Surabaya (TROBOSLIVESTOCK.COM). Dalam upaya berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi di sektor peternakan unggas, U.S. Soybean Export Council (USSEC) bersama PINSAR Indonesia dan Perhimpunan Peternak Nasional (PPN) sukses menggelar Seminar Peternak pada Kamis, 3 Juli 2025 bertempat di Jinten Room, Surabaya Suites Hotel. Mengangkat tema “Peran Bungkil Kedelai US, Kualitas Jagung dan Alternatif Penggantinya untuk Pakan Ayam“, kegiatan ini dirancang khusus untuk mendukung kebutuhan informasi dan teknologi pakan bagi para peternak ayam petelur di Indonesia.
Acara yang berlangsung mulai pukul 15.00 WIB ini tak hanya dihadiri oleh para peternak dari berbagai wilayah di Jawa Timur, namun juga disiarkan langsung melalui YouTube untuk menjangkau partisipasi nasional secara virtual. Prof. Budi Tangendjaja, pakar nutrisi ternak dan senior consultant di bidang teknologi pakan mengisi materi seminar yang dihadiri sekitar 50 peserta ini.
Dalam sambutannya, Ricky Bangsaratu, Ketua PINSAR Indonesia, menekankan pentingnya edukasi seperti ini bagi anggota dan pelaku peternakan.“Peternak kita tidak hanya butuh bahan baku, tapi juga pemahaman. Seminar ini sangat relevan karena kita bicara tentang efisiensi yang bisa langsung diterapkan di kandang. Saya harap kegiatan seperti ini terus berlanjut dan menyentuh lebih banyak peternak di berbagai daerah,” ujar Ricky.
Sementara itu, Yudianto Yosgiarso, Ketua Umum PPN, menyampaikan bahwa keterlibatan peternak dalam forum-forum ilmiah seperti ini menjadi kunci untuk menghadapi tantangan fluktuasi harga dan bahan baku.“Kami dari PPN berkomitmen untuk terus mendorong peternak melakukan pembaruan pengetahuan. Ketika kita tahu sumber bahan baku terbaik dan bagaimana mengelola ransum dengan efisien, maka keberlanjutan usaha peternakan bisa terjaga,” ungkap Yudianto.
Dalam presentasinya Prof Budi menyoroti pentingnya pemilihan bahan baku pakan yang berkualitas tinggi sebagai fondasi efisiensi usaha peternakan.“Kita tidak bisa asal memilih bahan baku hanya berdasarkan harga murah. Bungkil kedelai dari Amerika Serikat memiliki kandungan protein dan kecernaan asam amino yang tinggi, sehingga memberikan nilai biologis yang lebih baik untuk ayam petelur,” tegas Prof. Budi di hadapan peserta seminar.
Ia juga menjelaskan bahwa kualitas jagung lokal di Indonesia sangat bervariasi, dan perlu dievaluasi secara rutin, khususnya terhadap kadar air dan mikotoksin yang dapat memengaruhi performa ternak. “Kalau kita bicara efisiensi, maka kita harus hitung dari cost per egg, bukan hanya cost per kg pakan. Di sinilah peran bahan baku berkualitas seperti bungkil kedelai US menjadi sangat penting, karena bisa meningkatkan konversi pakan dan produktivitas telur,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Prof. Budi juga memperkenalkan sejumlah bahan alternatif seperti DDGS (Distillers Dried Grains with Solubles) dan palm kernel meal, yang bisa menjadi opsi substitusi sebagian bahan pakan konvensional, namun tetap harus diperhitungkan secara cermat dalam formulasi. Selain sesi pemaparan, para peserta juga aktif berdiskusi mengenai tantangan dalam menjaga kestabilan biaya pakan di tengah fluktuasi harga jagung dan ketersediaan bahan impor.
Melalui seminar ini, Alfred Kompudu Technical Consultant USSEC menegaskan komitmennya dalam mendorong transfer pengetahuan dan solusi praktis bagi kemajuan peternakan unggas di Indonesia, dengan menekankan pentingnya efisiensi dan keberlanjutan melalui pemilihan bahan pakan yang tepat. “Kami percaya bahwa peternak Indonesia bisa naik kelas, selama mereka mendapat akses terhadap edukasi, teknologi, dan bahan baku yang berkualitas,” ujar Alfred menutup acara seminar.diana
