Perjalanan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR-1111) IPB sejak didirikan pada 6 Mei 2013 mengalami dinamika yang makin menantang. Minat komunitas rakyat di pedesaan untuk belajar makin tinggi ketika mengetahui filosofi dan konsep pembelajaran partisipatif SPR-1111 yang menekankan pada pemberdayaan rakyat dan optimalisasi sumberdaya alam di sekitarnya untuk kegiatan ekonomi melalui bisnis kolektif berjamaah. Tergantung pada sumberdaya alam yang ditempati, komunitas rakyat dapat membentuk sekolah seperti SPR-1111 tersebut. Tentu saja pembentukannya juga melalui proses yang dimulai dengan menjalin kerjasama antara rektor perguruan tinggi dan Bupati pemerintah Kabupaten setempat.
Pada Februari 2022, telah dideklarasikan Sekolah Perkotaan Rakyat di Kecamatan Mojoroto Kota Kediri setelah ada penandatanganan Walikota Kediri dan Rektor IPB. Lokasi SPR ini di pinggir Sungai Brantas yang di lokasi tersebut di atas lahan seluas 8 hektar dan dapat ditanami komoditas apa saja baik untuk bahan pangan maupun pakan. Pada Juni 2023 telah dideklarasikan Sekolah Pertanian Rakyat di Tomage dan Bomberay serta Sekolah Perkampungan Rakyat di Fior dan Arguni di Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat setelah ada kerjasama antara Bupati Fakfak dan Rektor IPB. Perkembangan ini memaksa adanya perubahan kepanjangan SPR dari Sekolah Peternakan Rakyat menjadi Sekolah Pemberdayaan Rakyat.
Dengan demikian, Sekolah Pemberdayaan Rakyat IPB (SPR-IPB) sudah menaungi empat program SPR yaitu SPR-1111 untuk Sekolah Peternakan Rakyat; SPR-0301 untuk Sekolah Pertanian Rakyat; SPR-0109A untuk Sekolah Perkotaan Rakyat; dan SPR-0109U untuk Sekolah Perkampungan Rakyat. Ke depan akan lahir pula SPR lainnya seperti Sekolah Perikanan Rakyat dan Sekolah Perkebunan Rakyat. Intinya semua komunitas rakyat harus dipintarkan melalui pembelajaran partisipatif SPR sesuai dengan usaha yang dilakukannya selama ini. Ada usaha peternakan, perkebunan, perikanan, dan sejenisnya. Tanpa pembelajaran sebagaimana yang telah dilakukan di SPR-1111, komunitas rakyat tidak akan pernah dapat meningkatkan kemampuan dan potensinya dalam menggarap sumberdaya alam yang ditempatinya selama ini.
Alumni program SPR membentuk perkumpulan Solidaritas Alumni SPR Indonesia tingkat kawasan (SASPRI-K) yang secara otomatis bergabung dalam SASPRI-Nasional. Di setiap SASPRI-K selalu dibentuk Stasiun Lapang SPR (SL-SPR) berdasarkan nota kesepahaman antara pimpinan perguruan tinggi penyelenggara SPR dan Wali SASPRI-K. SL-SPR ini mencakup kawasan pembelajaran SPR yang minimal terdiri atas tiga desa dan maksimal dalam satu kecamatan. Di dalam kawasan tersebut, ada berbagai komoditas tanaman yang dikembangkan warganya. Sampai saat ini SL-SPR di 23 SASPRI-K berbasis persawahan, perkebunan sawit, perkebunan karet, perkebunan kelapa, dan perkebunan kopi. Ada juga SPR yang sudah memiliki ranch seluas 1200 hektar yang perlu ditataulang lagi di Kabupaten Fakfak.
Sampai hari ini, SL-SPR telah digunakan untuk kegiatan tugas akhir mahasiswa. Sedikitnya tiga disertasi doktor, tujuh thesis master, dan puluhan skripsi sarjana telah ditulis. Topik yang diteliti atau dipelajari untuk bahan tugas akhir mahasiswa S1, S2, dan S3 sangat beragam karena mahasiswa yang melakukan penelitian berasal dari berbagai fakultas. Jelas bahwa SL-SPR merupakan lokasi potensial bagi pengembangan ilmu dan teknologi yang langsung dapat memberi manfaat kepada komunitas yang menempatinya.
Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 287/ Agustus 2023