Foto:
Lampung (TROBOSLIVESTOCK.COM). Gangguan kesehatan sapi perah merupakan salah satu tantangan pemeliharaan sapi perah. Oleh karena itu, Balai Veteriner Lampung (BVet Lampung) menggelar webinar Talk Series 17 bertajuk ‘Problem dan Solving dalam Peternakan Sapi Perah : Meningkatkan Efisiensi dan Produktifitas’. Acara ini berlangsung secara daring via Youtube dan Zoom Meeting. Adapun narasumber dalam kegiatan ini yakni Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM) Yogyakarta, Soedarmanto Indarjulianto Yanuartono.
Ia menjabarkan, gangguan kesehatan dibagi menjadi 2 penyebab yakni pertama infeksius seperti bakteri, parasit, virus, dan jamur, contohnya antara lain diare, helminthiasis mastitis, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), dan lain sebagainya. Kedua non infeksius ialah pakan, vitamin, lingkungan, mineral, dan lain sebagainya, contohnya adalah ketosis, indigesti, asidosis, hipokalsemia.
“Ketika kita berbicara masalah kesehatan, apalagi ini nantinya berkaitan ketikaimpor, artinya ada beberapa kemungkinan kendala kesehatan sapi perah yaitu shipping (perjalanan), karantina, saat sudah berada di Indonesia dan banyak hal yang kemungkinan terjadi mulai dari pedet (anak sapi), dewasa, dan produksi,” sebutnya.
Soedarmanto menjabarkan, alur pemeriksaan dan terapi pada sapi ialah pertama registrasi. Kedua anamnesis. Ketiga pemeriksaan umum. Keempat pemeriksaan detail. Kelima diagnosis tentatif. Keenam pengambilan sampel. Ketujuh pemeriksaan laboratoris. Kedelapan diagnosis organis atau difinitif. Kesembilan terapi.
“Salah satu contoh problem dan solving ialah mastitis yang merupakan radang ambing dandapat merugikan peternak. Ketika sapinya sudah beranak, kemudian akan memproduksi susu. Oleh karena itu, bila terjadi mastitis ini akan menyebabkan susunya rusak sehingga tidak dapat dikonsumsi. Penyebabnya beragam seperti bakteri (Staphylococcus sp, Staphylococcus coliform, Corynebacterium, Pseudomonas sp., dan lain sebagainya), kapang atau khamir, dan virus PMK. Selain itu juga, tingkat reaksinya beragam antar individu. Kemudian, lama penyakitnya beragam akibat yang ditimbulkannya sangat bervariasi. Terakhir, sulit melaksanakan pengobatan sampai tuntas atau sembuh total,” terangnya.
Sambungnya, faktor predisposisi mastitis ialah bentuk ambing, laktasi, stadium laktasi, umur, produksi tinggi, kebersihan kandang, manajemen pemerahandan manajemen dry period (masa kering). “Pencegahan mastitis seperti manajemen pemeliharaan yaitu pemerahan yang higienis dan pemerahan sampai tuntas, desinfeksi atau dipping puting sebelum dan sesudah pemerahan,” pungkas Soedarmanto.roid