Manajemen Reproduksi Kerbau Perah Filipina

Manajemen Reproduksi Kerbau Perah Filipina

Foto: dok.istimewa


Bogor (TROBOSLIVESTOCK.COM). Kerbau perah merupakan salah satu andalan penyangga pangan negara Filipina.  Perlu belajar dari mereka tentang sistem breeding dan reproduksi.

 

Perencana Puslitbangnak  Kementan - Iif Syarifah Munawaroh menjelaskan, sebagai pengantar,  terdapat dua jenis sapi perah di Filipina, yakni kerbau sungai dan kerbau asli Filipina sendiri. Umumnya, kerbau sungai itu yang bisa dijadikan kerbau perah.

 

“Kerbau sungai berasal dari India dan beberapa negara lain pun turut mengembangkan kerbau sungai ini untuk produksi daging. Untuk itu, kerbau sungai tidak hanya dimanfaatkan sebagai kerbau perah tetapi juga sebagai kerbau pedaging,” ujar Iif.

 

Iif menuturkan bahwa penting untuk membuat sistem manajemen breeding kerbau, sebab tujuan perkembangbiakan kerbau perah ini adalah untuk menghasilkan hewan yang mampu beradaptasi dan berkerja dengan baik dalam kondisi apapun.

 

Breeding juga bertujuan untuk meningkatkan produksi susu keturunannya, baik dari kerbau sungai murni maupun persilangan, di mana yang diharapkan dalam proses pengembangbiakan tersebut yaitu produksi susu yang baik, konformasi tubuh ideal, dan sistem dalam mendukung produksi susu yang tinggi, menghasilkan anak kerbau hidup tiap musim kawin, memiliki toleransi yang baik terhadap panas dan kelembapan, juga ketahanan yang baik terhadap penyakit dan parasit.

 

“Ini adalah rancangan program pemuliaan, yang juga para peneliti sudah paham terkait dengan rancangan program pemuliaan ini. Rancangan tersebut didesain oleh PCC (Phillipine Carabao Centre) untuk program pemuliaan, yaitu dengan memilih jenis kerbau yang tepat untuk memerah susu dan mendapatkan stok pemuliaan melalui sistem perekaman untuk kelompok, pendataan di program peningkatan genetik kerbau perah dan juga membuat jadwal breeding,” sebut dia.

 

Gambaran secara general (umum) terkait dengan progarm breeding seperti yang diungkapkan oleh Iif ialah tahapan desain pemuliaan di PCC yang diawali dengan membuat program. Lalu melakukan pencatatan kinerja, artinya pencatatan performa dari masing-masing komoditas atau masing-masing ternak dan juga dilakukan evaluasi kinerja produksi dan adanya praktik pemusnahan serta seleksi rutin. Dengan begitu, jika kira-kira kerbaunya sudah tua atau kerbaunya sudah tidak produktif maka dilakukan culling atau pemusnahan.

 

Tahap terkahir, Iif menyambung, adalah pemilihan hewan pengganti, artinya jika ada kerbau yang sudah dimusnahkan/culling harus segera diganti dengan hewan yang menggantikan yang dimusnahkan.

 

“Sangat penting bahwa pemiilihan stok pengganti yang benar dan dikatakan optimal jika hewan pengganti itu baik secara produktivitasnya. Selanjutnya adalah reproduksi, di mana reproduksi ini menjadi hal yang penting karena reproduksi merupakan sebuah proses supaya suatu organisme menghasilkan keturunannya. Sehingga ketika sudah mati, ada jenis lain yang menggantikannya,” tandas Iif.

 

Menurutnya, dalam perkembangan teknologi di Filipina tersebut juga telah dikerjakan di Indonesia sejak lama sekali. Adapun perkembangan baru teknologi itu memungkinkan perkembangbiakan betina, bahkan pejantan melalui IB (inseminasi buatan). Di sana selalu dilakukan secara rutin program IB supaya anak/keturunan kerbau di sana memiliki sifat yang diinginkan untuk penerus jantan superior sebanyak mungkin.

 

Produksi Susu

Iif menguraikan terdapat beberapa galur kerbau seperti kerbau murrah, nili ravi, mediterania, mesir, serta murrah bulgaria dan lain-lain, yang memiliki produksi susu rata-rata sekitar 8-10 liter. Jika ditilik, di sana kerbaunya tidak ada yang kurus, semuanya gemuk-gemuk. Mengapa? Mungkin karena telah memiliki standarisasi yang tepat dalam mengembangkan peternakan yang ada di kawasan Filipina.

 

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa salah satu dari karakteristik kerbau murrah yakni memiliki tubuh hitam, tanduknya melengkung dan rata-rata bobot badannya sekitar 550 kilogram untuk jantan dan 450 kg untuk betina. Di mana produks susu betina per 170 – 300 hari laktasi adalah 1.500 – 1.800 lter, dengan kandungan lemak (fat) 7 %.

 

Produksi susu kerbau nili ravi, Iif melanjutkan, dari 250 – 300 hari laktasi adalah sekitar 1.800 – 2.000 liter dengan fat atau lemak 7 %. Artinya kerbau nili revi secara produktivitas lebih tinggi dari kerbau murrah. Jenis kerbau berikutnya ialah murrah bulgaria yakni kerbau hasil persilangan antara kerbau sungai dan rawa.

 

Murrah bulgaria adalah jenis kerbau yang banyak stok formulasinya di Filipina. “Kemiripannya hampir sama dengan murrah, tetapi yang membedakan adalah murrah bulgaria lebih besar yaitu 650 kg untuk jantan, sedangkan betinanya 550 kg, namun demikian rata-rata produksi susunya 1.200 – 1.500 liter pertahun. Untuk persilangan kerbau sungai dan rawa ini produksi susunya rata-rata meningkat karena mungkin ada darah dari kerbau sungainya, walaupun ini sudah persilangan dengan kerbau rawa,” tuturnya. ed/bella

 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain