Penurunan angka stunting menjadi satu keharusan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang sehat cerdas dan produktif guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan
Guna meningkatkan kesadaran orangtua kepada anak supaya mengonsumsi daging ayam dan telur. Asosiasi Obat Hewan Indonesia (Asohi) berkolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) serta Kongrames Wanita Indonesia (Kowani) menggelar seminar gizi daging ayam dan telur untuk mengatasi stunting pada Selasa (8/11) di Auditorium BKKBN, Jakarta.
Irawati Fari, Ketua Umum Asohi menuturkan, Asohi sebagai mitra pemerintah ikut andil dalam penurunan prevalensi stunting di Tanah Air. Salah satunya mengontrol manajemen peternakan yang sesuai dengan anjuran Asohi. Supaya pangan hewani yang dikonsumsi masyarakat, aman dan bergizi. Ayam pun harus dipelihara dan diperlakukan agar selalu dalam kondisi sehat guna mampu menghasilkan daging ayam dan telur yang berkualitas. “Entah diberikan vaksin, obat-obatan maupun suplemen yang sekiranya mampu meningkatkan kualitas produk dari ayam tersebut. Asohi pun turut berperan dalam hal itu guna memasok asupan gizi melalui intervensi nutrisi berupa protein hewani guna menangkis stunting,” katanya.
Tidak hanya itu, menurut Irawati, Asohi pun ikut berkontribusi dalam menangkis isu-isu yang tidak benar terhadap daging ayam maupun telur. Beredarnya isu yang tidak benar seperti penggunaan Antibiotic Gramowth Promoters (AGP) yang merangsang pertumbuhan pada ayam. Imbasnya, menimbulkan resistensi terhadap masyarakat yang mengonsumsi daging ayam dan telur.
“Hal itu tidak dibenarkan, pasalnya pemerintah Indonesia telah melarang penggunaan AGP pada unggas. Kalaupun tidak dilarang, harga AGP sangat mahal dan imbasnya peternak dirugikan. Sehingga dengan seminar ini, masyarakat tidak perlu khawatir akan beredarnya isu tersebut. Terlebih, daging ayam dan telur merupakan pangan hewani mampu mencegah stunting di tanah air,” jabarnya.
Kendati demikian, ia sampaikan, pihaknya tidak bisa bekerja sendiri tanpa bantuan organisasi atau lembaga terkait. Seperti BKKBN dan Kowani untuk saling bersinergi guna memberikan edukasi dan informasi pentingnya konsumsi pangan hewani untuk mencegah stunting. “Terutama bagi perempuan memiliki peran vital dimulai dari usia produktif, lalu menikah serta 1.000 HPK (hari pertama kehidupan) untuk senantiasa menjaga kebutuhan nutrisinya tanpa terkecuali konsumsi pangan hewani,” imbuhnya.
Konsumi Pangan Berkualitas dan Proporsional
Triza Arif Santosa, Dokter Spesialis Anak mengatakan daging ayam dan telur bermanfaat untuk menjadikan keluarga sehat. Sebab dengan mengonsumsi peotein hewani mampu mencegah prevalensi stunting bagi balita. Seperti pada telur, selain, kandungan protein tentu terdapat kolin dan asam lemak esensial seperti omega-3 (DHA, EPA, ALA) yang memiliki peranan penting untuk fungsi kecerdasan sekaligus mencegah demensia.
Sementara, pada daging ayam tinggi akan kandungan vitamin B kompleks yang berperan dalam proses kerja tubuh, enzim, hormon dan metabolisme tubuh bahkan saraf. Bahkan, daging ayam juga tinggi kandungan zat besi. Pasalnya, zat besi yang terdapat pada daging ayam mudah diserap oleh tubuh.
“Zat besi sebetulnya ada di berbagai zat makanan, tetapi zat besi pada sumber pangan hewani dalam hal ini daging ayam lebih mudah diserap dibandingkan zat besi yang terdapat pada pangan nabati (sayur-sayuran). Juga pada daging ayam terdapat zink dan selenium yang tinggi berfungsi untuk daya tahan tubuh serta sebagai antioksidan,” jelasnya.
Selengkapnya Baca Di Majalah TROBOS Livestock Edisi 279/Desember 2022