Khasiat Herbal untuk Unggas

Khasiat Herbal untuk Unggas

Foto: 


Obat herbal itu harus melalui proses ekstrak dan diambil bahan aktifnya yang berkhasiat. Kemudian ditentukan dosis efektifnya oleh apoteker atau dokter hewan
 
Preparat herbal untuk unggas berpotensi menyempurnakan upaya menyehatkan unggas, yang berpondasi pada biosekuriti dan vaksinasi. Herbal sebagai imbuhan pakan juga berpotensi meningkatkan performa dan kualitas produksi unggas.
 
Riset akademik dan laboratorium industri pun mengonfirmasi manfaat dari ramuan herbal terhadap kesehatan, performa dan pembentukan kekebalan pada ayam. Di sisi lain, pemerintah dan masyarakat semakin peduli terhadap bahaya resistensi antibiotika yang dituding oleh sebagian pihak, pangkal terbesarnya pada industri ternak khususnya unggas. Hal ini telah menjadi akselerator bagi research and development pabrik obat hewan dan industri budidaya untuk mengeksplorasi formula herbal pengganti antibiotika. 
 
Hal itu terungkap pada seminar online Mimbar ke-32 TROBOS Livestock bertema “Efektivitas Herbal untuk Kesehatan Unggas” yang digelar oleh TCOMM secara daring, medio Februari 2023 lalu. Acara yang disiarkan melalui aplikasi Zoom dan kanal youtube AgristreamTV ini menghadirkan Prof Bambang Pontjo Priosoeryanto, Peneliti Herbal dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University,  Retnoningtyas, Apoteker, Product Management PT Medion Farma Jaya dan Nuryanto, Praktisi Perunggasan. 
 
Meracik, Sebuah Pilihan
Potret pemanfaatan herbal dengan cara yang paling bersahaja tergambar dari kisah Kepala Bagian Produksi Broiler PT Tri Satya Mandiri (TSM), Aris Khumaidi. Dia menuturkan, farm TSM memakai herbal sejak 6 tahun lalu. “Awalnya meracik bahan jamu dari pasar, lalu dibersihkan dan diolah sendiri dengan diblender/giling dan dipanaskan. Selanjutnya menambah dengan fermentasi menggunakan EM4. Akhirnya studi literatur, ketemulah formula yang lebih pas bagi ayam,” tuturnya.
 
Tantangan meracik sendiri ramuan herbal, menurut dia diantaranya adalah kestabilan kuantitas dan kualitas pasokan bahannya. Saat penghujan, kadar air dari empon-empon akan meningkat. Maka diperlukan kompensasi pada komposisi dan dosis pemberiannya. Bahan utama racikannya adalah jahe, kunyit, temulawak, dan kencur ditambah asam jawa dan gula merah. Kadang-kadang ditambah dengan lengkuas dan daun pepaya. “Gula merah kita ganti dengan dextrose supaya lebih mudah terserap,” ujar Aris.
 
Aris merumuskan indikator keberhasilan penggunaan herbal pada broiler (ayam pedaging), versi lapangan tentunya. Ramuan harus menunjukkan hasil yang baik pada ayam. Meliputi nafsu makan, kebugaran, pertumbuhan, pernapasan, bau/amonia, dan tekstur kotoran. Dia memesan ramuan jamu yang sudah digiling kepada pedagang bumbu di pasar. Pedagang membuatkan komposisi berdasarkan permintaannya. Setiap kali order diperkirakan cukup untuk 120 ribu ekor broiler selama sepekan. Biayanya Rp 800 ribu – 1 jutaan setiap siklus. 
 
Pemberian herbal fase pertama, Aris menjelaskan, dimulai sejak umur 7 hari sampai 15 hari. Fokusnya untuk memacu feed intake dan pengurangan dampak stres karena manajemen. Seperti lepas brooding dan pelebaran kandang. Setelah 15 hari herbal ditujukan untuk memperkuat pencernaan dan saluran pernapasan. Daya cerna yang kuat akan meminimalkan sisa nutrisi dalam kotoran sehingga bau dan amonia berkurang. 
 
Riset Formula Herbal 
Prof Bambang Pontjo Priosoeryanto menyatakan Indonesia dikenal dunia sebagai mega biodiversity, kaya bahan alami yang berkhasiat. Tercatat 10 ribuan spesies tanaman dari 50 ribuan spesies lokal Indonesia memiliki potensi sebagai tanaman obat/bahan baku obat herbal. Tidak hanya tanaman, hewan tingkat rendah pun, terutama dari laut banyak yang mempunyai khasiat. Cacing tanah, sponge laut, kerang mata merah, dll. 
 
Adapun 10 jenis herbal yang telah telah diteliti dan diakui berkhasiat adalah temulawak (Curcuma Xanthorrhiza), temu ireng (Curcuma aeruginosa), meniran (Phyllanthus niruri), sambiloto (Andrographis paniculate), keladi tikus (Typhonium flageliforme), kapulaga jawa (Amomum compactum), kunyit (Curcuma domestica), pare (Momordica charantia), jahe (Zingiber officinale), blustru (Luffa cylindrica), dll. 
 
Bambang menerangkan sebelum membahas lebih jauh tentang penggunaan bahan herbal sebagai obat hewan, harus mengenali terlebih dahulu pembagian penyakit hewan khususnya pada unggas secara sistematis. Agar bahan herbal yang dipergunakan nantinya sesuai dengan penyakitnya. Penyakit hewan terdiri dari penyakit infeksius dan non infeksius (degeneratif). Penyakit infeksius diantaranya disebabkan oleh virus (penyakit viral) seperti Avian Influenza (AI), Newcastle Disease (ND), dll. Kedua, penyakit bakterial atau disebabkan oleh infeksi bakteri seperti kolibasilosis. Ketiga, penyakit fungal yang disebabkan oleh jamur seperti kandidiasis. Keempat, penyakit parasitik seperti koksidiosis, cacingan dll.
 
Uji Tantang
Bambang juga telah meneliti khasiat dari formula ekstrak temulawak, meniran,  sambiloto dan temu ireng untuk mencegah dan atau menanggulangi kematian ayam percobaan pada uji tantang menggunakan virus flu burung (Avian Influenza/AI).
 
Secara meyakinkan, ayam yang diberi formula ekstrak keempat bahan herbal baik divaksin maupun tidak divaksin AI, ternyata lebih bertahan hidup dibandingkan ayam yang tidak diberi perlakuan apapun (kontrol negatif). Artinya formula herbal ini mampu membangun kekebalan yang dapat membentengi dari infeksi virus AI. 
 
Dari 4 jenis herbal yang digunakan, diterangkan Bambang, disusun menjadi 14 macam campuran / formula. Dari penelitian ini, didapatkan formula nomor 4 dan 7 terlihat lebih efektif pada berbagai aspek. Aspek yang diteliti meliputi aktivitas antioksidan, jumlah sel darah putih, toksisitas, aktivitas dan kapasitas fagositosis, histopatologi, performa pertumbuhan, dan uji tantang terhadap virus AI.
 
Keempat tanaman tersebut kemudian diolah untuk selanjutnya dicampurkan ke dalam pakan layer (ayam petelur) maupun broiler berdasarkan formula yang telah dirancang, untuk menentukan dosis pemberian. Alasan pemberian dilakukan pada pakan tidak pada air minum karena air minum cenderung lebih mudah terkontaminasi dan tidak tahan lama. Hasilnya angka palatabilitas antara 94 – 98 % tidak ada perbedaan palatabilitas antara pakan asli tanpa campuran ramuan dengan pakan yang telah dicampurkan ramuan herbal. Bahkan dari segi bau  pakan, karena ramuan yang dicampurkan tidak lebih dari 5 %. Uji toksisitas menunjukkan tidak ada efek racun pada tubuh ayam dari pemberian formula herbal ini.
 
Pengujian dalam tubuh layer dan broiler yang diinfeksi virus AI, dilakukan selama satu bulan di laboratorium berstatus biosafety level 3 (BSL-3).  Ayam dibagi menjadi dua grup formula, yaitu formula 4 dan 7. Masing-masing dikelompokkan lagi ke dalam 4 sub kelompok perlakuan. Kelompok pertama adalah kontrol (tanpa divaksin, tanpa herbal), kelompok kedua ayam tidak divaksin namun diberi formula herbal. Kelompok ketiga ayam divaksin namun tidak diberi herbal. Kelompok keempat, ayam divaksin sekaligus diberi herbal.
 
“Ayam yang diberi vaksin memiliki kekebalan tubuh sehingga masih bisa hidup.  Yang menarik dari hasil tersebut adalah sebanyak 40 % ayam yang hanya diberi herbal dalam pakannya tanpa divaksin, dapat bertahan hidup sampai penelitian berakhir meskipun telah diinfeksi AI,” dia mengungkapkan. Terbukti formula herbal itu memiliki efek imunostimulasi. Sehingga 40 % populasi yang tak divaksin pun mampu menahan serangan AI.
 
“Kami juga meneliti lebih lanjut apakah formula herbal yang diuji tantang dengan AI ini juga dapat berfungsi sebagai anti koksidia. Kalau ada potensi untuk anti koksidia juga, maka tentu akan menjadi semakin ekonomis, satu formula dapat dipergunakan untuk menghadapi 2 penyakit. Kita sedang ujikan in vitro di Taiwan,”paparnya. Pada waktu lalu, khasiat kapulaga untuk mengobati complex respiratory disease (CRD) pada unggas juga sudah diteliti.
 
 
Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 282/ Maret 2023
 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain