Kita sudah tiba di penghujung tahun, dan industri peternakan di 2024 masih banyak mendapat tantangan yang tidak sedikit untuk tumbuh. Misalnya, over suplai sehingga harga jatuh di tingkat peternak. Lalu, importasi daging yang tidak terkendali serta daya beli masyarakat yang menurun. Hanya ada secercah harapan di 2025, ketika pemerintah menggaungkan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program yang akan diberikan mulai Januari 2025 tersebut untuk ibu hamil, menyusui, balita dan anak sekolah, digadang menjadi gerbang dan jalur untuk percepatan industri peternakan nasional.
Maka itu, pemerintah mempersiapkan strategi untuk meningkatkan ketersediaan susu, daging, telur, dan produk olahan lain. Tujuannya, mengurangi stunting dan meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan masyarakat terutama 82,9 juta penerima manfaat.
Teknis nanti penyaluran MBG dilakukan sebanyak 1 kali per hari, dengan rincian pemberian paket nasi 5 kali per pekan berisi 75 gram per hari setara beras. Lauk telur diberikan 3 kali per pekan, 1 butir (60 gram) perporsi. Sedangkan daging ayam diberikan 2 kali per pekan, 50 gram perporsi. Adapun daging sapi / kerbau diberikan 3 kali per bulan, 50 gram perporsi. Penentuan porsi ini, mengacu rekomendasi pedoman makanan bergizi berimbang Ditjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan
Jumlah penduduk dunia, termasuk Indonesia pasti bertambah, diikuti dengan kenaikan permintaan pangan. Pun dengan pangan hasil ternak juga demikian. Permintaan akan naik lebih daripada biasa, saat ada intervensi sehingga meningkatkan konsumsi. Seperti program MBG. Secara alamiah, akan muncul respons untuk memenuhi kebutuhan itu dengan menambah ketersediaan pasokan. Caranya, jika menolak untuk mendatangkan dari luar, tentu harus menambah produksi peternakan nasional.
Oleh itu, sekarang stakeholder peternakan harus bergotong-royong, berpartisipasi dan apa yang bisa kita sumbangkan untuk bangsa dan negara. Untuk generasi yang akan datang. Ujung dari gotong royong membangun peternakan adalah meningkatkan kesejahteraan Masyarakat. Tidak hanya masyarakatnya saja, peternaknya juga harus ikut sejahtera.
Salah satunya, kita berharap generasi muda peternakan berada pada garda terdepan dalam membangun ketahanan pangan: pola pangan beragam, bermutu, sehat dan aman (B2SA). Peternak milenial perlu mengandalkan inovasi dan perubahan teknologi untuk berkontribusi pada pembangunan ketahanan pangan nasional (Perpres 81/2024) tentang Penganekaragaman dan Perpres 83/2024 tentang Badan Gizi Nasional. Program MBG tetap memerlukan dukungan segenap lapisan masyarakat, bukan hanya urusan teknis pemenuhan gizi pangan tetapi pelaksanaan, pemantauan, penguatan kelembagaan dan pertukaran informasi.
Kemudian penguatan rantai nilai produk peternakan terintegrasi memerlukan stabilitas, kepastian harga, skema pembelian, fasilitasi rantai dingin dan digitalisasi. Jadi peternak tidak bisa tidak mengerti soal agribisnis. Peternak harus berpikir sistem, ekosistem dan value change. Teknikal dan teknologi tetap penting, pakan ternak dan formula juga penting. Tetapi peternak mau tak mau harus mempelajari ekonominya di samping teknis peternakannya.
Selainitu, menggarisbawahi urgensi pembangunan infrastruktur, disertai mekanisasi produksi dan digitalisasi. Tidak kalah penting, skema pembiayaan investasi. Sehingga dibutuhkan dukungan dari kementerian dan lembaga lainnya. Selanjutnya, kita tetap memerlukan dukungan segenap masyarakat dan pemerintah. Kita harus kawal program MBG ini secara baik. Diharapkan semua dapat mendukung secara sinergis untuk memenuhi kebutuhan ini, dari produksi nasional. Data per November 2024, produksi telur mencapai 6.346.000 ton dari konsumsi telur 6,2 juta ton. Kemudian produksi daging ayam 3.880.000 ton, dari konsumsi nasional 3.7 juta ton. TROBOS