banner1 scaled

Meningkatkan Daya Saing Produk Susu Indonesia di Pasar Ekspor

Tangerang (TROBOSLIVESTOCK.COM). Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Trade Expo Indonesia (TEI) 2025, Kementerian Koordinator Bidang Pangan menggelar Forum Group Discussion (FGD) bertema ‘Pengembangan Ekspor Produk Peternakan: Meningkatkan Daya Saing Produk Susu Indonesia – Standar, Sertifikasi, dan Ekspor, pada Kamis (16/10) di ICE BSD, Tangerang. Kegiatan ini mempertemukan pemerintah, pelaku industri, dan pelaku usaha kecil menengah untuk membahas potensi serta tantangan produk susu dan olahannya agar mampu bersaing di pasar global.

FGD ini menghadirkan sejumlah pembicara dari sektor publik dan swasta, antara lain Andrew F. Saputro, Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia, dan Jaime Najmi, FounderMozaraat Cheese. Diskusi berlangsung interaktif dengan fokus pada strategi peningkatan kualitas, sertifikasi, serta penguatan jejaring ekspor produk susu Indonesia, yang dimoderatori oleh Karsan Mandiardjo, Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Produk Peternakan Kemenko Bidang Pangan.

Karsan menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkenalkan pelaku industri susu Indonesia yang telah lama beroperasi dan kini mulai menembus pasar ekspor. “Kita ingin menunjukkan bahwa produsen susu nasional sudah mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus merambah pasar luar negeri,” ujarnya.

Dalam sesi FGD, Andrew menuturkan bahwa PT Frisian Flag Indonesia telah hadir selama 100 tahun di Indonesia dan menjadi bagian dari koperasi peternak susu Belanda, FrieslandCampina. Ia menjelaskan bahwa perusahaan kini memiliki dua fasilitas utama, yaitu di Pasar Rebo dan Cikarang, dengan investasi besar mencapai Rp 3,8 triliun. “Kami membangun pabrik baru saat pandemi, ketika banyak perusahaan menunda investasi. Tapi kami percaya Indonesia punya potensi besar di sektor susu,” katanya.

03b7a028 556a 4987 a98e 9328e29b7d30
Dok. Shara

Andrew mengungkapkan, perusahaan bermitra dengan belasan koperasi peternak sapi perah di Pulau Jawa untuk memenuhi kebutuhan bahan baku. Setiap hari, susu segar dari peternak diolah menjadi berbagai produk yang sebagian juga diekspor. “Potensi ekspor masih besar, tapi pasar domestik pun belum tergarap maksimal. Konsumsi susu per kapita Indonesia baru sekitar 16 liter per orang per tahun, jauh lebih rendah dari Malaysia atau Vietnam,” ujarnya.

Lebih jauh, Andrew menegaskan bahwa Frisian Flag telah mengekspor produknya ke beberapa negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, serta berkomitmen menjadikan Indonesia sebagai supply hub bagi kawasan Asia. “Kami ingin Indonesia bukan hanya pasar, tetapi juga pusat produksi dan distribusi susu untuk Asia,” tegasnya.

Karsan juga menyoroti bahwa PT Frisian Flag Indonesia merupakan contoh sukses industri yang berbasis koperasi, mampu mengolah susu dari peternak lokal dan memperluas jangkauan hingga pasar ekspor. Menurutnya, langkah perusahaan untuk terus berinvestasi dan memperkuat kemitraan dengan peternak mencerminkan komitmen jangka panjang terhadap pembangunan sektor susu nasional. “Mereka tetap konsisten mengembangkan industri meski kondisi pasar belum sepenuhnya ideal. Ini contoh nyata daya tahan dan semangat untuk memperkuat daya saing produk susu nasional,” tuturnya.

Selain industri besar, Karsan juga menggaris bawahi potensi produsen kecil seperti Mozaraat Cheese, yang dinilai berhasil menghadirkan keju lokal berkualitas tinggi dengan daya saing global. “Walaupun produksinya masih terbatas, kualitas keju mereka tidak kalah bahkan bisa dua sampai tiga tingkat lebih tinggi dari produk impor yang telah lebih dulu dikenal di pasar internasional. Mereka punya ciri khas geografis yang membuatnya unik,” ujarnya.

Jaime berbagi pengalamannya dalam membangun bisnis keju artisan berbasis small batch handmade production dengan bahan baku dari peternak lokal. “Kami tidak bisa bersaing dari sisi harga dan volume, tapi kami unggul di kualitas. Produk kami bahkan dipakai di Marina Bay Sands Hotel Singapura karena karakter rasa dan krimnya yang khas,” ungkap Jaime.

bec2b4e4 f910 4314 b6c2 080043d217c5
Dok. Shara

Bagi Jaime, nilai utama dari produk artisan Indonesia terletak pada ketelusuran bahan baku dan narasi di balik proses produksinya, yang menjadi keunggulan di pasar premium. “Kami membangun ekosistem koperasi multi pihak, dari peternak, produsen, distributor, hingga hotel besar, untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa Mozaraat saat ini sedang mengupayakan indikasi geografis (IG) untuk keju produksi mereka. “IG ini bukan hanya untuk kami, tapi juga untuk semua produsen yang bisa memenuhi standar. Dengan begitu, produk Indonesia punya identitas kuat dan diakui di pasar global,” imbuhnya. Ia menilai, UKM dan industri artisan harus menekankan nilai tambah dan branding, bukan sekadar bersaing di harga dan volume.

Di sisi lain, Karsan menyampaikan harapan agar Trade Expo Indonesia dapat menjadi wadah bagi peternak dan UMKM untuk memperluas jaringan serta membuka peluang ekspor. “Dengan kehadiran buyer internasional, kita berharap terjadi kontrak pembelian produk-produk peternakan Indonesia,” katanya.

Ia juga menegaskan pentingnya peningkatan populasi sapi perah dan pedaging agar produksi susu dan daging nasional meningkat. “Pemerintah bersama Kementerian Pertanian terus berupaya menambah populasi sapi melalui impor bibit dan penguatan peternakan lokal. Harapannya, pada 2029 Indonesia bisa mencapai swasembada daging dan susu,” pungkas Karsan.shara

Tag:

Bagikan:

Trending

IMG_5150
PPM SV IPB Kenalkan HPT Unggul
Foto: Dirjen PKH
DPP Patria Siap Bangkitkan Industri Peternakan Babi
IMG_4270
HANTER IPB Soroti Inovasi Peternakan Sapi Perah untuk Desa
73fdc8f5-86d0-4b6b-9392-663267c4dcd2
Dairyomics 2025, Terobosan Genetik untuk Kedaulatan Susu
909eae43-890c-431c-a733-dfb61b6c7095
Dorong Revisi UU PKH untuk Swasembada Pangan
banner2 1
banner6 1
banner1
Scroll to Top

Tingkatkan informasi terkait agribisnis peternakan dan kesehatan hewan. Baca Insight Terbaru di TROBOS Livestock!