Membedah Teknik Budidaya Kambing Boerka

Membedah Teknik Budidaya Kambing Boerka

Foto: ist/dok.ZOOM-Kementan


Jakarta (TROBOSLIVESTOCK.COM). Persilangan kambing unggul boer pejantan dengan betina kambing kacang diharapkan dapat meningkatkan performans produksi kambing keturunannya.

 

“Penelitian ini sudah dilakukan cukup lama dan sudah dilepas oleh Menteri Pertanian yang saat ini disebut dengan Kambing Boerka Galaksi Agrina,” sebut Simon Elieser Sinulingga, Peneliti Madya Pemuliaan dan Genetika Ternak pada Bimbingan Teknis berbasis online (14/7).

 

Kambing Boerka merupakan jenis kambing potong. Bobot badan ternak jantannya mencapai 55 - 85 kg, ternak daranya sekitar 18 - 22 kg, sedangkan untuk balibul (bawah 5 bulan) mencapai 16 - 20 kg. Simon juga menyampaikan bahwa  Kambing Boerka juga memiliki beberapa keunggulan lainnya seperti memiliki daya adaptasi tinggi lingkungan tropis, bobot badan umur 1 tahun mencapai 35 kg, karkas 49-51 %, jumlah anak sekelahiran 1,6-1,7 ekor per induk, bahkan memiliki perlemakannya cukup baik dan dagingnya relatif empuk.

 

Kambing Boerka diperoleh dengan mengawinkan Kambing Boer jantan dengan Kambing Kacang betina lokal. Kambing Boer jantan yang diimpor memiliki bobot badan 60 - 70 kg.

 

“Kambing Boer jantan yang dipilih bukan yang memiliki bobot badan yang besar di atas 100 kg agar Kambing Kacang betina masih mampu menopang bobot badan dari Kambing Boer jantannya,” jelasnya. Kambing Boer jantan dan Kambing Kacang betina lokal dikawinkan sampai pada F5 yang bertujuan untuk menghilagkan sifat heterosisnya dengan melakukan seleksi pada bibit unggul.

 

Manajemen Pemeliharaan Kambing Boerka

Untuk menghasilkan ternak kambing sebagai sumber bibit, para peternak harus mengatur perkawinan dan melakukan seleksi bibit. “Sebelum mengatur perkawinan, setiap ternak harus diidentifikasi dengan pemberian eartag, fungsinya untuk memudahkan kita mengingat setiap ekor ternaknya,” imbuhnya. Identifikasi dilakukan dengan pencatatan nomor ternak (induk, pejantan, anak), tanggal (kawin, melahirkan, mutasi, pengobatan), serta bobot (lahir, sapih, muda atau 6 - 9 bulan, dewasa atau 12 bulan).

 

Setelah pencatatan dilakukan kemudian dilakukan perkawinan. Perkawinan tidak boleh dilakukan pada ternak yang memiliki hubungan sedarah. “Dari pencatatan yang telah dilakukan kita bisa mengetahui apakah ternak yang akan dikawinkan memiliki hubungan sedarah atau tidak,” katanya.

 

Selain itu, perkawinan juga harus terjadwal. Hal ini dilakukan untuk memudahkan para peternak dalam merawat ternaknya agar lebih terfokus, sehingga nantinya akan ada jadwal musim kawin, musim induk bunting, musim partus atau lahirnya ternak dan musim menyusui. Jadi peternak akan lebih mudah dalam merawat induk yang sedang bunting, induk yang akan melahirkan, induk yang sedang menyusui dan anak-anak yang akan lepas sapih.

 

Selain sistem perkawinan, kandang juga dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Kandang yang baik adalah kandang yang nyaman untuk ternak, terdapat sekat untuk membedakan kandang jantan dewasa, jantan muda, induk, lepas sapih, induk menyusui dan beranak. Kemudian kandang yang baik juga kandang yang dapat memudahkan tata laksana pemeliharaan, efisien dalam penanganan penyakit, pemberian pakan dan pembersihan.

 

Harus diperhatikan jarak antar lembaran papan lantai kandang. Jika terlampau lebar, maka anak kambing dapat terjepit kakinya, sedangkan jika terlamapu sempit, maka kotorannya tidak jatuh.

 

Pakan yang diberikan bisa berupa hijauan 10 – 20 % dan konsentrat 1 – 2 % berdasarkan bobot badan. Jumlah pakan yang diberikan harus diperhatikan apakah cukup atau tidak, hal ini dapat dilihat melalui sisa pakan.

 

“Sisa pakan merupakan rumput yang bisa termakan oleh ternak, jika terdapat sisa pakan maka jumlah pemberian pakan pada ternak berarti sudah cukup,” jelas Simon. Para peternak juga harus membuat strategi pemberian pakan yang membedakan pada induk bunting, induk yang akan melahirkan, induk menyusui dan anak-anak yang lepas sapih.

 

Simon juga menyarankan bahwa dapat mengganti konsentrat dengan indigofera. Indofera sendiri merupakan hijauan jenis leguminosa yang produksinya cukup tinggi yaitu 90 - 120 ton/ha/tahun, umur pemotongan pertama 6 bulan, interval pemotongan 40 - 60 hari, kandungan protein cukup tinggi yaitu 25-27 %, sangat disukai ternak, serta serat kasar yang relatif rendah. Sehingga dapat digunakan sebagai pengganti konsentrat.

 

Andi Saenab menyampaikan informasi terkait peyebaran Kambing Boerka dengan target penyebaran sekitar 530 ekor per tahun dari total penyebaran sekitar 1.243 ekor. Saat ini sudah ada 16 wilayah penyebaran yaitu Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Aceh, Sulawesi Utara, Sulawei Tenggara, Bengkulu, Maluku Utara, Sumatera Utara, Bali, Kepulauan Riau. Rencana tahun ini adalah Sulawesi Selatan. ed/shara

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain