Efisiensi Produksi Menghadapi Perubahan Iklim

Prediksi akan ada kekeringan di tanah air, sepertinya akan terjadi. Contohnya di Bogor yang merupakan Kota Hujan, beberapa hari terakhir tidak ada hujan. Sehingga antisipasinya harus seprti apa. Tanaman jagung merupakan salah satu bahan pakan ternak yang biasa pakai di dalam formulasi pakan, terutama pakan unggas. Jumlahnya pun bisa mencapai 50 – 60 persen, sehingga ketersediaan jagung sangat berpengaruh terhadap biaya pakan yang menyumbang 70 persen dalam biaya produksi.

 


Kalau dilihat supply dan demand bahan baku pakan, di Indonesia tidak adanya sistem carrie over atau kelebihan stok. Saat ini, hanya ada penyimpanan seperti di silo milik feedmill (pabrikan pakan) yang ketersediaannya dapat bertahan 2 – 3 bulan saja. Jika lebih dari waktu tersebut menyebabkan alur keuangan akan terhambat dan terdapat resiko jagung akan rusak.

 


Berbeda dengan di Amerika, hasil panen jagungnya dapat disimpen di silo milik petani, pemerintah daerah dan tempat penyimpanan lain yang dapat bertahan satu tahun penuh. “Pabrikan pakan hanya buffer stock selama 2 bulan agar produksi tidak terganggu sambil menunggu bahan baku impor datang yang kadang kadang sampai 6 minggu,” jelasnya.

 


Belum Mencukupi Permintaan
Produksi jagung tahun ini masih kurang dibandingkan konsumsi. Indikasinya dapat dilihat pemakaian wheat (gandum) cukup melonjak. Karena beberapa tahun terakhir di pabrikan pakan, jika ketersediaan jagung berkurang maka penggunaan gandum meningkat.

 


Dalam lima tahun terakhir, pemerintah menggenjot produksi jagung dengan berbagai cara. Hasilnya memang naik, namun secara keseluruhan masih belum mencukupi kebutuhan jagung tanah air. Selisihnya mungkin ada 1 – 2 juta ton per tahun. Hanya persoalan kedepan jika dianalogikan dengan pertumbuhan industri pabrik pakan dan konsumsi protein hewani pada 20 – 30 tahun mendatang, kurang lebih membutuhkan jagung sebanyak 10 – 12 juta ton lagi. Oleh itu, semua pihak harus memikirkan solusinya seperti apa.

 


Selama ini, bahan baku pakan pengganti jagung masih belum didapatkan di Tanah Air. Walaupun sudah ditelusuri sudah 30 – 40 tahun. Oleh itu, pabrikan pakan yang memerlukan jagung dan tidak tercukupi. Mau tidak mau harus melakukan impor bahan baku pengganti jagung, sekarang ini dengan gandum. Diprediksi Indonesia merupakan salah satu negara terbesar importir gandum di Dunia setelah Mesir. Impor gandum memang tidak hanya pangan, tetapi pakan.

 


Dengan kondisi ketersediaan jagung yang kurang dipasaran, tentunya akan saling berebut antara peternak self mixing (mencampur pakan sendiri) dengan pabrikan pakan. Jagung yang berada di daerah – daerah sentra peternak layer (ayam petelur) seperti Kediri dan Blitar, Jawa Timur akan diserap peternak daerah tersebut. Pabrikan pakan akhirnya, akan membeli gandum impor, sedangkan jagung lokal akan habis oleh peternak – peternak layer self mixing skala rakyat. Kalau pabrik pakan membeli habis jagung lokal, harganya akan melonjak.

 


Saat ini, harga jagung di pabrikan pakan senilai Rp 5.800 – 6.250 per kg. Jika dikonversikan ke dollar sebesar 410 dolar per ton, sedangkan harga jagung di dunia hanya 300 dolar per ton. Harga jagung lokal saat ini lebih mahal dibandingkan harga jagung dunia.

 


Jagung punya nilai energi lebih tinggi dari gandum, tetapi nilai protein jagung dibawah protein gandum. Sehingga di Dunia, gandum harganya lebih mahal dibandingkan jagung. Maka itu, tentunya harga pakan pun akan mengalami kenaikan.

 


Saat ini bahan pakan lokal belum ada yang dapat menggantikan beberapa bahan pakan impor. Misalnya untuk segi energi, jagung nilai energinya mencapai 3000 kalori, sementara BIS (Bungkil Inti Sawit) energinya hanya 1.400 kalori dan dedak energinya 2.600 kalori. Lalu dari segi protein, bungkil kedelai yang nilai proteinnya mencapai 46 % sementara sawit hanya 14,5 % dan dedak 12 %.

 


Ternak harus makan dengan kandungan sumber energi yang tercukupi. Sumber energi masih dominan didapatkan dari biji – bijian. Kalau dulu, impor jagung masih boleh, sekarang tidak sehingga alternatifnya dengan gandum.
 

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 286/ Juli 2023

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain