Foto:
Bogor (TROBOSLIVESTOCK.COM). Sehubungan dengan fluktuatif -nya harga ayam hidup / Livebird / LB dan kondisi usaha broiler (ayam pedaging) yang sudah memasuki semester 2 tahun 2024, maka dengan hal tersebut PT Naga Tobing Karya mengundang untuk agenda silahturahmi pelaku usaha kemitraan broiler yang berada di area Bogor Barat dan sekitar Banten. Acara ini dilaksanakan di Restoran Leuit Ageng Yasmin Bogor, Jawa Barat pada Jumat (7/9).
Dalam sambutannya, Penanggung Jawab Acara dari PT Naga Tobing Karya, Ading Nurjaman mengatakan maksud dan tujuannya mengundang stakeholder semua tidak serta merta tidak ada tujuan. "Kami selaku peternak dan kebetulan kami baru merangkak di bisnis kemitraan broiler. Pada acara ini, harapan kami semua bertujuan untuk konsolidasi sesama peternak dan sesama kita yang mencangkup hibah daripada integrasi. Artinya bagaimana kita bisa berjuang survive di medan tempur, tentunya dalam pemeliharaan broiler dengan berbagai harga. Kendati demikian, kita tertekan dengan harga dan bagaimana caranya agar kita bisa bertahan minimal bisa diatas HPP (Harga Pokok Produksi)," jelas pria yang kerap disapa Ading ini.
Ia mengungkapkan, saat ini para stakeholder sudah merasakan beberapa bulan terakhir, lantaran dengan hantaman yang luar biasa dari harga DOC (ayam umur 1 hari). "Dengan kesempatan ini, kami berharap dari para stakeholder ada ide atau gagasan bagaimana solusi ini bisa dihadapi. Oleh karena itu, harapan ini berkesinambungan tidak hanya putus di meja makan hari ini. Namun, jangka panjangnya tetap kami adakan, entah dimanapun itu tempatnya," tandasnya. Adapun, Ketua Panitia dari PT Naga Tobing Karya, Dimas Agung mengucapkan terimakasih kepada semua para stakeholder atas kehadiran dan partisipasinya dalam acara silahturahmi ini. Tujuan acara silahturahmi untuk saling mengenal satu sama lain dengan para stakeholder.
"Kemudian acara ini sebagai wadah, dimana kita dapat berkomunikasi dan berdiskusi," harapnya. Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Sekjen GOPAN), Sugeng Wahyudi menuturkan, setiap insan perunggasan ini memang sudah harus berperan sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya masing-masing. "Bagaimana tujuan kita yang secara spesifik yakni ada insentif dan untung, lantaran tidak seperti saat ini. Kendati demikian, selepas dari sini harus ada solusi. Pasalnya, harga hari ini itu tidak sesuai dengan ekspetasi yang kita harapkan. Oleh karena itu, mengingat kondisi saat ini sedang urgent dan momen ini sangat tepat sekali dengan mengumpulkan beberapa stakeholder. Maka dari itu, tujuannya untuk mencari solusi harus bagaimana ini," tegas Sugeng. Ia memberitahu, sebagai Asosiasi sudah melaporkan dan menginformasikan bahwa kondisi di lapangan tidak jalan.
Oleh karena itu, tanggal (9/9) nanti akan dibahas lagi terkait dengan hasil rapat pada (31/8) yang tidak jalan. "Maka, pertemuan saat ini menjadi penting untuk usulan dari para stakeholder terkait dengan harga-harga kita harus bagaimana atau setidaknya saling tukar informasi. Sehingga kita ada kesamaan pandang dan kesatuan pandang untuk keluar dari masalah ini. Pasalnya ini sudah semester 2 tahun 2024, masa akan seperti ini terus," sarannya. Disisi lain, Ketua Peternak Pembudidaya Unggas Niaga (PPUN), Wismarianto menyampaikan terus terang hari ini merupakan hari bahagia buatnya, ternyata masih banyak peternak yang masih hidup dan ini membuatnya menjadi semangat.
Pasalnya, kalau melihat posisi ini sudah saatnya semuanya bersatu dan sudah saatnya semuanya meleburkan diri, supaya suara-suaranya bisa diperhitungkan. "Kendati demikian, kita berbeda sudut pandang, misalnya kalau kita anggap sebagai peternak budidaya artinya kita fokus hanya mengharapkan hasil budidaya. Tetapi kalau kita integrasi banyak untungnya seperti bibit, pakan, pengolahan, RPA (Rumah Potong Ayam), dan budidaya.
Sehingga untuk representatif kalau misalnya sekarang, sudah saya anggap terpenuhi," ujar pria yang kerap disapa Totok ini. Ia berharap, teman-teman yang hadir pada saat ini dapat bergabung dengan PPUN, agar bisa menjadikan satu kekuatan. "Sehingga kalau kita menyuarakan suatu kepentingan kita mengenai kepentingan pemerintah kita itu masih dipandang. Kemudian dari hasil meeting FGD kemarin (31/8) ada 2 poin yakni harga LB diharapkan minimal Rp 18.000 per kg dengan berat 2,4 kg up dan DOC RP 5.000 per ekor. Pada hari Rabu (4/9) kemarin dari PPUN sudah mengirim surat untuk mengeliminasi yang FGD. Pasalnya itu merugikan peternak.
Maka dari itu, kita satu suara kepada pemerintah sistem kita adalah sistem input, itu harus mengikuti output. Kalau output-nya Rp 18.000 per kg dan HPP peternak harus Rp 17.000 per kg, karena peternak harus ada margin Rp 1.000 minimal," tuturnya.roid Hasil konsolidasi pertemuan hari ini peternak Bogor Barat dan Banten :
1. Dibentuk paguyuban peternak Bogor Barat dan Banten.
2. Dibentuk koordinator untuk memanage harga LB di masing-masing perusahaan.
3. Menjaga kekompakan harga antar peternak Bogor Barat dan Banten.
4. Melakukan pertemuan rutin antar pelaku.
5. Koordinator paguyuban dari PT Naga Tobing Karya, Heri Irawan.
6.Paguyuban sebagai wadah informasi dan masukan ke Asosiasi, GOPAN, PPUN, Pinsar dan unsur pemerintah.