Foto: ist/dok.Zoom-ILC
Jakarta (TROBOSLIVESTOCK.COM). Belum adanya roadmap pengembangan ayam lokal membuat ketidakjelasan porsi pelestarian (konservasi) plasma nutfah dan produksi yang berbasis pemuliaan ternak.
Asep Anang, pakar genetika unggas kondang dari Universitas Padjadjaran menjelaskan kedua hal itu sangat berbeda dan cenderung tidak bisa dibebankan kepada pihak yang sama. “Prinsip konservasi adalah menjaga keragaman genetik sebagaimana adanya, sedangkan pemuliaan ternak justru menyeragamkan genetik melalui seleksi untuk mengambil sifat-sifat unggul tertentu yang mendukung tujuan produksinya. Jadi akan ada variasi genetik yang hilang,” dia menjelaskan pada Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi02 dengan tema Momentum Kebangkitan Unggas Lokal pada Sabtu, 27 Juni 2020.
Dia menyarankan, konservasi dilakukan oleh pemerintah karena memerlukan biaya yang besar dan tidak bisa ditujukan untuk produksi. Output dari konservasi itu dipasok untuk industri yang memerlukannya untuk membentuk pure line (galur murni) melalui seleksi.
“Seleksi dan pemuliaan, adalah porsinya industri, untuk membentuk grand parent stocks (GPS), parent stocks (PS) dan final stocks (FS), baik pedaging maupun petelur. Saya berpendapat, pemerintah tidak perlu terjun ke bagian ini,” dia menyarankan.
Prof. Sofjan Iskandar, peneliti genetika unggas dari Balai Penelitian Ternak - Bogor menyebutkan, porsi pembentukan galur murni bisa diperankan oleh Balitnak. “Perusahaan pembibitan ayam lokal menggunakan galur murni itu untuk dikembangkan untuk produksi atau diseleksi di internal perusahaan,” ungkap dia.
Dia memberikan contoh, pemerintah sudah melepaskan ayam kampung hasil pemurnian Balitnak, yaitu ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB). Walaupun di sisi lain, genetik ayam kampung belum ditetapkan secara resmi.
“Kekhasannya dari ayam KUB adalah produksi telur lebih tinggi daripada ayam kampung di lapangan. Ayam kampung bertelur 17% - 22 %. Ayam KUB bisa bertelur 50% karena pemurnian genetik yang dilakukan,” ungkapnya.
Sofjan menanggapi keluhan peternak yang menggunakan DOC ayam KUB, yang merasakan variasi pertumbuhan masih sangat tinggi, atau keseragamannya masih relatif rendah. “Ayam kampung harus dipertahankan beragam. Kalau seragam, itu nanti dianggap sebagai ayam ras,” tuturnya
Untuk peternak ayam lokal yang mengarah ke produksi daging, dia menyarankan untuk menggunakan ayam sentul. “Ayam sentul sudah ditetapkan dan dilepaskan, dengan 6 jenis warna bulu yang dominan. Sudah diseleksi untuk mengarah ke produksi daging,” kata Sofjan.
Jangan Kampungan
Pemilik Citra Lestari Farm - Bambang Krista menyatakan, budidaya ayam kampung jangan kampungan. “Maksudnya, cara budidaya harus modern, dan harus mengindahkan cara budidaya yang benar. Untuk pembibitan juga melakukan cara pembibitan yang benar,” ujar dia.
Dia menjelaskan, telah menerapkan kaidah pembibitan dengan menetapkan galur murni male line dan female line. Breeding dan seleksi juga dilakukan untuk karakter warna, jengger, warna kaki dan arah produksi telur atau daging. “Setiap peternak memiliki arah produksi, telur atau daging. Dan setiap daerah memiliki preferensi warna bulu, jengger dan kaki yang berbeda,” jelad dia.
Ketua umum Gabungan Pembibit Ayam Lokal Indonesia (Gapali) ini menguraikan, peternak dari Sumatera lebih suka bibit ayam berkaki kuning Sedangkan peternak dari Sulawesi justru suka ayam berkaki hitam. Adapun peternak dari Jawa Barat tidak mau ayam berjengger tinggi.
“Kami menyesuaikan dengan permintaan pasar itu. Dan kami menggunakan cara membibitkan yang benar, sesuai petunjuk Pak Anang, penasehat kami di Gapali,” ungkap Bambang. Ayam yang dikembangkannya berbasis ayam KUB, sekarang mencapai generasi G7.
Selain mengembangkan KUB, dia pun menjalin kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengembangkan ayam IPB. “Dari induk 100 ekor yang dikirim, sekarang sudah berkembang menjadi 1500 ekor,” dia menerangkan.
Mengenai organisasi Gapali, Bambang Krista menyatakan syarat mutlak dari anggota Gapali harus mempunyai ayam. “Supaya bicara bukan wacana, dan harus jelas yang diproduksi adalah bibit ayam untuk petelur atau untuk pedaging. Atau malah untuk indukan. Untuk memudahkan pembinaan dalam organisasi,” dia menuturkan.
Gapali didirikan, dia melanjutkan, agar harga bibit ayam lokal tidak diadu domba. Karena pembeli biasa membanding-bandingkan harga oembibit satu dan lainnya untuk menekan harga. “Misal harga DOC dari saya Rp 6.000, maka dibilang di pembibit sana harganya cuma sekian, sekian. Agar antar anggota Gapali tidak perlu rebutan pasar, maka kami deklarasi pendirian Gapali dan langsung didaftarkan ke Kemenhukham. Yang dilakukan murni adalah pertemanan dan bisnis, tidak banyak bicara tapi banyak bersikap,” terang dia panjang lebar.
Atas nama Gapali, Bambang Krista menyatakan membuka peluang bagi peternak di daerah, terlebih di Indonesia Timur untuk membuka pembibitan unggas lokal. “Kita persilahkan, agar membuka pembibitan. Kami mengirim DOC dari Bekasi ke papua, harga DOC Rp 6.000 ongkos kirimnya mencapai Rp 10.500 per ekor. Maka sebaiknya harus ada pembibitan di luar Jawa,” tandasnya.
Untuk membina peternak dan calon pembibit ayam lokal tentang cara pembibitan ayam lokal yang baik, Bambang secara rutin menggelar pelatihan di farm miliknya. “Saya tidak khawatir mereka akan menjadi kompetitor saya. Saya akan terbuka dan memberikan keterangan sejelas-jelasnya apa yag sudah saya laksanakan, untuk pertanyaan tentang semua jenis budidaya ayam,” tuturnya.
Flagship Nasional
Prof. Tike Sartika, peneliti Balitnak yang menghasilkan ayam KUB menjelaskan saat ini tengah dilakukan seleksi ayam gaok dari Madura, yang sudah menghasilkan ayam Gaosi (gaok seleksi). Selain itu ayam KUB juga telah menjalani proses penyempurnaan sehingga rata-rata produksi telurnya meningkat, menjadi 60% dan ada variasi kaki berwarna kuning.
“Ada kabar gembira pula, ayam kampung kini menjadi riset flagship nasional. Tahun ini LPDP Ristek menjanjikan untuk membiayai riset ayam kampung 5 tahun ke depan. Biaya ini bisa diberikan untuk lembaga riset pemerintah seperti Balitnak, kampus-kampus seperti UGM Undip IPB LIPI dll. Ini pertama kali ayam lokal diberikan kesempatan menjadi flagship nasional,” tutupnya. ntr