Proyeksi Produksi Jagung 2024

Proyeksi Produksi Jagung 2024

Foto: Dok. Ramdan


Industri pakan nasional pada 2024 diperkirakan akan tumbuh sekitar 5 %, seiring dengan meningkatnya perekonomian Indonesia dan adanya perhelatan pesta demokrasi, serta bantuan sosial dan kegiatan pemerintah yang menyertakan produk protein hewani

 

Tahun 2023 hampir berakhir, tentunya selama menjalani tahun ini banyak tantangan serta peluang yang dihadapi industri pakan. Salah satunya ketersediaan dan keberlanjutan bahan pakan yang masih menjadi perhatian utama dalam industri peternakan nasional.

 

Melihat potret industri pakan ternak di 2023, terjadi peningkatan produksi pakan berkisar 1 – 3 %. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) yang telah diekstrakulasi oleh Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), ada penurunan produksi pakan sekitar 12,8 % di 2020 akibat Covid-19 dan baru kembali normal pada 2023.

 

Hal berikut diungkapkan oleh Desianto Budi Utomo, Ketua Umum GPMT dalam Diskusi Panel GPMT yang mengangkat tema ‘Sustainability Feed Industry in Indonesia 2024’ pada Selasa (14/11) di Hotel Avenzel, Kota Bekasi, Jawa Barat. Ia melanjutkan, adanya peningkatan sebesar 2,9 % pada jumlah bersih produksi pakan konsentrat layer (ayam petelur) di 2023 dari sekitar 21,3 juta ton di 2022. Kemudian realisasi kebutuhan jagung di 2023 yang sangat rendah terjadi bersamaan dengan hari raya Idul Fitri, sehingga daya serapnya turun lalu terkompensasi di bulan berikutnya.

 

“Total kebutuhan jagung pada 2023 sebanyak 8.343.649 (8,3 juta) ton dengan rata-rata 695.304 ton per bulan, dan asumsi kebutuhan jagung untuk formulasi pakan sebanyak 48 %. Namun, ternyata total realisasi kebutuhan jagung hingga September 2023 hanya sebesar 5.646.483 (5,6 juta) ton dengan rata-rata 627.276 ton per bulan, dan asumsi kebutuhan jagung untuk formulasi 43 %,” lapornya.

 

Ia memperkirakan bahwa dampak el nino (musim kemarau yang panjang) pada 2023 membuat panen jagung di Kuartal I 2024 akan mengalami kemunduran dan mempengaruhi ketersediaan jagung hingga Kuartal II 2024. Kemudian sustainability bahan pakan impor akan bergantung pada dampak dari situasi geopolitik global dan harga serta situasi panen di negara-negara produsen dan pengekspor bahan pakan. Sementara itu, melemahnya nilai tukar rupiah akan berdampak terutama terhadap harga bahan pakan impor yang volumenya mencapai 30 – 35 % dalam formulasi pakan.

 

Industri Pakan Tumbuh

Desianto menuturkanmelalui diskusi yang panjang dan sesi yang mendalam, berdasarkan perhitungan tentang kebutuhan daging ayam dan telur serta soybean meal (bungkil kedelai), setelah di ekstrakulasi bahwa 2024 akan tumbuh sekitar 5 %. “Dengan kebutuhan jagung 2024 sebanyak 8,3 juta ton, akan sangat bergantung pada ketersediaan produksi jagung lokal,” cetusnya.

 

Dampak el nino membuat jagung menjadi telat tanam dan panen. Yang tadinya panen raya jatuh pada Januari – Februari, mundur menjadi Februari – Maret atau bahkan April. Sedangkan Hari Raya Idul Fitri 2024 akan jatuh pada pertengahan April, pada momen ini serapan akan berkurang. “Jadi el nino benar-benar membuat kita terpuruk, dalam artian supply jagung,” jelasnya.

 

Pada 2024 merupakan tahun politik (tahun perhelatan pesta demokrasi), di mana diharapkan ekonomi masyarakat akan tumbuh serta banyaknya program pemerintah yang akan disalurkan kepada masyarakat, termasuk produk-produk protein hewani. Diperkirakan pula pada 2024 tidak terjadi el nino, sehingga kebutuhan jagung untuk pabrik pakan dapat tercukupi. Selain itu, adanya program pemerintah untuk melakukan peningkatan produksi beras dan jagung di 2024.

 

“Berlandaskan faktor-faktor tersebut, maka industri pakan nasional untuk 2024 diperkirakan akan tumbuh sekitar 5 %. Oleh itu, ketersediaan jagung sebagai bahan pakan utama, perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah, terutama terkait data produksi dan stabilisasi ketersediaan dan harga. Pemerintah perlu mengatur regulasi tentang pengaturan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dan juga Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi bahan pakan yang lebih lebih berpihak pada industri pakan,” tandas Desi.

               

Situasi Stok Jagung di Feedmill

Melihat data dari penyerapan jagung lokal per bulan oleh feedmill, Azrul Arifin, Badan Pengurus GPMT Bidang Organisasi dan Hubungan Antar Lembaga menyampaikan bahwa di Januari antara stok dan serapan jagung di 2023 dapat dikatakan seimbang. Hal tersebut ia sampaikan dalam pemaparannya pada kegiatan AgroTime Series 1 bertemakan ‘Kebijakan Impor dan Kemampuan Produksi Jagung Nasional’ pada Selasa (5/12) secara online.

 

 Lanjutnya, building stock dilakukan di April karena memang biasanya produksi jagung lebih sedikit. Sementara penyerapan jagung pada Kuartal I terus meningkat, walaupun stoknya juga otomatis meningkat tetapi masih kurang. Di Mei, produksi jagung mulai meningkat karena adanya panen dan feedmill melakukan building stock atau penyerapan jagung yang optimal.

 

Tetapi di akhir Mei, jumlah serapan jagung makin lama semakin turun sampai dengan Oktober, angkanya yang semakin kecil. “Untungnya kita punya stok yang cukup walaupun terus tergerus dengan penyerapan yang terus menurun dari Kuartal III dan IV. Ini terus menggerus stok yang ada di feedmill karena penyerapan jagung atau replacement jagungnya semakin sedikit,” paparnya.

 

Sementara itu, umur inventory dari stok jagung yang ada di feedmill di 2019 memang terbilang masih ideal, yakni 60 hari atau 2 bulan. Namun situasi saat ini di 2023 karena produksi jagung sangat rendah, terlihat bahwa titik terendah stok jagung di feedmill terjadi di April. Dimana umur inventory yang ada di feedmill hanya 25 hari.

 

“Dalam 5 tahun terakhir, stok terendah feedmill atas inventory jagung itu terjadi di April 2023. Dan tidak ada data yang di atas 45 hari pada 2023, jadi cukup mengkhawatirkan posisi umur jagung yang ada di feedmill di 2023 ini,” cemasnya.

 

Di sisi lain, Azrul mengungkapkan berdasarkan data benih pada 2024, proyeksi kebutuhan benih di tahun depan dari free market sekitar 45,121 Mton per 3 juta ha, sementara bantuan pemerintah 17,335 Mton per 1,2 juta ha. Sehingga total estimasi kebutuhan dari benih pada 2024 adalah 62,456 Mton per 4,2 juta ha.

 

Sementara berdasarkan perhitungan benih yang dikeluarkan, harapannya produksi jagung dari free market sebesar 18,1 juta ton, dari bantuan pemerintah 5,8 juta ton. Maka harapannya, total produksi jagung yang dihasilkan dari perhitungan benih yang dikeluarkan menjadi 23,9 juta ton.

 

“Jagung merupakan tanaman pangan dan merupakan komponen utama dalam formulasi pakan unggas baik broiler (ayam pedaging) maupun layer(ayam petelur) hingga mencapai 40 – 45 %. Industri pakan dapat  menyerap hingga 70 % produksi jagung nasional. Kelangkaan jagung sebagai bahan baku utama pakan unggas ini dapat berpengaruh terhadap produksi pabrik pakan serta peternak layer yang melakukan selfmixing,”ujarnya.

 

Ia mengatakan, pemerintah sebaiknya memiliki program buffer stock nasional untuk jagung. Sedangkan harga acuan pemerintah untuk jagung sebaiknya menggunakan harga acuan regional. Ia berharap adanya upaya untuk terus meningkatkan produktivitas produksi jagung lokal guna menunjang kebutuhan pabrik pakan yang terus tumbuh setiap tahun.

 

Selain itu, perlu dicarikan solusi pada saat panen agar pelabuhan muat (terutama Bima dan Sumbawa) dapat terhindar dari kongesti yang cukup lama. Juga efisiensi biaya logistik antar pulau untuk komoditi jagung, karena banyaknya feedmill di Jawa, sedangkan sentra produksi juga tersebar di luar Pulau Jawa.

 

Perkiraan Kebutuhan Benih Jagung

Pada kesempatan yang sama, Adhie Widihartho, Sekretaris Jenderal Masyarakat Perbernihan dan Perbibitan Indonesia (Sekjen MPPI), mengutarakan bahwa menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung pipilan kering dengan kadar air (KA) 14 % pada 2023 diperkirakan sebesar 14,46 juta ton. Jumlah ini ternyata mengalami penurunan sebanyak 2,07 juta ton atau 12,50 % dibandingkan pada 2022 yang sebesar 16,35 juta ton.

 

Dengan rata-rata produksi jagung nasional 5,4 ton per ha, maka ada 2,678 juta ha lahan yang tertanam jagung, total dari musim basah dan kering. Dan dari total 2,678 juta ha kalau kebutuhan benih 15 kg per ha, maka ada kurang lebih 40,2 ribu ton benih jagung yang digunakan.

 

“Sebenarnya, Kementan mencanangkan target produksi pertanaman jagung mencapai 23,34 juta ton. Tetapi karena adanya el nino, produksi jagung di Indonesia sangat berkurang sehingga produksi kita diperkirakan hanya sebesar 14,46 juta ton. Kalau melihat ini maka kebutuhan jagung harusnya tidak perlu impor karena produksinya sudah cukup untuk mencukupi total kebutuhan pabrik pakan, peternak mandiri, maupun industri makanan (pangan). Masih ada surplus 1 juta ton kalau kita perkirakan,” duganya.

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 291/ Desember 2023

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain