Indonesia sudah mengalami proses panjang dalam mengatasi persoalan tentang pangan. Sejarah pangan tanah air sejak sebelum merdeka, setelah dan sampai saat ini mengalami proses dimana disatu sisi kekurangan dan disisi lainnya mengalami kelebihan. Siklus tersebut berlangsung sepanjang sejarah bangsa Indonesia berdiri. Walaupun ada atau tidak ada intervensi pemerintah.
Jika ada intervensi pemerintah, maka siklus tersebut diatur dengan beberapa cara, seperti paksa, persuasif dan komunikatif. Namun, dalam perjalanannya Indonesia mengalami zaman penjajahan yang mengakibatkan sumber daya alam yang berlebih dimanfaatkan untuk kepentingan penjajah. Apalagi komoditas yang dihasilkan dari Sumber daya Alam Indonesia mempunyai keunggulan komparatif, dalam hal ini yaitu rempah – rempah.
Sebelumnya pada masa kerajaan nusantara perdagangan terbuka dan masing – masing mengalami keuntungan yang adil. Jadi sebenarnya kita mampu mengendalikan produksi dan mempunyai keunggulan komparatif serta kompetitif di pasar dunia.
Hanya setelah merdeka, semua ditata ulang. Contoh kasus di komoditas peternakan adalah pengembangan ayam ras dan sapi perah. Dimana, semua produk peternakan untuk kepentingan masyarakat Indonesia, dengan tidak lupa mendidik sumber daya manusianya. Lembaga – lembaga penelitian peternakan dikembangkan seperti balai inseminasi buatan dan balai penelitian ternak di Ciawi, Bogor yang menjadi sentra pengembangan pertanian dan peternakan modern.
Proses peningkatan produksi dari kekurangan, mengalami percepatan yang luar biasa. Hanya kurun waktu 10 tahunan, terjadi over supply di ternak ayam ras yaitu ayam petelur dan ayam pedaging. Pada saat bersamaan pun, produksi susu dalam negeri yang berlebih, bahkan dibuang di sungai pada 1980-an. Proses kelebihan produksi ini merupakan keberhasilan, tetapi karena proses ini berulang kali menjadi sebuah kegagalan.
Ada Istilahnya ketika produksi kurang disebutnya sebagai persoalan generasi pertama (First Generation Problems). Lalu, ketika produksi berlebih dan tidak mampu mengatasinya disebut sebagai persoalan generasi kedua (Second Generation Problems). Hanya sampai saat ini ternyata sudah 44 tahun masih belum dapat mengatasi Second Generation Problems.
Diantara law enforcement (penegakan hokum) yang tidak terjaga ada perubahan peningkatan pendapatan yang tidak seimbang. Dikelompok tertentu tumbuh pesat, tetapi dikelompok yang lain pendapatannya mandek. Sehingga terjadi saat ini, demand rendah karena daya beli rendah. Maka itu, upaya untuk meningkatkan demand dan daya beli ini, ada ide baru dari Presiden Terpilih untuk meratakan distribusi pangan di seluruh nusantara. Selain itu, uang pendapatannya rendah akan ditingkatkan pendapatannya. Sambil menunggu pendapatannya ditingkatkan maka diberi makan siang gratis. Karena kalau menunggu terlalu lama, stunting akan meningkat di tanah air. Jika sudah stunting, akan sulit untuk berkembang.
Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 296/ Mei 2024