Tangerang (TROBOSLIVESTOCK.COM). Produksi susu segar dalam negeri (SSDN) dilaporkan masih kurang guna memenuhi kebutuhan konsumsi susu masyarakat Indonesia. Adapun impor susu kini masih bertahan di angka 80 %, dan SSDN di angka kurang lebih 20 %. Gap ini menjadi tantangan bagi Indonesia, terlebih untuk memenuhi kebutuhan program MBG (makan bergizi gratis), di mana susu merupakan minuman bernutrisi mengandung protein hewani yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Guna mendukung suksesnya program MBG, dalam hal ini dari produk susu, HANTER (Himpunan Alumni Fakultas Peternakan) IPB, menggelar seminar luring (luar jaringan) dengan topik “Peran Inovasi pada Peternakan Sapi Perah dalam Mewujudkan Gizi Berkelanjutan dan Ketahanan Pangan Desa”. Seminar ini berlangsung di sela-sela pameran Ildex Indonesia 2025 pada hari ketiga, yakni Rabu (22/9) di ICE BSD Tangerang, Banten.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum HANTER IPB, Aif Arifin Sidhik, menjelaskan bahwa peternakan sapi perah memiliki peran penting dalam penyediaan gizi masyarakat. Namun, Indonesia masih menghadapi tantangan produktivitas yang belum maksimal, kesejahteraan peternak di desa yang perlu ditingkatkan, dan distribusi hasil yang masih terbatas. “Di sinilah inovasi memiliki peran yang penting untuk bisa menghadapi tantangan itu semua. Mudah-mudahan dalam forum ini bisa meningkatkan produktivitas ternak dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi, khususnya di bidang sapi perah,” ungkapnya.
Ketua Umum Asosiasi Holstein Indonesia, Rochadi Tawaf, mengutarakan bahwasanya asosiasi ini berkeinginan untuk membentuk Indonesian Holstein, karena di seluruh dunia maing-masing negara dengan kondisi klimatnya, memiliki spesifikasi jenis produksinya. Menurutnya, Indonesia mungkin tidak perlu yang produksinya 40-50 liter per ekor per hari, tetapi 20-30 liter per ekor per hari cukup bisa meningkatkan kesejahteraan peternak.
Lebih lanjut, Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerag Tertinggal, Ahmad Riza Patria, selaku Keynote Speaker, menerangkan setidaknya terdapat tiga masalah yang ada di desa. “Pertama, sumber daya manusia (SDM) yang belum semuanya cerdas. Kedua, infrastruktur desa yang belum memadai. Ketiga, pembiayaan yang belum mecukupi. Oleh sebab itu, kita tidak hanya berpikir dan berencana, tetapi harus segera bergerak, bangkit, bekerja untuk mengatasi tiga masalah besar tersebut, sehingga ke depan, desa di seluruh Indonesia akan bangkit, berkembang dan maju,” tegasn Riza.
Menurutnya, MBG merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan masalah SDM, di mana di 78 negara sudah memulai program MBG. Sebab semua bangsa di dunia menyadari betapa pentingnya membangun SDM. SDM tentu harus yang sehat, dan tentu harus dimulai dengan makanan yang bergizi. Adapun program koperasi desa juga tidak kalah penting, di mana 80.000 koperasi desa disiapkan untuk kepentingan desa, agar di desa ekonominya bisa segera bangkit, sehingga tumbuh dari bawah (bottom up).
Adapun acara dilanjutkan dengan seminar yang menampilkan pembicara seperti Ketua Dewan Persusuan Nasional, Teguh Boediyana; Guru Besar Fakultas Peternakan IPB sekaligus Peneliti Panasonic Gobel Indonesia, Prof Irma Isnafia; Advisor of IAQ Solutions PT Panasonic Gobel Indonesia, Arif Wibowo; serta Owner Erif Dairy Farm Cisarua Bogor, Mochamad Dwi Satriyo.bella