Jakarta (TROBOSLIVESTOCK.COM). Pemberian obat pada ayam harus tepat, yaitu tepat jenis obat, test dosis, tepat waktu pemberian dan tepat lama pemberiannnya.
Ayu Miftahul Khasanah, Technical Education and Consultation PT. Medion menyebutkan menerangkan tentang seputar pengobatan ini. Dia mmulai dengan menerangkan jenis obat-obatan untuk aya,.
Antibiotik adalah senyawa alami atau sintetik yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik diberikan dengan tujuan pengobatan infeksi bakteri, program pencegahan, dan pemacu pertumbuhan. Namun penggunaan antibiotik sebagai program pencegahan dan pemacu pertumbuhan telah dilarang, sehingga tidak lagi dianjurkan.
Antibiotik, menurut dia terdiri dari beberapa golongan, diantaranya yang memiliki sifat kerja bakterisid atau membunuh bakteri yaitu aminoglikosarida, fluoroquinolon, penisilin, dan linkosamida. Sedangkan golongan antibiotik yang memiliki sifat kerja bakteriostatik atau menghambat pertumbuhan bakteri adalah makrolida, tetracycline, sulfonamida, dan diaminoprimidin.
Dalam mengatasi permasalahan resistensi antibiotik, Ayu menyampaikan solusi dengan melakukan pemberian kombinasi obat secara sinergis, serta melakukan rolling antibiotik. Yang dimaksud dengan rolling antibiotik adalah menggunakan atau memberikan antibiotik dari golongan berbeda setiap interval 3 – 4 kali periode pengobatan.
Lanjutnya, anthelmentik atau obat cacing merupakan senyawa yang berfungsi untuk membasmi cacing pada ternak. Beberapa contoh zat aktif yang sering diberikan antara lain piperazine dengan target cacing gilik dewasa, niclosamide untuk cacing gilik larva hingga dewasa, serta levamisole yang menyasar pada cacing pita dewasa.
Penyakit yang cukup sering menyerang ayam dan disebabkan oleh protozoa ialah penyakit koksidiosis dan leucocytozoonosis (malaria like). Untuk mengatasinya, diperlukan pemberian antiprotozoa. Seperti halnya antibiotik dan antithelmintik, antiprotozoa pun beragam macam golongan dan zat aktifnya.
Sementara itu, Ayu mengutarakan bahwa obat herbal terdiri menjadi 3. Yakni jamu yang berasal dari bahan tumbuhan alami dengan simplisia sederhana, herbal tersandar yang bahan baku dan proses pembuatannya sudah terstandarisasi, serta fitofarmaka yang telah diuji berdasarkan uji uji farmakologi dan toksisitas pada hewan dan uji klinis pada manusia.
Prinsip Pengobatan
Setelah mengetahui jenis-jenis obat yang dapat diberikan pada ayam, maka perlu diketahui juga bagaimana prinsip pengobatan yang harus dipatuhi. Yang pertama, jenis obat yang digunakan harus sesuau dengan penyakit, kemudian obat mampu mencapai organ target dan mengeliminasi bibit penyakit yang menginfeksi.
Selain itu, lanjut dia, obat tersedia dalam kadar cukup, tidak kurang dan tidak berlebih agar tidak menjadi kadar toksisitas. Obat juga harus berada dalam waktu yang cukup.
“Berdasarkan prinsip tadi, maka kita coba membuat metode terkait dengan pengobatan yang tepat. Yaitu tepat diagnosa, tepat pemilihan obat, tepat aplikasi, tepat dosis, dan tepat waktu,” sebutnya. Sebelum mengobati ayam, diagnosa penyakit harus dilakukan dengan tepat. Tahapan-tahapan diagnosa dapat dilakukan dengan anamnesa atau menggali informasi terkait kejadian yang ada di kandang. Kemudian melakukan pemeriksaan terhadap gejala klinis.
Pada setiap penyakit biasanya memiliki gejala klinisnya masing-masing, namun ada juga penyakit-penyakit yang memiliki gejala klinis cukup mirip. Sehingga diperlukan nekropsi atau bedah ayam yang bertujuan untuk mengetahui perubahan pada organ.
“Bila ketiga tahap ini dirasa cukup, maka kita bisa menentukan diagnosa. Tetapi bila masih ragu atau perlu peneguhan lain, kita bisa melakukan uji laboratorium,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menerangkan tepat pemilihan obat artinya obat dipilih sesuai dengan jenis penyakitnya. Kemudian aplikasi pemberian obat juga harus tepat, diberikan secara per oral atau parenteral melalui injeksi pada intramuskular baik di dada maupun paha, atau subkutan. Pemilihan aplikasi pemberian obat ini juga harus mempertimbangkan kesesuaian sediaan obat dan tingkat keparahan penyakit pada ayam.
Sedangkan tepat waktu artinya waktu dalam pemberian obat harus sesuai dengan golongannya. Seperti misalnya pada golongan sulfonamide, pemberian dapat dilakukan selama 3 hari, kemudian dihentikan selama 2 hari, dan dilanjutkan lagi selama 3 hari.
Hal ini dilakukan karena sulfonamide dapat memperberat kerja ginjal, kerjanya hanya bisa memghambat fase aseksual. Sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama sekitar 8 hari untuk 1 siklus pengobatan dengan 2 hari berhenti, dan juga menyesuaikan siklus hidup Eimeria.
“Waktu pemberian yang lebih disarankan adalah 2 kali sehari (07.00 – 13.00 dan 13.00 – 19.00) dengan rentang waktu 6 jam. Pasalnya, obat tidak dapat stabil di lingkungan, jadi untuk menjaga agar kualitas obat itu tetap baik, kita lebih merekomendasikan untuk pemberian 2 kali di pagi dan siang hari,” sarannya.ed/shara