Foto: Istimewa
Bogor (TROBOSLIVESTOCK.COM). Prof. Dr. Ir. H. Rachmat Pambudy. M.S. menyampaikan orasi ilmiah sebagai Guru Besar Tetap Ilmu Kewirausahaan Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi & Manajemen IPB University di kampus IPB University Bogor, Jawa Barat pada Sabtu, 16 Juli 2022. Acara orasi bersama dengan 2 guru besar lainnya ini dipimpin Rektor IPB University, Arif Satria.
Putra ketiga dari 4 bersaudara ini menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Transformasi Dari Petani Menjadi Wiratani (Agripreneur): Strategi Kebangkitan Ekonomi Inklusif Indonesia”.
Dalam orasinya ia mengatakan beberapa waktu lalu, ada isu tentang perekonomian negara yang dilontarkan para ilmuwan, akademisi, ekonom, pengusaha, dan pejabat. Isu itu adalah middle income trap (MIT), atau jebakan pendapatan kelas menengah.
Secara umum middle income trap adalah suatu keadaan ketika negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah (upper middle income), namun tidak bisa keluar dari tingkatan tersebut dalam jangka waktu lama. Meskipun itu sulit namun ternyata ada beberapa negara tercatat bisa melakukan transformasi menjadi negara berpendapatan tinggi (high income country). “Saat ini, Indonesia sudah 35 tahun pada kategori lower middle-income country,” tegasnya.
Rachmat menerangkan sebagai pembanding, Malaysia perlu 27 tahun untuk naik kelas menjadi upper middle income country, Thailand 28 tahun, Taiwan 19 tahun, Korea Selatan 19 tahun, dan China hanya perlu 17 tahun saja. Dengan susah payah, mereka bisa lolos dari jebakan pendapatan kelas menengah. Agar bisa keluar dari middle income trap bahwa pendapatan nasional Indonesia harus bisa tumbuh di atas 5 persen, bahkan di atas 6 persen, antara periode 2013 hingga 2030. “Masih adakah peluang Indonesia keluar dari middle income trap ini, atau kita akan selamanya terjebak di situ? Jika masih ada, apa pilihan strateginya agar indonesia bisa segera masuk ke dalam jajaran negara dengan tingkat pendapatan lebih tinggi,” ujarnya.
Belajar dari sejarah dan pengalaman negara-negara lain dikemukakan Dewan Pembina Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia bahwa kewirausahaan, khususnya di bidang agribisnis, bisa memainkan peranan penting sebagai pendorong besar perekonomian. Apalagi jika bisa menjadikan sebanyak banyaknya petani, peternak, pekebun, petambak jadi wiratani, atau wirausaha agribisnis. “Saat ini, di Indonesia, kewirausahaan sejauh ini sering dipahami sebagai ilmu tentang praktik berusaha semata. Jarang ada kajian atau penelitian mendalam yang menghubungkan isu-isu makro ekonomi dengan kewirausahaan dan peran wirausaha,” jelasnya.
Masih menurut Rachmat merujuk data BPS (Badan Pusat Statistik, 2021), mayoritas lapangan pekerjaan utama penduduk Indonesia masih berada di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. “Karena itu kita perlu menyadari bersama, bahwa kemakmuran petani berkorelasi positif dengan kemakmuran negeri. Jika petani makmur, maka negara akan makmur. Tetapi, hubungan ini tidak berlaku sebaliknya. Sebab, suatu negara bisa saja indikator makro ekonominya menunjukkan kemakmuran, tetapi kehidupan petaninya justru sengsara,” sesalnya. TROBOS/ramdan