Tangerang (TROBOSLIVESTOCK.COM). Indonesian Cage-free Association (ICFA) hadir dalam pameran The International Livestock, Dairy, Meat Processing, and Aquaculture Exposition (ILDEX) 2025 yang berlangsung di ICE BSD City, Tangerang, pada Rabu-Kamis (17-19/9). Booth ICFA menjadi pusat perhatian pengunjung, mulai dari pelaku industri unggas, calon peternak, hingga masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih jauh tentang telur cage-free dan praktik peternakan berwawasan kesejahteraan ayam.
Sejak pagi hingga sore, booth ICFA selalu dipenuhi pengunjung tanpa jeda. Kondisi ini menandakan tingginya antusiasme masyarakat terhadap topik cage-free yang kini mulai berkembang di Indonesia.
Memasuki hari kedua pameran, ICFA menjelaskan tujuan kehadiran mereka di ILDEX 2025. Fokus utamanya adalah meningkatkan pemahaman mengenai sistem pemeliharaan cage-freeyang mulai bertumbuh di Indonesia. Booth ICFA juga memberikan akses informasi mengenai anggota peternak, program pelatihan, serta membuka ruang diskusi, kolaborasi, dan koneksi dengan para pengunjung.
Pengunjung berkesempatan mengikuti sesi konsultasi langsung, memperoleh materi edukasi, dan memahami praktik cage-free lebih mendalam. Dengan cara ini, ICFA menghadirkan pengalaman yang bukan hanya informatif, tetapi juga interaktif.
Antusiasme pengunjung tidak hanya datang dari Indonesia, melainkan juga dari mancanegara. Mereka ingin mengetahui peluang penerapan sistem cage-free, baik untuk skala usaha kecil maupun industri besar.
ICFA menegaskan, partisipasi dalam ILDEX 2025 menjadi momentum penting untuk memperkenalkan industri cage-free, mendorong kolaborasi antar pemangku kepentingan, serta memperluas jaringan demi pertumbuhan sektor peternakan unggas yang berkelanjutan.
Pertumbuhan Ekosistem dan Peluang Industri Cage-free
Setelah menarik perhatian lewat booth pameran, ICFA juga melanjutkan kiprahnya dengan menggelar seminar di sela ILDEX 2025. Seminar bertajuk ‘The Emerging Cage-free Ecosystem in Indonesia: How Poultry Stakeholders Can Benefit’ berlangsung pada Jumat (19/9), dengan diikuti sekitar 50 peserta dari berbagai kalangan.
Peserta yang hadir mencakup pelajar, peternak, hingga perwakilan perusahaan pakan, obat, dan media. Acara ini memperlihatkan bahwa minat terhadap topik cage-free datang dari lintas sektor.
Dalam paparannya, Ketua ICFA, Kristina Yolanda, menyebut jumlah anggota asosiasi kini mencapai 25 peternak cage-free di Jawa, Bali, Sumatra, dan Sulawesi. Ia menambahkan, meski masih ada tantangan dalam manajemen, seperti produktivitas belum optimal, keseragaman pullet sulit tercapai, serta biaya pakan berbasis nabati yang tinggi, para anggota tetap optimis.
Menurut Kristina, 16 anggota bahkan berkomitmen melanjutkan pengembangan sistem cage-free dalam 1-3 tahun mendatang. “Kolaborasi antar pemangku kepentingan menjadi kunci untuk menemukan solusi bersama dalam mendorong praktik peternakan cage-free yang lebih berkelanjutan,” tegasnya.
Pemaparan kemudian dilanjutkan oleh Roby Gandawijaya, CEO PT IPSS dan pionir telur cage-free di Indonesia. Ia menyoroti pentingnya dukungan nyata dari seluruh pemangku kepentingan agar sistem ini bisa tumbuh lebih efektif.
Roby menekankan kebutuhan akan penyediaan pakan nabati sesuai standar, bahan herbal alternatif untuk kesehatan ayam, fasilitas kandang yang sesuai, serta solusi praktis lainnya. “Dengan dukungan yang tepat, ekosistem cage-free dapat tumbuh kompetitif dan memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat,” ujarnya.
Seminar ini menjadi wadah bagi ICFA memperkuat edukasi, membuka diskusi, dan membangun kolaborasi lintas sektor. Acara tersebut juga mempertegas peran ICFA sebagai penggerak utama pertumbuhan industri cage-free di Indonesia.shara