Jakarta (TROBOSLIVESTOCK.COM). Hari ini (26/8) diperingati sebagai Hari Peternakan dan Kesehatan Hewan. Momentum ini dimanfaatkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mensosialisasikan pentingnya vaksin PMK (penyakit mulut dan kuku) untuk melindungi kesehatan ternak ruminansia. Untuk itu, Pemerintah Indonesia bersama dengan FAO dan Pemerintah Australia menyerukan aksi bersama seluruh pemangku kepentingan untuk menghentikan penyebaran PMK yang masih menjadi ancaman serius bagi subsektor peternakan nasional.
Seruan ini disampaikan dalam Media Briefing “Strategi Nasional Pengendalian PMK: Bangkitkan Peternakan Jaga Ketahanan Pangan” di Hotel Gran Melia, Jakarta pada Selasa (26/8). Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Agung Suganda, mengungkapkan apresiasinya kepada FAO, Pemerintah Australia dan para Jurnalis karena terus mendukung upaya pengendalian PMK di Indonesia, agar subsektor peternakan dan kesehatan hewan terus tumbuh.

“Apabila kasus PMK bisa terkendali, saya yakin investasi di subsektor peternakan dan kesehatan hewan juga akan terus meningkat. Tetapi kalau PMK-nya tidak terkendali, maka jangankan mengundang investor, namun mereka akan bepikir seribu kali untuk melakukan investasi di peternakan sapi di Indonesia. Pengendalian PMK di Indonesia bukan hanya berdampak untuk Indonesia sendiri, tetapi juga bagi kesehatan hewan di sekitar kita,” ungkapnya.
Agung juga menyoroti pentingnya melawan hoaks terkait vaksinasi. “Rumor negatif tentang vaksin sering menimbulkan ketakutan dan ketidakpercayaan. Informasi akurat diperlukan agar masyarakat tidak ragu melakukan vaksinasi,” katanya.
Ia mengutarakan, bahwa pemerintah telah meluncurkan peta jalan pemberantasan PMK menargetkan Indonesia Bebas PMK tanpa vaksinasi di 2035. Hal ini menjadi semangat bagi pemerintah untuk terus mengambil langkah strategis pengendalian PMK. Langkah tersebut meliputi program vaksinasi berbasis risiko, menetapkan zona prioritas, memperketat biosekuriti, meningkatkan kapasitas petugas kesehatan hewan, memperkuat surveilans, hingga melibatkan publik melalui kampanye edukasi. Upaya dari pemerintah ini juga mendapatkan dukungan FAO dan Pemerintah Australia melalui program Pusat Darurat untuk Penyakit Hewan Lintas Batas (Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases/ECTAD).
Adapun Representasi FAO untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal, mengutarakan bahwasanya ternak yang sehat berarti mata pencaharian yang aman bagi peternak dan pangan yang aman bagi keluarga. FAO berkomitmen untuk mendukung Indonesia dengan keahlian teknis dan praktik terbaik global guna memperkuat pengendalian penyakit, melindungi kesehatan hewan, dan memastikan sistem pangan berkelanjutan di seluruh penjuru negeri. “Pengendalian PMK yang efektif di Indonesia tidak hanya akan melindungi subsektor peternakan nasional, tetapi juga berkontribusi pada stabilitas regional dalam kesehatan hewan, perdagangan, dan ketahanan pangan,” jelasnya.
Deteksi Dini & Respons Cepat
Pada sesi talkshow, Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan) Kementan, Hendra Wibawa, menekankan kesiapsiagaan lapangan harus diperkuat. Kunci keberhasilan ada pada deteksi dini dan respons cepat. Peternak perlu melaporkan kasus yang dicurigai, sementara petugas di lapangan harus sigap melakukan tindakan pengendalian.
Pemerintah menilai peran peternak sebagai garda terdepan sangat vital, mulai dari menjaga biosekuriti hingga memvaksinasi ternak tepat waktu. Salah satu peternak seperti Barkah telah merasakan manfaat dari upaya nasional pengendalian PMK dalam beberapa tahun terakhir, “Meningkatkan kesadaran peternak tentang PMK sangat penting dalam mendorong kami untuk mengambil langkah-langkah pencegahan, termasuk memvaksinasi ternak tepat waktu. Upaya yang lebih terpadu di seluruh Indonesia akan membantu peternak pulih dari penyakit ini dan dampak finansialnya,” ujarnya.
Menurutnya, keberhasilan strategi PMK hanya dapat dicapai dengan keterlibatan semua pihak. Aksi kolektif yang lebih kuat berarti ternak yang lebih sehat, peternak yang sejahtera, dan pasokan pangan yang lebih aman bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selain Dirkeswan, ada pula OIC Country Team Leader FAO ECTAD Indonesia, Farida C. Zenal; Kepala Bidang Keswan dan Kesmavet Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat, Suprijatno; Peternak Sapi, Barkah; serta Prof Epi Taufik sebagai Moderator.bella






