Jakarta (TROBOSLIVESTOCK.COM). Memasuki akhir Agutus, harga jagung untuk pakan ternak dalam sebulan terakhir, dilaporkan cenderung meningkat di sejumlah sentra produksi dan berpotensi membebani peternak unggas. Menyikapi hal tersebut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan), bergerak cepat dengan koordinasi lintas kementerian/lembaga bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Selasa (26/8).
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Agung Suganda, memastikan sejumlah langkah antisipatif sudah disiapkan. Mulai dari imbauan kepada industri pakan agar tidak menaikkan harga, pemetaan peternak calon penerima cadangan jagung pemerintah, hingga mempertemukan kelompok tani dengan pemasok jagung. Kementan juga berkolaborasi erat dengan Satgas Pangan untuk mengawal distribusi dan memastikan tidak ada penimbunan jagung oleh oknum-oknum pengepul atau pedagang.
“Langkah-langkah ini kami ambil untuk memastikan pasokan jagung dan pakan tetap stabil. Tujuannya jelas, agar peternak tidak terbebani biaya tinggi dan masyarakat tetap dapat mengakses pangan asal unggas dengan harga terjangkau,” ujar Agung.
Ia menekankan, bahwa koordinasi intensif terus berjalan dengan pemerintah daerah, asosiasi, hingga pelaku usaha. Menurutnya, kunci penyelesaian persoalan ini adalah kebersamaan seluruh pihak.
“Sepanjang kita semua kompak dan berkomitmen, tentu kita bisa menyelesaikan masalah ini. Swasembada pangan menjadi perhatian bagi Presiden dan Menteri Pertanian, tentu harus kita dukung bersama. Mohon kerja sama dari semua, baik petani, pengepul, pedagang jagung, feedmill, maupun peternak layer (ayam petelur),” tegasnya.
Adapun Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Yudi Sastro, memastikan bahwa secara nasional ketersediaan jagung aman. Berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) Jagung BPS, total luas panen jagung Januari–September 2025 sebesar 2,11 juta hektar (ha) dengan produksi jagung pipilan kering (JPK) kadar air 14 % mencapai 12,13 juta ton. Potensi luas panen Juli–September 2025 diperkirakan 0,61 juta hektar dengan potensi produksi JPK KA 14 % sekitar 3,60 juta ton.
Yudi menambahkan, neraca jagung nasional 2025 menunjukkan kondisi surplus. “Berdasarkan proyeksi neraca jagung nasional tahun 2024, total ketersediaan jagung tahun 2025 mencapai 19,55 juta ton, sementara kebutuhan sebesar 14,95 juta ton. Artinya, tahun ini kita berpotensi surplus sekitar 4,6 juta ton,” tegasnya dalam Rapat Koordinasi Teknis SPHP Jagung pada Rabu (20/8).
Dukungan juga datang dari Bapanas, yang mana Deputi I Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, I Gusti Ketut Astawa, memastikan aspirasi peternak sudah ditindaklanjuti. Penyaluran cadangan jagung pemerintah melalui program SPHP Jagung tengah diproses dan akan dibawa ke rapat koordinasi terbatas untuk segera diputuskan.
“Saya minta teman-teman peternak untuk bersabar. Semua keluhan sudah ditindaklanjuti dan direspons. Tidak ada yang instan, semua melalui proses sesuai aturan. Jadi, mari kita kawal bersama agar kondisi tetap kondusif,” kata Ketut.
Langkah cepat ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjaga stabilitas perunggasan nasional. Kementan menegaskan kesejahteraan peternak dan akses masyarakat terhadap protein hewani terjangkau tetap jadi prioritas, sejalan dengan visi ketahanan pangan menuju Indonesia Emas 2045.bella