Boyolali (TROBOSLIVESTOCK.COM). Bergelut di usaha hilir tentu menjadi ladang bisnis menjanjikan. Terlebih, erat kaitannya dengan produk peternakan dengan ragam khasiatnya. Tentu, jika didukung dengan lingkungan memadai, hasilnya akan lebih optimal. Berbekal ayahnya seorang peternak sapi perah di Desa Kembangsari, Kecamatan Gladagsari Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Isnaini Ayu Lestari tergugah menjadi wirausahawan dengan menghasilkan produk olahan susu.
Wanita yang akrab disapa Isna ini mengatakan, awal mula usaha tersebut lantaran lingkungan disekitarnya merupakan peternak sapi perah. Setiap peternak di kampungnya memiliki satu hingga belasan ekor sapi perah termasuk ayahnya. Kendati demikian, tepatnya akhir 2017, harga susu segar di tingkat peternak masih terbilang rendah yakni Rp 4.500 per liter. “Dari situlah, saya berfikir untuk membuat olahan susu agar harga jualnya meningkat,” ungkapnya kepada TROBOS Livestock (15/1).
Isna menceritakan, olahan susu yang dibuat pertama kali ialah permen dan dodol. Sayangnya, hanya sampai ditahap trial and error belum sampai menjadi produk. Barulah terbesit ide untuk membuat yoghurt. Selain komposisi susunya yang lebih dominan serta tidak terlalu mengubah bentuk susunya. Juga teknologi pengolahannya pun tidak sulit hanya dengan dipanaskan dan fermentasi.
Bahkan berselang dua tahun kemudian, Isna melakukan diversifikasi produk berupa susu pasteurisasi dan susu kurma, “Alhasil, dengan sedikit sentuhan teknologi pengolahan, mampu memberi nilai tambah pada susu. Imbasnya, menjadikan nilai jualnya meningkat dibandingkan susu segar yang dijual secara langsung," terangnya.
Baginya, tentu tidak mudah untuk mengenalkan produk susu olahannya terutama yoghurt kepada masyarakat sekitar, mengingat yoghurt memiliki rasa sedikit asam. Butuh waktu guna mengenalkan produk yoghurt miliknya. Terlebih, ia tinggal di salah satu desa di Lereng Merbabu, di mana masyarakat desa waktu itu belum terlalu mengenal dan terbiasa mengonsumsi yoghurt.
Lambat laun, berkat keuletan dan kegigihannya, masyarakat pun mulai mengenal produk miliknya. “Meskipun masih terkendala dengan pengiriman jarak jauh karena produk olahan susu mudah rusak. Namun saya tetap optimis produk ini tetap laku di pasaran,” imbuhnya.
Kelebihan Produk
Isna mengklaim, produknya berasal dari susu segar berkualitas asli peternak sapi perah di Boyolali. Bahkan produknya telah memiliki sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak 2021. Keunggulan lainnnya, tidak menggunakan bahan pengawet serta memakai gula asli (tanpa pemanis buatan). “Seperti susu pasteurisasi, tidak ditambah dengan air dalam pengolahannya, jadi susu sapi murni seutuhnya,” katanya.
Respon konsumen, Isna kemukakan, banyak yang senang karena anak-anak bisa mendapat cemilan yang lebih sehat berupa frozen yoghurt, dibandingkan dengan jajanan kekinian yang mengandung banyak bahan tambahan pangan. Penggemar susu juga menyukai susu pasteurisasi miliknya. Tak ayal, jika produk olahan susu ini menjadi oleh-oleh bagi pengunjung ketika berkunjung ke Boyolali.
Khususnya yoghurt, menurut Isna, memiliki ragam khasiat. Seperti, menyehatkan sistem pencernaan karena mengandung bakteri baik (probiotik). Selain itu, mencegah kerapuhan tulang (osteoporosis) bahkan mampu menurunkan risiko darah tinggi. Tak hanya itu, yoghurt disinyalir mampu menurunkan kadar kolesterol darah. Terakhir meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terserang penyakit.
Saran Kepada Pemerintah
Kedepannya, Isna ingin membuat tempat untuk display produk olahan susu, serta produk lain dari Desa Kembangsari. Supaya produknya semakin dikenal dan desanya semakin berkembang. “Semoga usaha ini semakin maju, dapat menyerap lebih banyak susu dari peternak dan masyarakat semakin bangga dan makmur menjadi peternak,” harapnya.
Ia pun berpesan kepada pemangku kebijakan seperti pemerintah desa untuk turut mengenalkan produk buatan desanya. Mengingat kampungnya, memiliki potensi besar khususnya usaha peternakan sapi perah. “Ketika semua pihak bersinergi untuk saling bahu-membahu, diharapkan kedepannya dapat terbentuk Kampung Susu sebagai salah satu destinasi wisata di Boyolali,” usulnya.
Lebih lanjut, Isna sampaikan, bagi Dinas terkait seperti Dinas Peternakan; Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah serta Dinas Perdagangan dan Perindustrian untuk selalu memberikan pendampingan berupa dukungan dan pengetahuan seperti tahun-tahun sebelumnya, baik melalui pelatihan, maupun bazar. “Karena bagi UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) untuk terus tumbuh dan membesar memang memerlukan waktu dan upaya terutama terkait infrastruktur,” saran wanita berumur 30 tahun ini.zul