Jakarta (TROBOSLIVESTOCK.COM). Kualitas telur tidak hanya ditentukan oleh aspek harga, tetapi juga keamanan, gizi, dan standar distribusi. Mutu telur menjadi sangat penting, sebab telur merupakan bahan pangan hewani yang rentan terkontaminasi. Oleh sebab itu, kualitas telur perlu dijaga dari ayam yang dipelihara di kandang.
Dalam webinar bertajuk “Mutu Telur: Antara Preferensi Konsumen versus Standar Komersial”, hal ini mengemuka sebagai bagian dari rangkaian Bulan Bakti Peternakan dan Kesehatan Hewan ke-189 di Jakarta, pada Selasa (9/9). Kementerian Pertanian (Kementan) bersama akademisi, pelaku usaha, hingga lembaga konsumen, memberikan edukasi agar konsumen lebih kritis dan cerdas dalam memilih telur yang aman serta sesuai standar.
Direktur Hilirisasi Hasil Peternakan, Kementan, Makmun, menegaskan bahwa telur merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam pemenuhan protein hewani masyarakat. “Telur bukan sekadar bahan pangan murah, tetapi juga pilar ketahanan pangan dan upaya percepatan penurunan stunting. Karena itu, aspek mutu, keamanan, dan keberlanjutan produksi harus menjadi perhatian utama,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, konsumsi telur masyarakat Indonesia mencapai 22,16 kg per kapita per tahun. Angka tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat konsumsi telur tertinggi di ASEAN, sekaligus masuk jajaran empat besar produsen telur dunia dengan total produksi sekitar 6,6 juta ton per tahun.
Namun, tingginya konsumsi tidak selalu berbanding lurus dengan pemahaman konsumen. Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Niti Emiliana, menyoroti minimnya pengetahuan masyarakat terkait standar mutu dan label Nomor Kontrol Veteriner (NKV). “Konsumen berhak mendapatkan produk yang sehat, bebas cemaran, dan transparan asal-usulnya. Edukasi publik masih harus diperkuat,” tegasnya.
Sementara dari sisi akademisi, Dosen Fakultas Peternakan IPB University, Tuti Suryati, menjelaskan bahwa mutu telur dipengaruhi faktor internal seperti genetik, umur, dan kesehatan ayam, serta faktor eksternal seperti pakan, manajemen kandang, distribusi, dan penyimpanan. “Semua itu akan memengaruhi kesegaran, kualitas gizi, hingga umur simpan telur,” jelasnya.
Adapun pelaku usaha unggas, yang juga Wakil Ketua Umum Pinsar Indonesia, Hidayatur Rahman, menilai preferensi konsumen semakin beragam, mulai dari ukuran, kandungan gizi, hingga sertifikasi. “Kami siap mendukung kebutuhan pasar, termasuk program pemerintah seperti Makam Bergizi Gratis (MBG), dengan menyediakan telur dan ayam yang aman dan berkualitas,” ungkap pria yang karib disapa Dayat ini.
Tingginya konsumsi telur di Indonesia harus dibarengi kesadaran akan mutu. Telur aman dan bergizi bukan sekadar pilihan pasar, melainkan investasi bagi kesehatan generasi dan ketahanan pangan. Dengan konsumen cerdas dan produsen bertanggung jawab, telur dapat menjadi pilar ketahanan pangan dan perbaikan gizi bangsa.bella






