Mengintip Cara Penggembalaan Sapi Brahman Cross di Kalsel

Mengintip Cara Penggembalaan Sapi Brahman Cross di Kalsel

Foto: ist/dok.IACCB


Kalimantan Selatan (TROBOSLIVESTOCK.COM). Menyandang status sebagai Badan Usaha Milik Petani (BUMP),  PT Cahaya Abadi Petani (CAP) mengoperasikan usaha pembiakan sapi potong dengan sistem open grazing.

 

Operasi bisnis BUMP ini seakan menegaskan jika Indonesia masih memiliki potensi lahan untuk dikembangkan menjadi lokasi penggembalaan sapi potong. Penggembalaan sapi ini harus mengikuti produsedur operasional strandar supaya stock man lebih mudah dan terarah dalam menjalankan tugasnya.

 

Animal welfare (kesejahteraan hewan) harus diperhatikan. Manajemen pakan dan pemeliharaan juga harus dilakukan secara rutin dan regular. Sebab tidak bisa jika misalnya pagi ini dilepas atau kemudian diberikan suplementasi, tapi kemudian besoknya sudah beda lagi, sehingga kegiatan yang tidak regular ini akan berpengaruh terhadap sapinya dan itu menimbulkan stres, akhirnya produktivitas akan rendah,” ungkap Senior Technical Advisor PT CAP - Esnawan Budisantoso.

 

“Instalasi air minum perlu dipastikan ketersediaannya, apakah di situ ada sumber air minum di padang penggembalaan atau air minum harus dibawa dari sumbernya ke paddock-paddock sapi. Kemudian selanjutnya adalah pemilihan bangsa sapi, apakah kita akan memilih sapi lokal, cross breed, atau impor,” urai dia.

 

Berikutnya ialah terkait bagaimana perkawinannya, apakah menggunakan inseminasi buatan (IB) atau menggunakan pejantan (kawin alam). Dalam kasus ini, ia mengaku menggunakan sapi brahman cross (Bx)dimana ini merupakan sapi-sapi yang disukai oleh feedloter atau perusahan-perusahaan fatening di Indonesia. Pasalnya produktivitas sapi Bx cukup tinggi, dagingnya disukai, kemudian sapi ini relatif tahan di daerah tropis.

 

Pun peternak juga harus melihat body condition score (BCS) sapi-sapi breeding, dimana sebaiknya di angka BCS 3 dari skala 5. Esnawan mengingatkan supaya jangan sampai sapi terlalu kurus atau terlalu gemuk. Sebab sapi yang terlalu kurus tidak akan produktif, sehingga sapi tidak bisa mating atau tidak bisa bunting. Sebaliknya jika sapi terlalu gemuk, maka deposit fat-nya nanti juga akan mempengaruhi terhadap fertilitas.

 

“Kemudian bagaimana keahlian dari stock man tersebut untuk mengindentifikasi penyakit yang ada di situ, seperti menolong sapi ketika terjadi distokia atau kesulitan melahirkan dan lain-lain. Berikutnya SDM yang harus kita tingkatkan dan bagaimana administrasi pencatatannya dilakukan,” kata dia.

 

Adapun untuk di lahan penggembalaan terbuka, Esnawan mengimbuhkan, pagar merupakan komponen yang  penting untuk sistem penggembalaan terbuka ini. Terdapat dua jenis pagar, yakni pagar permanen dan pagar kejut listrik.

 

Ada energizer atau sumber listrik dari solar cell atau sinar matahari, dimana ini akan mengalirkan listrik. Untuk pagar kejut sendiri tegangan listriknya sekitar 5.000-an volt, tetapi ini tidak membahayakan manusia karena tidak kontinyu.

 

“Pagar kejutnya sebentar-sebentar sehingga hanya dengan satu helai kabel saja. Setelah sapi dilatih, dia tetap akan ada di dalam paddock. Sapi tidak lari ke mana-mana sehingga sapinya bisa terkontrol,” tandasnya.

 

Di sisi, Esnawan menjelaskan bahwa untuk daerah penggembalaan yang kurang aman, biasanya sapi dilepas atau digembalakan di siang hari, kemudian malam hari dimasukkan ke kandang. Peralatan yang perlu disiapkan yaitu adalah pagar kejut (electric pan) atau pagar permanen untuk rotasi grazing tersebut, kandang jepit, cattle yard, timbangan sapi dan lain-lain.ed/bella

 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain