Manajemen Pakan di Ternak Ruminansia

Manajemen Pakan di Ternak Ruminansia

Foto: Istimewa


Lampung (TROBOSLIVESTOCK.COM). Indonesia adalah satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki populasi ruminansia yang cukup besar seperti sapi kisaran 16,6 juta ekor, kambing berkisar 14,5 juta ekor, dan domba berkisar 18,6 juta ekor. Diikuti dengan kebutuhan akan daging ruminansia cukup tinggi. Oleh karena itu, permasalahannya Indonesia memiliki 2 musim yakni musim penghujan dan kemarau. Alhasil ketersediaan pakan cukup melimpah di musim penghujan dan menurun di musim kemarau.

 

Mengupas tentang permasalahan pakan dan kesehatan, Balai Veteriner Lampung (Bvet Lampung) menggelar webinar Talk Series 13 bertajuk ‘Manajemen Ternak Kambing dan Domba: Dari Nutrisi hingga Kesehatan’. Acara ini berlangsung secara daring via apilkasi Streaming Youtube dan Zoom Meeting. Adapun narasumber dalam kegiatan ini yakni Dosen Dept. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (Fapet UGM), Prof Irkham Widiyono.

 

Ia menjelaskan, pada kondisi pakan tersedia cukup banyak dan kebutuhan energi rendah, maka energi yang tersedia digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan kelangsungan hidup yang dibutuhkan segera seperti sintesis protein, termogenesis, mempertahankan gradien ionik, dan beraktivitas. Selain itu juga, digunakan untuk kebutuhan jangka panjang seperti pertumbuhan, fungsi kekebalan, dan reproduksi. Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan sebagai lemak di dalam jaringan lemak.

 

Sebaliknya, pada kondisi kekurangan pakan atau ketersediaan pakan yang terbatas, maka energi akan lebuh diutamakan untuk bertahan hidup dibanding untuk proses pertumbuhan, produksi, dan reproduksi. “Sementara ada 2 underfeeding yakni pertama underfeeding absolut adalah tidak ada pakan dalam jumlah yang cukup. Kedua underfeeding relative ialah ketersediaan pakan yang cukup dengan kualitas dan kuantitasnya tetapi asupannya kurang contohnya hewan produksi susu tinggi di awal laktasi,” sebut dia.

 

Prof Irkham mengungkapkan, penurunan asupan pakan mengakibatkan penurunan asupan energi dan protein. Sebagai akibatnya terjadi lipolysis, proteolysis serta penurunan sintesis lemak dan protein, kondisi tubuh merosot, kekebalan merosot, dan terjadi ketosis. Disisi lain dapat terjadi hipokalsemia, hypomagnesemia, laminitis, penyimpangan abomasum, retensi plasenta, fat cow syndrome, mastitis, metritis, dan infeksi parasite gastrointestinal.

 

Kemudian bila penurunan pakan sampai 50 % dari asupan ad libitum selama 14 hari mengakibatkan penurunan kadar insulin dan glukosa darah, serta peningkatan kadar progesteron dan none-esterified Asam Lemak (NEFA) di dalam darah yang terlihat akut sejak hari ke-4. “Lebih lanjut, penghentian pemberian pakan (puasa) selama 4 hari pada hewan yang sedang bunting 130 hari mengakibatkan ketosis (peningkatan NEFA dan asam beta-hidroksibutirat (BHBA), pelemakan hati (fatty lever) dan disfungsi hati, yang ditandai dengan peningkatan aktivitas Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) dan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) di dalam tubuh,” cetus Prof Irkham.roid

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain