. Hal tersebut tidak dapat diperbaiki secara maksimal bahkan sama sekali tidak dapat dilakukan perbaikan jika usaha sudah berlangsung, yaitu kualitas pullet (ayam dara) yang dihasilkan (jika pullet diproduksi sendiri) atau kualitas pullet yang dibeli dari penyedia pullet. Jika di suatu farm memproduksi pullet sendiri, maka karyawan yang diberi tanggung jawab untuk mempersiapkan pullet adalah karyawan yang memiliki kemampuan yang baik, karena hal ini sangat menentukan kesuksesan usaha tersebut. Namun kadang hal ini tidak disadari oleh pemilik usaha, tanpa pertimbangan yang baik, karyawan yang memiliki kemampuan rendah diberikan tanggung jawab untuk mempersiapkan pullet. Karena pemahaman yang kurang tentang bagaimana mempersiapkan pullet yang berkualitas, maka keputusan seperti itu sering diambil oleh pemilik usaha budidaya ayam petelur.
Sehingga sebagian pelaku usaha ada yang berpikir bahwa, jika menggunakan pakan berkualitas, maka dapat memberikan hasil yang maksimal. Namun yang menjadi poin penting di sini adalah apakah pullet yang tersedia berkualitas atau tidak. Yang dimaksud berkualitas adalah sehat, berat badan sesuai standar, keseragaman minimal sama dengan standar (lebih tinggi dari standar jauh lebih baik), kesemuanya akan terlihat jika proses produksi sudah berlanjut.
Selengkapnya baca di Majalah TROBOS Livestock Edisi 277/Oktober 2022