Diperlukan pendekatan yang holistik, mulai dari pencegahan, penanganan, hingga pengendalian, dengan strategi yang terstruktur, terintegrasi, serta melibatkan semua pemangku kepentingan secara aktif dan loyal
Wabah PMK dan LSD yang melanda Indonesia sejak 2022 menjadi pukulan besar bagi dunia peternakan. Dalam situasi ini, biosekuriti menjadi satu-satunya benteng pertahanan ketika vaksin belum tersedia.
Coordinator Data Component Ausvet, Havan Yusuf, mengingat kembali bagaimana di momen Idulfitri 2022 situasi genting tersebut memaksa semua pihak mencari solusi cepat dan efektif. Ia menjelaskan bahwa Ausvet telah membentuk program Indonesia Biosecurity Support melalui kerja sama dengan Meat and Livestock Australia (MLA). Tujuan utama program ini adalah memperkuat kapasitas feedlot dalam menghadapi risiko masuknya penyakit mulut dan kuku (PMK) serta lumpy skin disease (LSD) dengan menerapkan sistem biosekuriti yang berkelanjutan dan efektif.
“Dalam pelaksanaannya, tim Ausvet mengembangkan berbagai materi edukasi dan melakukan workshop bersama perwakilan feedlot. Mereka juga melakukan penilaian risiko langsung di lapangan untuk memahami jalur transmisi penyakit dan merancang strategi intervensi yang masuk akal serta praktis. Prinsip cost-effective dalam penerapan biosekuriti juga penting, di mana intervensi yang efektif tidak harus mahal namun harus berbasis sains dan dapat diterapkan dalam jangka panjang,” jelasnya.
Hasil dari program ini, ia melaporkan, cukup menggembirakan. Sebanyak 37 fasilitas feedlot ikut serta, yang secara keseluruhan mewakili sekitar 75 % dari total industri peternakan sapi di Indonesia. Dalam pelaksanaannya, tim memberikan 228 rekomendasi perbaikan, dan sekitar 75 % dari rekomendasi tersebut berhasil diimplementasikan secara nyata di lapangan.
Menurut Havan, dampaknya tidak hanya terbatas pada penguatan sistem biosekuriti, tetapi juga pada penurunan penggunaan antibiotik yang tidak tepat serta peningkatan kesadaran industri terhadap pentingnya pencegahan penyakit. “Adanya transparansi dan sistem yang tertata, akan meningkatkan kepercayaan pelaku industri terhadap feedlot,” ucap dia.
Ia menerangkan, bahwa feedlot sekarang dilengkapi dengan fasilitas dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sangat ketat. Mulai dari pelabuhan, kendaraan angkut, hingga area farm harus melewati proses desinfeksi dan pemeriksaan menyeluruh. Selain itu, zona penyangga di sekitar feedlot juga harus dijaga.
Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), dalam kerja sama dengan MLA dan pemerintah, bahkan melaksanakan program vaksinasi di sekitar lingkungan feedlot untuk memperkuat perlindungan terhadap penyakit. Menurut Ketua Umum Gapuspindo, Didiek Purwanto, biosekuriti harus menyasar semua aspek, yaitu ternak, manusia, tanaman, dan lingkungan. “Surat keterangan biosekuriti kini menjadi prasyarat dalam lalu lintas ternak. Tanpa dokumen ini, hewan tidak boleh dipindahkan antar wilayah,” tuturnya.
Visi jangka panjang yang ingin dicapai, ia menambahkan, adalah menjadikan feedlot sebagai kompartemen bebas penyakit. Artinya, ternak yang keluar dari fasilitas tersebut sudah dijamin sehat dan bebas dari PMK maupun LSD. Hal ini, kata Didiek, perlu dukungan regulasi yang jelas dan penilaian berbasis data. Ia mengatakan pentingnya penciptaan zona-zona bebas penyakit untuk memudahkan pengendalian secara bertahap.
Perlu Harmonisasi Regulasi
Didiek menggambarkan, betapa terpukulnya industri peternakan akibat wabah PMK. Ia menyebut kejadian 2022 sebagai ‘halilintar’ yang tidak hanya mengguncang populasi sapi nasional, tetapi juga mengubah sistem tata niaga secara menyeluruh. Tragedi ini menjadi titik balik yang memaksa industri melakukan penyesuaian besar.
Bagi Didiek, respon pemerintah terhadap wabah saat itu cukup cepat dan tanggap. “Setelah PMK dinyatakan sebagai pandemi, pemerintah segera mendistribusikan vaksin pada tahun berikutnya. Hasilnya, kasus PMK menurun drastis. Namun, pada 2024, terjadi peningkatan kembali kasus yang membuat semua pihak harus meningkatkan kewaspadaan,” paparnya.
Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 310/ Juli 2025