Jakarta (TROBOSLIVESTOCK.COM). Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Petelur Indonesia menyatakan dukungan penuh terhadap langkah pemerintah dalam menjaga kestabilan harga telur ayam ras yang belakangan mengalami kecenderungan peningkatan. Dukungan ini menjadi bagian dari upaya bersama antara pemerintah dan pelaku usaha untuk memastikan harga tetap terjangkau bagi masyarakat.
Ketua Bidang Pemantauan Harga dan Gerakan Pangan Murah (GPM) Pinsar Indonesia, Samhadi, menegaskan bahwa pihaknya terus berkolaborasi dengan pemerintah dalam berbagai kegiatan stabilisasi pangan. Fokus utama kolaborasi tersebut adalah pada dua komoditas penting, yaitu telur dan daging ayam, yang menjadi sumber protein hewani utama masyarakat.
“Kami selalu hadir dalam setiap kegiatan stabilisasi harga pangan. Diharapkan harga-harga komoditas ayam dan telur dapat terus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat,” ujar Samhadi di Jakarta, Minggu (26/10). Ia menambahkan, Pinsar berkomitmen mendukung langkah-langkah pemerintah agar kestabilan pangan nasional tetap terjaga.
Berdasarkan data terkini, harga telur ayam ras di tingkat konsumen berada di kisaran Rp 31.500 hingga Rp 32.500 per kilogram (kg). Sementara di tingkat peternak, harga berkisar antara Rp 26.000 hingga Rp 28.000 per kg. Kondisi ini menunjukkan adanya perbedaan harga yang masih dalam batas wajar antara produsen dan pasar.
Samhadi menjelaskan bahwa pemerintah bersama pelaku industri dan asosiasi terus berupaya menjaga agar harga telur konsumsi tidak melonjak secara signifikan. Menurutnya, stabilitas harga penting untuk mencegah kerugian baik bagi masyarakat sebagai konsumen maupun bagi peternak sebagai produsen utama.
“Diperlukan tindakan bersama untuk mencegah lonjakan harga dan menstabilkan harga telur ayam ras nasional,” katanya. Ia menegaskan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam mengantisipasi fluktuasi harga yang dapat berdampak luas terhadap daya beli masyarakat.
Lebih lanjut, Samhadi menuturkan bahwa harga telur saat ini masih berada di bawah Harga Acuan Pemerintah (HAP). “Kenaikan harga telur masih di bawah HAP, yaitu sekitar Rp 26.000 per kg di tingkat peternak dan kurang dari Rp 30.000 per kg di tingkat konsumen,” ujarnya. Hal ini, menurutnya, menunjukkan bahwa harga masih dalam kondisi terkendali meski terjadi kenaikan di pasar.

Selain faktor permintaan, Pinsar juga menyoroti biaya produksi yang dipengaruhi oleh harga pakan. Samhadi menjelaskan bahwa harga pakan, terutama jagung, memiliki kontribusi besar terhadap struktur biaya peternak ayam petelur. Oleh karena itu, ia berharap pemerintah dapat mempercepat distribusi jagung melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
“Sekitar 50 % bahan pakan ayam petelur berasal dari jagung. Dengan pasokan jagung dalam negeri yang stabil, diharapkan para peternak mampu menahan laju kenaikan harga telur,” tutur Samhadi. Ia menilai percepatan program SPHP menjadi langkah strategis untuk menjaga keseimbangan harga pakan dan hasil produksi.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan bersama antara pemerintah dan asosiasi, Pinsar optimistis harga telur ayam ras dapat tetap stabil dan terjangkau. Stabilitas ini diharapkan tidak hanya menjaga daya beli masyarakat, tetapi juga menjamin keberlanjutan usaha peternak di seluruh Indonesia.shara




