Jakarta (TROBOSLIVESTOCK.COM). Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) kembali menggelar EXSACT-A 2025 International Seminar, sebuah forum ilmiah tahunan yang tahun ini mengusung tema ‘Nourishing Minds: Innovations from Poultry, Eggs and Milk’. Kegiatan kali ini dirangkaikan dengan Festival Ayam, Telur, dan Susu (FATS) sebagai upaya memperkuat sinergi antara sains, teknologi, dan pangan bergizi untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Hidayat Yorianta Sasaerilla, menyampaikan bahwa seminar ini merupakan buah dari dedikasi, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor. Ia mengibaratkan EXSACT-A seperti sebuah latihan berat para kadet yang harus berlari ke laut tanpa mesin, sebagai simbol komitmen dan ketangguhan dalam menghadirkan perubahan nyata. “Kami mempersiapkan ini hanya dalam 5 bulan. Tapi kami tidak bisa melakukannya tanpa generasi muda seperti kalian,” ujarnya dengan penuh semangat.
Hidayat juga mengapresiasi berbagai pihak yang telah mendukung acara ini. Ia menekankan bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri adalah kunci untuk memperkenalkan pentingnya protein hewani dan mengakselerasi program makan bergizi gratis nasional. “Kita tidak bisa berjalan sendiri. Jika ingin melangkah jauh, kita harus berjalan bersama,” tuturnya.
Rektor UAI, Prof. Asep Saepudin, dalam sambutannya juga menyampaikan bahwa tema seminar kali ini sangat relevan dengan tantangan gizi dan pembangunan sumber daya manusia di Indonesia. Ia mengatakan bahwa seminar ini mendukung program free nutritious meal yang menjadi prioritas nasional. “Kami ingin program makan bergizi gratis memiliki unsur sains yang kuat, dan hasil riset sangat berguna untuk pengembangannya,” ujar Prof. Asep.
Lebih lanjut, Prof. Asep menjelaskan bahwa seminar ini menjadi bagian dari pendekatan triple helix, yakni kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan industri untuk menciptakan solusi nyata bagi isu pangan dan gizi di Indonesia. Ia pun menyampaikan apresiasi kepada para mahasiswa dan peserta seminar sebagai generasi penerus bangsa. “Kalian adalah masa depan. Saya percaya kalian akan membawa Indonesia ke arah yang jauh lebih baik,” katanya dengan optimis.
Seminar internasional ini turut dihadiri oleh para pakar dari berbagai negara seperti Italia, Jerman, Uganda, Australia, hingga Taiwan, baik secara luring maupun daring. Kehadiran mereka memperkaya diskusi dan membuka peluang kerja sama riset lintas negara. Tidak hanya memaparkan hasil penelitian, sesi-sesi diskusi juga berfokus pada inovasi di sektor unggas, telur, dan susu untuk mendukung ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat.
Inovasi Penguatan Gizi
Sesi presentasi dalam seminar EXSACT-A 2025 menjadi sorotan utama berkat kehadiran tokoh-tokoh penting dari pemerintahan, akademisi, dan dunia sains internasional. Salah satunya adalah Agung Suganda, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, yang membuka paparannya dengan melihat pentingnya penyediaan protein hewani untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045. Seraya ia menyampaikan data stunting nasional yang masih mengkhawatirkan meski telah menunjukkan penurunan menjadi 19,8 % pada 2024.
Menurut Agung, protein hewani seperti daging ayam, telur, dan susu memiliki peran krusial dalam mendukung kecerdasan anak, terutama dalam periode 1.000 hari pertama kehidupan. “Protein hewani memiliki kualitas lebih tinggi karena mengandung semua asam amino esensial,” tekannya. Ia juga mengungkapkan peran strategis Kementerian Pertanian dalam memastikan penyediaan pangan asal hewan yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH), sembari menyebut capaian swasembada daging ayam dan telur, meski Indonesia masih bergantung pada impor untuk daging sapi dan susu.
Lebih lanjut, Agung memaparkan roadmap ambisius pemerintah untuk mencapai swasembada susu pada 2029, termasuk kebutuhan mendatangkan sekitar satu juta ekor sapi perah dalam lima tahun. Ia menjabarkan, hingga pertengahan 2025, realisasi pemasukan indukan sudah mencapai lebih dari 25.000 ekor, angka tertinggi dalam 2 dekade terakhir. Ia juga mengajak pelaku usaha untuk terlibat aktif dalam investasi peternakan terintegrasi dan pola kemitraan, demi mendorong produksi nasional.
Agung juga menyoroti pentingnya inovasi dalam industri peternakan, dari diversifikasi produk seperti telur omega-3 dan susu organik hingga pengembangan pasar baru. Ia menyatakan bahwa nilai tambah dari produk olahan bisa meningkat hingga ratusan persen. Pemerintah, lanjutnya, juga mendorong ekspor produk turunan peternakan seperti nugget dan sosis yang memiliki masa simpan lebih panjang serta nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan produk segar.
Selanjutnya, Prof. Rizal Damanik dari IPB University menyampaikan bahwa telur adalah solusi praktis dan bergizi dalam mengatasi tantangan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Ia mengutarakan bahwa nutrisi bukan sekadar mengenyangkan, tetapi merupakan kunci untuk membuka potensi manusia. “Tanpa protein yang cukup, meski asupan kalori terpenuhi, tubuh tidak dapat berfungsi secara optimal,” ujar Rizal. Ia memaparkan bahwa telur mengandung 9 asam amino esensial serta nutrien penting bagi perkembangan otak dan kemampuan belajar.
Prof. Rizal menjelaskan bahwa telur sangat efektif dalam memperbaiki status gizi, terutama di masa kritis seribu hari pertama kehidupan. Berdasarkan studi tahun 2017, konsumsi telur secara rutin selama periode 6-9 bulan dapat menurunkan prevalensi stunting hingga 47 % dan underweight sebesar 74 %. “Ini adalah bukti kuat bahwa telur, yang terjangkau dan mudah diakses, seharusnya menjadi bagian dari strategi nasional gizi,” ungkapnya. Ia juga menerangkan pentingnya edukasi masyarakat tentang nilai gizi telur, serta promosi konsumsi minimal 2 telur per hari.
Sesi berikutnya menampilkan Marianne Stanford, Assistant Scientific Director dari Canadian Institute for Health Research (CIHR), yang membawakan presentasi tentang inovasi penguatan gizi lewat pengayaan ayam dan telur dengan omega-3. Ia menjelaskan bahwa omega-3, khususnya DHA dan EPA, sangat penting untuk kesehatan jantung, otak, dan penglihatan, namun lebih dari 80 % populasi dunia masih kekurangan asupan nutrien ini.
Marianne memaparkan bahwa dengan menambahkan DHA ke dalam pakan ayam, kandungan omega-3 dalam telur dan daging ayam meningkat signifikan. Ia membuktikan klaimnya melalui hasil uji klinis di Dublin dan Jeddah yang menunjukkan peningkatan indeks omega-3 dalam darah serta penurunan tekanan darah para partisipan yang mengonsumsi ayam dan telur kaya DHA selama beberapa bulan. “Ini adalah bukti nyata bahwa intervensi sederhana melalui makanan sehari-hari bisa membawa dampak besar pada kesehatan masyarakat,” pungkasnya.shara