Sabtu, 1 April 2023

Prof Rachmat Pambudy:Urgensi Industri Perunggasan di Tanah Air

Prof Rachmat Pambudy:Urgensi Industri Perunggasan di Tanah Air

Foto: 


Indonesia merupakan negara besar, tidak hanya populasi manusia yang berjumlah kurang lebih 276 jutaan jiwa, tetapi wilayahnya pun cukup luas meliputi dari Aceh sampai Papua. Jika diibaratkan di benua Eropa dari ujung London, Inggris sampai ke Ankara, Turki sehingga bisa dibayangkan begitu luasnya wilayah Tanah Air ini.
 
Dengan semua potensi yang dimiliki Indonesia ini, tentunya berbanding lurus dengan potensi sumber daya alamnya. Terkait komoditas peternakan, bisa dilihat bahwa potensinya cukup besar baik dari ternak hasil domestifikasi dari luar ataupun ternak endemik yang merupakan asli Indonesia sendiri. Baik jenis ternak ruminansia besar, unggas dan aneka ternak lain. Tetapi yang cukup strategis jenis ternaknya yaitu, sapi, kerbau, domba, kambing dan unggas.
 
Di Indonesia ternak unggas dikenal istilah ayam ras dan ayam buras/kampung/lokal. Ayam ras merupakan ayam yang berasal dari induk atau nenek moyang yang diimpor dari luar, sedangkan ayam buras merupakan ayam kampung/lokal yang induk atau nenek moyangnya berasal dari Indonesia. Sementara untuk ayam ras ada ayam pedaging (broiler) dan ayam petelur (layer). Untuk pedaging dan petelur ini, industrinya cukup berkembang saat ini.
 
Ternak ayam pedaging dan petelur ini, mempunyai tempat khusus di tanah air karena dalam pertumbuhannya cukup pesat. Zaman dulu, ketika masyarakat Indonesia cukup sulit dalam ketersediaan hewani, namun sejak perunggasan masuk ke tanah air yang dibawa oleh para pendahulu seperti Dosen Peternakan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia ketersediaan protein hewani mudah untuk didapatkan. Dosen yang belajar di luar negeri tersebut mengenalkan ternak unggas unggul ke dalam negeri beserta teknologinya. Mereka yang mengenalkan ayam ras di dalam negeri dan akhirnya tumbuh serta berkembang dengan istilah yang populer pada waktu itu adalah backyard poultry. 
 
Dari 1970, yang awalnya ayam ras tidak ada di catatan Badan Pusat Statistik (BPS), namun melalui berbagai program yang digalakkan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian seperti Bimas Ayam dll, akhirnya berkembang cukup masif. Bahkan pada 1985, populasinya sudah mencapai jutaan ekor. 
 
Seiring berjalannya waktu populasi ayam pedaging meningkat cukup signifikan, walaupun sempat menurun akibat beberapa hal seperti krisis ekonomi 1998 dan wabah penyakit Avian Influenza (AI). Saat ini, mungkin populasi broiler sudah mencapai 3,5 miliar ekor per tahun. Pertumbuhan yang luar biasa ini, tidak hanya tumbuh di on farm. Tetapi di hulu, hilir dan sapronak (sarana produksi peternakan) antara lain, industri pakan, peralatan kandang dan obat hewan serta industri pendukungnya.
 
Industri perunggasan saat tumbuh, tidak hanya sendiri namun menarik dan mendorong industri yang terkait lainnya. Misalnya, di hulu perbibitan dan hilir horeka (hotel restoran dan katering). Belum lagi, di industri pakan terkait salah satu bahan baku yaitu jagung yang mendorong pertanian tanah air pun ikut berkembang.
 
Oleh karena itu, jika terjadi sesuatu atau masalah pada industri perunggasan maka akan berdampak tidak hanya pada peternak yang tidak bisa memelihara ayam. Tetapi industri ikutannya pun dari hulu sampai hilir akan terkena imbasnya. Contohnya, industri pakan yang mempunyai peran cukup besar dalam berbudidaya ternak broiler dan layer, karena hampir 70 persen biaya produksi merupakan biaya pakan. Kemudian yang berefek terhadap industri pertanian juga misalnya jagung yang tidak dapat terserap. 
 
Industri perunggasan merupakan salah satu agribisnis yang komplet, karena sudah terintegrasi antara hulu, on farm dan hilir. Selain, kelapa sawit dan kopi. Perunggasan merupakan industri yang sangat penting dari masa lalu, sekarang dan kedepannya. Untuk membangun industri perunggasan kedepan ada beberapa hal yang harus dilakukan. Diantaranya, mengurangi ketergantungan bahan baku impor dengan memperbanyak bahan baku lokal. Sehingga, nilai tambah ekonomi bagi petani dalam negeri.
 
Selanjutnya dengan produksi yang berlebih, baik ayam dan telur harus dicarikan solusinya agar harga jualnya menguntungkan semua pihak. Salah satunya dengan memperbesar permintaan melalui peningkatan konsumsi dan ekspor. Konsumsi ayam dan telur masih dapat meningkat, karena selama ini masih bersaing dengan pulsa dan rokok. Ekspor harus didorong dengan competitiveness berupa harga tentunya. Apalagi ada beberapa negara eksportir yang mengurangi kuota ekspornya sehingga menjadi berkah bagi Indonesia seperti di Singapura sehingga peluangnya lebih besar dalam menggenjot ekspor karkas ayam ini.
 
Selain itu, perunggasan pun harus siap memenuhi kesepakatan pembangunan global yang berlaku untuk semua negara (universal) atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang terdiri dari 17 item. Lalu, produk perunggasan tanah air pun harus siap menghadapi perubahan iklim serta perdagangan yang lebih adil. Beberapa poin tersebut merupakan arah industri perunggasan kedepan. Oleh itu harus ada harmoni, sinergi dan berkeadilan dalam proses produksi di industri perunggasan agar menjadi lebih baik dan berkembang lagi. TROBOS
 
 
 
Guru Besar Pada Fakultas Ekonomi dan 
Manajemen IPB University
 
 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain