Industri perunggasan nasional mencatat kemajuan yang membanggakan. Beberapa perusahaan berhasil melakukan kegiatan ekspor daging ayam (dalam bentuk livebirds dan produk olahan) secara reguler ke beberapa negara Asia. Tetapi jumlah daging ayam yang diekspor belum signifikan dibandingkan dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Diharapkan ke depan kegiatan ekspor daging ayam ini terus melaju menuju industri perunggasan yang semakin maju.
Pada saat ini, 5 negara eksportir daging ayam segar (fresh chicken) yang terbesar di dunia (berdasarkan nilainya) adalah Polandia, Belanda, Amerika Serikat, Belgia dan Jerman. Kelima negara ini pada 2022 berkontribusi sekitar 75 persen terhadap ekspor daging ayam segar di dunia. Sementara itu, 5 negara eksportir daging ayam beku (berdasarkan nilainya) adalah Brazil, Amerika Serikat, Belanda, Thailand dan Polandia dengan kontribusi sebesar 73 persen dari total daging ayam beku yang diekspor di dunia pada 2022. Dalam perdagangan internasional daging ayam, kode Harmonized Tariff System (HTS) enam digit adalah 020711 untuk ayam utuh segar atau dingin, 020713 untuk potongan dan jeroan ayam segar atau dingin, 020712 untuk ayam beku utuh dan 020714 untuk potongan dan jeroan ayam beku.
Industri perunggasan di dunia telah dikembangkan semenarik mungkin untuk konsumen yang tersebar di seluruh dunia. Industri perunggasan dunia menerapkan peraturan yang sangat ketat terkait dengan kualitas, keamanan, kesehatan dan kesejahteraan hewan dan sistem pelabelan yang memungkinkan pelacakan lengkap (complete traceability) di sepanjang rantai pasokan lintas negara.
Belajar dari "best practices" negara eksportir utama daging ayam, faktor-faktor penggerak daya saing antara lain adalah adanya (a) lahan atau lokasi produksi yang sesuai, (b) dukungan kuat produksi jagung dan bungkil kedelai lokal yang melimpah dan berkualitas baik, (c) perusahaan skala besar yang terintegrasi dengan manajemen yang sangat baik, peralatan yang modern, inovatif dan sesuai dengan permintaan pasar, (d) standardisasi kualitas dan kesehatan, (e) jaringan distribusi dan infrastruktur rantai dingin yang modern mengingat komoditas dan produk daging ayam yang mudah rusak, (f) akses pasar yang baik, (g) kerjasama kemitraan (contract farming) yang saling menguntungkan antara perusahaan (inti) dan plasmanya. Kesemua faktor di atas memungkinkan untuk menghasilkan produksi dengan biaya rendah (low cost production) dan adanya jaminan ketersediaan daging ayam.
Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 288/ September 2023
Kepala Lembaga Kepemimpinan dan Pendidikan Eksekutif IPB &
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University