Cibubur (TROBOSLIVESTOCK.COM). Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) kembali menyelenggarakan CEO Forum 2025 sebagai ajang diskusi strategis bagi pelaku industri obat hewan dan peternakan nasional. Kegiatan ini menghadirkan para pakar industri dan pemerintah untuk merumuskan arah penguatan sektor peternakan ke depan.
Forum tersebut dilaksanakan pada Selasa (14/10) di Avenzel Hotel and Convention Cibubur. Acara ini menjadi gelaran ketiga sejak pertama kali digelar tahun 2019, setelah sempat terhenti akibat pandemi COVID-19. Kegiatan ini diikuti oleh pimpinan perusahaan anggota ASOHI, perwakilan Kementerian Pertanian, dan para pelaku industri peternakan.
Dalam sambutannya, Ketua Umum ASOHI, Irawati Fari, menegaskan bahwa forum ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor. Ia fokus pada pentingnya inovasi dan pembaruan model bisnis di era digital agar industri obat hewan tidak tertinggal. “Kita harus terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Model bisnis kini berubah, dari media cetak ke digitalisasi. Bahkan pemasaran obat hewan pun harus bisa menyesuaikan diri,” ujarnya.

Ira juga mengungkapkan bahwa penyelenggaraan CEO Forum kali ini berdekatan dengan Munas ke-9 ASOHI, di mana dirinya akan mengakhiri masa jabatan setelah dua periode kepemimpinan. Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada para pengurus dan anggota atas dukungan selama sepuluh tahun terakhir. “Saya berharap kepengurusan baru nanti dapat melanjutkan semangat kaderisasi dan memperkuat peran ASOHI sebagai mitra pemerintah,” katanya.
Dalam paparannya, Irawati menjelaskan perjalanan ASOHI selama empat tahun terakhir, termasuk pencapaian penting seperti berdirinya kantor ASOHI sendiri, penguatan tata kelola keuangan, serta audit independen yang selalu meraih opini wajar. “ASOHI kini semakin transparan dan sehat secara keuangan berkat dukungan anggota yang disiplin membayar iuran,” imbuhnya.
Selain itu, ia juga menyoroti peran aktif ASOHI dalam mendukung pemerintah, khususnya saat wabah PMK tahun 2022. Ia menyebut ASOHI menjadi garda terdepan dalam penyaluran bantuan obat hewan senilai hampir satu miliar rupiah. “Ini bukti nyata bahwa ASOHI bukan hanya mitra pemerintah, tapi juga mitra masyarakat dalam menjalankan semangat One Health,” tegasnya.
Menutup sambutannya, Ira mengajak seluruh anggota untuk terus memperkuat komunikasi dan partisipasi dalam program-program ASOHI, baik di tingkat pusat maupun daerah. Ia menekankan bahwa keberlanjutan organisasi bergantung pada kolaborasi seluruh anggotanya.
Sementara itu, Direktur Kesehatan Hewan, Hendra Wibawa, yang hadir mewakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, menyampaikan apresiasi atas kontribusi ASOHI dalam mendukung kebijakan pemerintah. Ia menegaskan, peran ASOHI sangat penting dalam menjaga kesehatan hewan, mengendalikan penyakit, dan menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

Dalam sambutannya, Hendra menjelaskan bahwa meningkatnya populasi dunia hingga 9,7 miliar jiwa pada tahun 2050 akan mendorong permintaan protein hewani. “Indonesia harus siap menghadapi peningkatan kebutuhan ini dengan memperkuat sistem peternakan yang sehat, aman, dan produktif,” ungkapnya. Ia juga menggaris bawahi tantangan global seperti penyakit lintas batas, perubahan iklim, serta isu resistensi antimikroba yang menuntut penerapan konsep One Health.
Lebih lanjut, Hendra menegaskan peran strategis kolaborasi antara pemerintah, asosiasi, dan pelaku industri untuk memperkuat pengawasan obat hewan. “Nilai pasar obat hewan nasional telah mencapai lebih dari Rp 10 triliun per tahun dengan potensi ekspor 3,7 triliun. Namun tantangan terbesar adalah harmonisasi regulasi dan penanggulangan peredaran produk ilegal,” jelasnya.
