Pakan sebagai Sumber Energi
Pakan dan keseimbangan nutrisinya memegang peran paling penting dalam menopang kesehatan ternak dan performa produksi. Pakan sebagai sumber energi biokimiawi basal yang digunakan untuk aktivitas kehidupan ternak yaitu menjalankan fungsi fisiologis tubuh yang vital antara lain, bernapas, peredaran darah dan kerja organ tubuh lainnya.
Energi yang teretensi atau yang terperangkap akan kita lihat sebagai pertumbuhan (daging) dan produktivitas telur pada ayam petelur (layer). Ini mengandung pengertian kita harus memahami berapa kandungan energi di dalam pakan agar cukup untuk kebutuhan energi basal dan mencukupi potensi ternak untuk melakukan retensi terhadap energi tersebut. Hal ini tentu disesuaikan dengan spesifikasi ternak yang menggunakan pakan tersebut
Nutrisi Yang Termanfaatkan
Bentuk senyawa yang langsung bisa dimanfaatkan oleh sel somatis untuk tumbuh adalah bentuk sederhana dari karbohidrat (misalnya glukosa, fruktosa), bentuk sederhana penyusun protein (berbagai asam amino) dan bentuk sederhana penyusun lemak (asam lemak dan gliserol) serta vitamin dan mineral sesuai dengan kebutuhan pada setiap fase pertumbuhan. Bentuk sederhana nutrisi bisa diperoleh secara optimal bila kelenjar-kelenjar pencernaan (antara lain kelenjar parotis, pankreas dan hati) mampu memproduksi enzim pencernaan secara baik.
Senyawa sederhana dalam bentuk monosakarida, asam amino, asam lemak dan yang lain akan diserap sebagian besar di usus halus. Ini berarti integritas kesehatan saluran pencernaan sangat penting untuk diperhatikan, diantaranya, Pertama, perkembangan dan pertumbuhan morfologi saluran pencernaan. Jika ada masalah dalam pencernaan bisa menyebabkan pertumbuhan sel-sel saluran pencernaan tidak berkembang (lambung, usus halus hingga usus besar tidak tumbuh kembang secara normal). Hal ini bisa diamati pada ayam, misalnya kasus Runting and Stunting Syndrome (RSS) sebagai akibat pankreas rusak karena infeksi virus Reo. Banyak komponen pakan yang tidak tercerna dengan baik dan juga adanya kegagalan penyerapan nutrisi karena ukuran usus tidak berkembang.
Kedua, buat suasana usus agak asam, bakteri patogen tidak optimal tumbuh dan berkembang pada saluran usus yang bersifat asam. Di lapangan hal ini bisa dilakukan dengan pemberian pre-, pro- atau post-biotik (asam butirat, asam sitrat, asam laktat atau senyawa acidifier lainnya). Asam butirat, di samping sebagai acidifier juga berguna dalam menunjang pembentukan vili usus yang lebih kerap dan seragam sehingga penyerapan nutrien lebih sempurna. Mungkin pada hewan ruminansia hal ini tidak terlalu penting, karena secara alamiah ternak ruminansia telah memiliki mekanisme fisiologis ini. Pada ternak berlambung tunggal mungkin efeknya lebih signifikan. Ketiga, hindarkan ternak dari infestasi cacing, penyakit pencernaan (salmonellosis, clostridiosis, kolibasilosis, dll).
Keempat, supporting fungsi organ hati. Hati merupakan kelenjar pencernaan yang paling besar dan memiliki banyak fungsi yang sangat vital. Jika di hati ada permasalahan, maka ini akan sangat mempengaruhi kualitas kesehatan secara umum dan juga produktivitas. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah efek mikotoksin (afla-toxin, T2-toxin dan mikotoksin lainnya), terhadap fungsi sel-sel hati. Pemberian senyawa yang bersifat antioksidan diperlukan untuk menetralisir radikal bebas sebagai hasil sampingan dari metabolisme hati yang sangat tinggi. Secara khusus hal ini akan signifikan efeknya pada ternak yang tumbuh cepat dan berproduksi tinggi (ternak unggul).
Kecukupan Oksigen
Oksigen (O2) sebagai akseptor terakhir ion H+ pada tahapan respirasi intraselular sangat penting untuk diperhatikan. Kita ketahui bahwa di dalam memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi harus melalui tahapan (1) glikolisis, terjadi penyederhanaan rantai karbon dari glukosa menjadi asam piruvat. (2) siklus Krebs, yakni adanya pemotongan rantai karbon (dekarboksilasi) dan lepasnya ion H+. Yang selanjutnya, (3) respirasi intraseluler di dalam mitokondria. Ion H+ ditangkap oleh enzim respirasi secara “berantai” yaitu Nicotinamide-Adenin-Denucleotida (NAD), Flavoadenin-Denukleotida (FAD), sitokhrom b, sitokhrom c, sitokhrom a dan terakhir adalah O2. Pada masing-masing tahapan dihasilkan energi biologis berupa Adenosin Tri Posphate (ATP)
Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 287/ Agustus 2023