Foto: ist/dok.BPPT
Bandung (TROBOSLIVESTOCK.COM). Mesin produksi silase dari BPPT diharapkan mempermudah adopsi teknologi pakan silase bagi peternak sapi khususnya sapi perah di Bandung Barat yang selalu mengalami kekurangan pakan pada musim kemarau.
Dr Windu Negara dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Kementerian Riset dan Teknologi melalui keterangan tertulis kepada TROBOS Livestock menerangkan instansinya dengan dukungan dari Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) telah mengembangkan mesin produksi silase yang akan mempermudah peternak sapi perah memproduksi silase.
Mesin ini diberi nama Comprage (chopper machine and press forage) 1000 dengan kapasitas produksi 500 kg -1.000 kg per jam. Mesin ini terdiri dari alat pencacah (chopper) dan alat pengepres hidrolis bertenaga penggerak mesin diesel.
Dia menerangkan, diantara keunggulan produksi silase mengunakan mesin Comprage dibandingkan dengan produksi manual adalah seperti, pertama lebih efisien karena proses produksi lebih cepat (500-1000 kg/jam).
Kedua, ekonomis karena membutuhkan sedikit tenaga kerja. Alat ini hanya membutuhkan dua orang operator, satu orang mengoperasikan chopper dan satu operator mesin press. Ketiga efektif karena proses press menggunakan tenaga hidrolik, untuk menjamin kepadatan silase di dalam silo sehingga tercipta keadaan anaerob yang dibutuhkan untuk proses fermentasi silase. Selain itu proses pemadatan yang optimal meningkatkan efisiensi penyimpanan dan distribusinya.
Keempat, mudah dioperasikan oleh para peternak. Pengoperasian mesin ini sangat sederhana, para peternak bisa dengan mudah menguasainya termasuk bagaimana cara perawatannya. Kelima, terintegrasi dengan mesin pencacah sehingga peternak tidak perlu membeli alat pencacah terpisah.
Cara Kerja Mesin
Menurut Windu Negara, cara kerja mesin ini sangatlah sederhana namun dapat membantu peternak dalam membuat silase secara cepat dan efisien. Bahan pembuat silase seperti rumput, daun jagung, dan hijauan lainnya akan dipotong-potong sepanjang 3cm oleh alat pencacah kemudian didorong menuju tong plastik yang akan berfungsi sebagai tempat meyimpan silase (silo).
Setelah itu, cacahan hijauan di dalam tong dipress untuk memadatkan dan membantu menciptakan kondisi kedap udara (anaerob). Selain itu mesin ini menggunakan tong plastik kapasitas 100 kg sebagai silo silase yang dapat dipakai berkali-kali sehingga ramah lingkungan dan meminimalisir biaya produksi dibandingkan menggunakan plastic sekali pakai.
Nilai Strategis Teknologi Silase
Windu Negara menerangkan kabupaten Bandung Barat dipilih sebagai lokasi diseminasi teknologi pakan silasi menggunakan mesin Comprage ini, karena merupakan salah satu sentra penting peternakan sapi perah di Indonesia. Meskipun demikian, para peternak di Kabupaten Bandung Barat selalu mengalami kesulitan penyediaan pakan hijauan setiap tahun karena tingginya alih fungsi lahan pertanian akibat meningkatnya jumlah penduduk.
Maka, para peternak perlu membuat lumbung pakan untuk menjamin ketersediaan pakan sepanjang tahun. Silase dapat dijadikan solusi untuk menabung pakan berlimpah di musim penghujan dan dipakai untuk memenuhi kebutuhan di musim kemarau. Namun pembuatan silase secara manual tidaklah praktis dan cukup menyita waktu peternak apalagi jika membuat silase dalam skala besar.
Diseminasi teknologi mesin silase ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan dan seluruh tahapan kegiatan ini telah selesai dilaksanakan dan diakhiri dengan acara sosialisasi dan pelatihan teknologi budidaya ternak ruminansia pada 8 Desember 2020.
Kegiatan ini terlaksana melalui Program Produk Teknologi yang Didiseminasikan Kepada Masyarakat (DPTM) tahun 2020. Pelaksanaan kegiatan ini bermitra dengan kelompok peternak sapi perah Bina Kitri Bersama dan Cipeusing Mandiri.
Acara sosialisasi dan penyerahan teknologi mesin silase dihadiri oleh Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian (PTPP) BPPT - Dr Dudi Iskandar mewakili Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB), Dr Soni Solistia Wirawan. Hadir pula stakeholder terkait pengembangan peternakan Kabupaten Bandung Barat, diantaranya Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bandung Barat - Undang Husni Thamrin, dan R Herry - Kepala Divisi Pengelolaan Lingkungan dan Sosial PT Biofarma (persero). ist/ed/ute