Ia menambahkan, pemerintah terus memperkuat SDM dan riset inovatif agar industri obat hewan lebih mandiri. “Produk obat hewan Indonesia kini telah diekspor ke 95 negara. Ini bukti bahwa kita punya potensi besar untuk bersaing secara global,” katanya menutup sambutan. Acara kemudian dibuka secara resmi dengan pemukulan gong oleh Hendra didampingi Irawati Fari dan jajaran pengurus ASOHI, menandai dimulainya CEO Forum ASOHI 2025.
Peluang Industri di Era Teknologi
Dalam sesi pemaparan, Antonius Joenoes Supit, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) membahas topik bertajuk ‘Peluang dan Tantangan Usaha Industri Peternakan yang Searah dengan Kebijakan Ekonomi Pemerintah’. Ia mengawali dengan menegaskan bahwa sektor peternakan memiliki kontribusi besar bagi ketahanan pangan nasional. “Obat hewan mungkin kecil porsinya, tapi tanpa itu industri peternakan tidak akan berjalan,” sebutnya.
Antonius menjelaskan, Indonesia saat ini menempati posisi ketujuh dunia dalam produksi ayam dengan volume 3,8 juta ton per tahun. Namun, konsumsi daging ayam nasional masih rendah, sekitar 13 kilogram (kg) per kapita. “Ini artinya pasar kita masih sangat besar dan bisa meningkat dua kali lipat seiring pertumbuhan ekonomi,” paparnya.
Ia menegaskan perlunya peningkatan efisiensi melalui teknologi dan sinergi antarperusahaan. “Tidak semua bisa dikerjakan sendiri. Kita harus fokus pada kekuatan masing-masing dan membangun kemitraan yang efisien,” katanya. Antonius juga mencontohkan bahwa efisiensi seperti yang diterapkan di Jepang dan Amerika mampu memangkas waktu produksi ayam dari 70 hari menjadi hanya 30 hari berkat teknologi modern.
Dalam pandangannya, tantangan terbesar industri unggas nasional terletak pada harga bahan baku pakan yang tinggi dan regulasi yang belum berpihak. “Kita sering mengikat tangan sendiri dengan kebijakan yang tidak adaptif. Pemerintah perlu memberikan ruang fiskal agar industri bisa tumbuh dan ekspor meningkat,” tegasnya.
Antonius menutup dengan optimisme bahwa industri peternakan Indonesia mampu tumbuh dua kali lipat jika pemerintah, asosiasi, dan pelaku usaha bersatu memperbaiki ekosistem bisnis. “Kalau konsumsi ayam naik dua kali lipat saja, nilai industri obat hewan bisa mencapai Rp 20 triliun. Ini peluang besar yang harus kita tangkap bersama,” ucapnya disambut tepuk tangan peserta.
Sesi selanjutnya menghadirkan Arvy Budiarto, CEO Agile Technica, yang memaparkan topik ‘Peran Teknologi untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha’. Ia memperkenalkan sistem ERPNext, platform terbuka yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, termasuk industri obat hewan dan peternakan.
Arvy menerangkan bahwa efisiensi menjadi kunci utama peningkatan profit. “Ada dua cara menambah keuntungan, menaikkan harga atau meningkatkan efisiensi. Dan efisiensi hanya bisa dicapai dengan data yang akurat dan sistem yang terintegrasi,” jelasnya. Ia menyoroti masalah umum di bisnis seperti stok hilang, data tercecer, dan penghitungan biaya produksi yang tidak akurat.
Menurut Arvy, sistem ERP membantu perusahaan memantau proses dari produksi hingga distribusi secara real time, termasuk penghitungan HPP, stok, dan valuasi barang. “Dengan sistem digital, perusahaan bisa tahu kondisi gudang dari mana saja, bahkan dari tepi pantai,” tandasnya.
Lebih lanjut, ia memaparkan bagaimana teknologi digital dapat mendukung sistem kemitraan dalam peternakan. Melalui aplikasi mobile yang dapat digunakan secara offline, data lapangan seperti pertumbuhan ayam dan kebutuhan pakan bisa di-input langsung dan tersinkron otomatis. “Tujuannya agar peternak bisa tidur nyenyak tanpa takut kehilangan data,” katanya ringan.
Arvy menutup paparannya dengan menekankan pentingnya pendampingan profesional saat implementasi sistem digital. “Teknologi bukan obat sakti. Yang penting adalah SDM yang memahami proses bisnis dan mampu memanfaatkan sistem dengan benar. Dengan kombinasi itu, efisiensi dan daya saing industri pasti meningkat,” pungkasnya.shara




