Tangerang (TROBOSLIVESTOCK.COM). Itik pedaging merupakan salah satu komoditas unggas air yang memiliki segmen pasar tertentu. Memiliki rasa daging yang gurih, membuat itik pedaging menjadi primadona bagi pecinta olahan itik ini. Dalam budidayanya, tentu ada kiat nutrisi dalam menjaga itik pedaging ini supaya performanya baik dan menghasilkan daging yang optimal pula.
Pada gelaran 7th World Waterfowl Conference (WWC) yang diadakan oleh World’s Poultry Science Association (WPSA) Indonesia atau MIPI (Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia), Elisabeth Baeza selaku Research Engineer dari French National Institute for Agriculture, Food, and Environment (INRAE) menerangkan bahwasanya sekitar 4 % produksi daging itik dari Prancis diekspor. Eksportir utama pada 2020 adalah Hungaria (65.000 ton), Tiongkok (47.000 ton), Jerman (14.000 ton), dan Belanda (13.000 ton). Adapun untuk importir utama pada tahun yang sama ialah Jerman (67.000 ton), Hong Kong (46.000 ton), Prancis (22.000 ton), dan Inggris (14.000 ton).
“Spesies utama yang digunakan yakni itik pekin, muscovy (kebanyakan di Perancis) dan itik bagal (kebanyakan di Perancis untuk produksi perlemakan hati dan Taiwan). Sementara spesies lainnya adalah jinding dan shao dari Cina, tsaiya dari Taiwan, khaki, pelari dan desi dari India, Vietnam, Kamboja dan Indonesia. Itik-itik tersebut terutama digunakan untuk produksi telur dan daging, serta produk sampingannya,” ujar Elisabeth saat mempresentasikan materi berjudul ‘Nutritional Requirement and Feeding Management of Meat Type Ducks’.
Adapun sistem produksinya berbeda di tiap negara. Untuk di Eropa dan Amerika menggunakan sistem intensif dalam kandang kurungan total, atau dengan akses ke padang rumput (sistem kandang bebas, organik, dan bebek bagal dipelihara untuk produksi hati berlemak) atau kadang-kadang ke air untuk berenang. Sementara di Asia dan Afrika digunakan sistem ekstensif, seperti budidaya ikan-itik atau di sawah.
Menurutnya, konsumsi daging itik di dunia sebesar 600 gram/orang/tahun. Konsumsi di bawah 1 kg ini ada di 9 negara, yang beberapa di antaranya ada Denmark dan Jerman. “Pengembangan produk itik potong dan olahan ialah dengan meningkatkan hasil daging dan penurunan kegemukan karena seleksi genetik, dan perbaikan pengelolaan dan nutrisi unggas. Nutrisi tersebut di antaranya kebutuhan itik akan energi, protein, asam amino, mineral, vitamin dan trace-elements, serta rekomendasi pengelolaan pakan,” ungkap dia.
Untuk manajemen suplementasi asam amino dan komposisi karkas, pakan yang diberikan 3.012 kkal ME/kg dan 182 g CP/kg serta ditambah 10 g L-arginin/kg antara umur 21 dan 42 hari, mempengaruhi pertambahan bobot harian dan komposisi karkas itik pekin. Sedangkan suplementasi asam amino dan penurunan konsentrasi protein kasar atau PK (crude protein/CP) pada periode pakan akhir, yakni 50 % total konsumsi pakan untuk pertumbuhan itik jantan dan kebutuhan protein serta asam amino lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.
Lebih lanjut, pada manajemen pemberian pakan dilakukan pembatasan dengan cara mengencerkan ransum menggunakan bahan pakan yang mengandung serat pangan tinggi. Untuk itik pekin, dimasukkan sekam padi sebanyak 40 % pada ransum dasar pada umur 8 hingga 14 hari. Pada umur potong tidak berpengaruh terhadap bobot badan, FCR (feed conversion ratio) dan hasil daging, tetapi menurunkan kegemukan karkas dan kandungan lipid pada otot.
“Penggunaan enzim (xilanase, beta-glukanase, amilase, selulase, protease, fitase), dapat mengurangi viskositas pencernaan dan meningkatkan nilai gizi, serta daya cerna bahan pakan. Enzim-enzim ini juga mengurangi kandungan nitrogen dan fosfor pada kotoran itik,” katanya.
Pada itik, ia melanjutkan, penggunaan enzim lebih efisien pada masa awal dan pertumbuhan, dibandingkan pada masa akhir. Enzim ini memungkinkan penggunaan bahan pakan yang kaya akan fosfor, fitat dan polisakarida non-pati. Fitase dapat menurunkan penggunaan mineral fosfor dalam makanan.
“Itik bagal berumur antara 4 dan 13 pekan, dipelihara dengan pakan yang mengandung 1,6 gram fosfor nonfitat/kg dan ditambah dengan fitase pada 600 FTU/kg, guna mengurangi total fosfor dalam kotorannya mencapai 26 gram per ekor itik,” tutup Elisabeth.bella