Impor Sapi Indukan Bx : Antara Digadang dan Ditentang

Impor Sapi Indukan Bx : Antara Digadang dan Ditentang

Foto: TROBOS


 

Diperkirakan kisaran Juni – Juli 25 ribu sapi indukan Brahman Cross(Bx) asal Australia mulai masuk. Sapi-sapi ini digadang mampu mendongkrak populasi sapi potong dalam negeri

Hampir jadi kenyataan, 25 ribu ekor sapi induk betina jenis Brahman Cross (Bx) asal Australia masuk ke Indonesia. Pemerintah memastikan, ditempuhnya kebijakan importasi sapi-sapi tersebut sebagai strategi penambahan induk sapi betina nasional untuk mendongkrak populasi sapi potong dalam negeri. Semula (2015) angka yang diajukan adalah 50 ribu ekor, tetapi diketok palu 25 ribu ekor.

 

Sebagaimana keterangan yang disampaikan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Muladno, program ini akan menelan dana APBN-P sekitar Rp 700 miliar. Sapi-sapi induk ini nanti akan disebar ke kelompok-kelompok ternak di seluruh Indonesia dengan status hibah.

 

Tambah Muladno, status kebuntingan sapi-sapi tersebut random. “Tidak minta sapi harus bunting sebagaimana program sapi Bx yang lalu. Tetapi kalau dapat sapi bunting ya sukur,” kata dia. Dan sapi-sapi tersebut dipatok target minimal mampu melahirkan 3 kali selama 5 tahun. Di tempat asalnya, kata Muladno, dapat melahirkan sampai 5 – 6 kali, tetapi kali ini dapat melahirkan 3 kali sudah dinilai capai target meski tak menutup kemungkinan setelah menghasilkan 3 pedet tetap dilanjutkan dipelihara tidak diafkir.

 

Saat ini, kata Muladno, tengah diverifikasi ulang apakah pembagian dan distribusi yang akan ditempuh sudah tepat, apakah calon penerima sudah memenuhi standar minimal untuk mampu mengembangbiakkan sapi Bx, serta mengidentifikasi potensi masalah. “Semua sedang dicek ulang, tim sedang turun,” ujarnya.

 

Kelompok Peternak Sapi di Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur, salah satu yang kabarnya bakal menerima sapi indukan Bx belum tahu pasti kedatangan sapi. “Belum ada kepastian. Jumlahnya berubah-ubah, katanya anggaran dipotong,” jawab Norma Yuda, si ketua kelompok yang anggotanya 29 orang ini.

 

Norma dan anggotanya hanya bisa menunggu. Persiapan khusus pun tak ada. “Ya kami beternak seperti apa adanya saja. Belum ada persiapan, pelatihan atau yang lainnya,” akunya. Dia berharap kelompoknya mendapat jatah banyak, sehingga akan mengisi kandang yang biasanya akan kosong pasca puasa dan lebaran, dan juga Idul Adha. Karena selama ini kelompok dia lebih fokus pada usaha penggemukan, bukan pengembangbiakan.

 

Alasan Brahman Cross

Sapi Bx dipilih, menurut Muladno, karena jenis Bos Indicus ini paling cocok untuk daerah tropis daripada sapi jenis-jenis lain di Australia. Sementara Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Maskur  punya pandangan, jenis ini paling banyak tersedia di Australia, yang mampu mengisi jumlah permintaan induk puluhan ribu. Selain itu, harga sapi Bx tegolong paling murah. Sehingga dengan anggaran yang ada memungkinkan mendapat jumlah sapi yang banyak. “Targetnya kan memperbanyak dulu. Kalau Bos Taurus mahal, mungkin hanya dapat sedikit jumlah sapinya,” kata dia.

 

Sebelum disebar ke kelompok, sapi terlebih dahulu akan “dititipkan” di kandang-kandang perusahaan feedlot (penggemukan sapi) untuk adaptasi, sekaligus dinyatakan sebagai IKHS (Instalasi Karantina Hewan Sementara). Selain bertujuan mengkondisikan sapi pada lingkungan, di periode ini juga dilakukan semacam pelatihan bagi peternak calon penerima, agar mengenal sapi-sapi Bx. Proses ini berlangsung sampai sebulan sejak kedatangan. Sejumlah feedlottelah ditunjuk sebagai IKHS (lihat tabel.1).

 

Dikatakan Muladno, program ini diharapkan akan mampu menambah kemampuan penyediaan sapi bakalan dari dalam negeri. Kebutuhan sapi bakalan untuk digemukkan kian tinggi. Maka ditempuh solusi dengan membawa masuk indukan sapi dari luar dan mencetak bakalan di dalam negeri. Angka importasinya spektakular. Sebelum ini, pemasukan induk sapi paling banter 5.000 ekor. “Ini paling banyak,” ia mengakui.

 

Kegiatan ini, kata Muladno, harus dimaknai sebagai misi negara bukan sekadar jual beli semata. Ia menggambarkan, kerja ini melibatkan belasan perusahaan peternakan di Australia; menuntut belasan kapal dan ribuan truk pengangkut; mengerahkan ratusan tenaga pemeriksa kesehatan sapi dan fungsi organ reproduksi sapi; bekerjasama dengan belasan perusahaan feedlotuntuk proses adaptasi sapi; mengerahkan ratusan aparat keamanan, aparat dinas, aparat kecamatan, dan aparat desa; mengerahkan tenaga pendamping dari kalangan intelektual (kampus atau lembaga penelitian); serta menuntut penyediaan air dan pakan secara ad libitum(melimpah).

 

Muladno tak menampik banyak pihak yang pesimis. Ia memprediksi keberhasilan program ini fifty-fifty. “Karena baru pertama kali, bisa gagal bisa berhasil,” kilahnya. Kendati demikian ia memastikan telah melakukan penyiapan perencanaan yang sebaik-baiknya, seserius mungkin, dan melibatkan semua instansi yang relevan dan terkait, untuk meminimalkan kegagalan.

 

Dia berargumen, interfensi pemasukan induk dari luar adalah satu-satunya jalan untuk mempercepat penambahan populasi sapi potong nasional, tak bisa ditawar lagi harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak biasa. Tidak sekadar jual beli sapi, tapi program ini prestisius dan ambisius. “Kata kuncinya, persiapan harus matang, kebutuhan anggaran juga harus lebih dari cukup,” tandasnya.

 

Kesiapan Daerah

Daerah pun bersiap. Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (Jabar), Dody Firman Nugraha memberikan keterangan. Ketika rencana pemasukan nasional masih di angka 50 ribu, Jabar dijatah 2.150 ekor. Dan 82 kelompok ternak akan difasilitasi. Ketika itu menggunakan rumus per kelompok mendapat 25 ekor. “Tapi dengan perubahan angka impornya menjadi 25 ribu, kemungkinan 1 kelompok dapat 10 – 12 ekor,” ujarnya.

 

Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 201 / Juni 2016

 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain