Urgensi NKV pada Peternakan Layer

Urgensi NKV pada Peternakan Layer

Foto: 


Sertifikasi NKV merupakan usaha pemerintah untuk melindungi konsumen agar mengkonsumsi produk hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal)

 

Berawal dari kebutuhan untuk menjual hasil telur antar provinsi, Purwanti pemilik FA Farm di Desa Tegalsari, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampungmulai mempersiapkan persyaratan untuk mendapatkan NKV pada 2018 dan NKV-nya diterima pertengahan 2019. “Hanya sesuai kebutuhan, saya programkan NKV level dua karena untuk jual telur antarprovinsi, belum kepikir untuk sampai ekspor. Saya termasuk kloter pertama peternak layer (ayam petelur) di Provinsi Lampung yang mengurus NKV. Selain untuk tiga kandang yang dimiliki, saya daftarkan juga gudang telur untuk memperoleh NKV,” ungkap Purwanti kepada TROBOS Livestock.

 

Senada dengan Purwanti, Rony Agustian, peternak layer asal Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung menuturkan bahwa NKV akan berhubungan dengan distribusi produk peternakan ayam petelur, dalam hal ini telur. Pada 2019, Pinsar Petelur Nasional (PPN) wilayah Lampung menginisiasi untuk pembuatan Nomor Kontrol Veteriner (NKV). “Awalnya kita sendiri tidak mau ikut, karena setelah dilihat persyaratannya site plan di farm harus banyak diubah. Sementara, kita memang waktu membangun farm tidak merencanakan site plan sesuai persyaratan dalam mendapatkan NKV,” ujarnya.

 

Membutuhkan Usaha dan Dana

Memang diakui Rony, dalam mengubah denah lokasi farmnya cukup mengalami kesulitan karena bangunan farm sudah jadi. Misalnya tata letak gudang yang tidak semestinya, membuat spryer dll agar sesuai dengan biosekuriti tiga zona. Dimana biosekuriti tiga zona merupakan salah satu syarat utama untuk mendapatkan NKV. “Alhamdulillah farm kita mendapatkan NKV pada akhir 2019 dengan status level 2. Memang prosesnya cukup cepat karena asosiasi bergerak sangat intens selain dukungan dinas yang cukup baik,” cetusnya.

 

Senada dengan Rony, Purwanti yang juga Ketua Koperasi PPN Lampung mengemukakan memang untuk membangun sarana dan prasarana agar sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) yang ditentukan tim audit NKV, termasuk untuk biosekiriti tiga zona butuh dana besar juga. Namun ia jalani karena yakin tujuannya tidak saja terjaminnya keamanan pangan bagi masyarakat, khususnya telur, tetapi juga bagi peternak pasti banyak manfaat yang bakal diperoleh setelah mendapat NKV.

 

Sementara Kusno Waluyo, pemilik Sekuntum Farm di Kabupaten Lampung Timur, Lampung utarakan memang pada awalnya untuk menyiapkan sarana dan prasarana dalam memenuhi SOP dalam sertifikasi NKV tersebut membutuhkan biaya. “Namun biaya tersebut akan tertutupi oleh manfaat yang diperoleh setelah ber-NKV,” ujarnya.

 

Manfaat Setelah Mendapat NKV

Menurut Kusno, manfaat dari NKV yang didapat oleh peternak layer dengan adanya pengakuan dan jaminan higienitas serta sanitasi yang dijalankan farm oleh pemerintah dan kewajiban peternak memenuhi aturan pemerintah. Dengan menjalankan SOP yang ditetapkan pemerintah maka otomatis tata kerja dan proses yang berlangsung di farm lebih baik. Jika ada persoalan akan lebih mudah menelusuri dan menanganinya. Lalu dengan menjalankan SOP tersebut penyakit jauh berkurang. “Jika terjadi kasus penyakit maka lebih mudah untuk menelusurinya. Lalu kepercayaan konsumen terhadap produknya juga meningkat,” cetusnya.

 

Purwanti menyatakan banyak manfaat yang diterima setelah peternak mempunyai NKV. Di antaranya, produksi telur lebih optimal, telur bisa masuk ke pasar modern, lebih efisien dalam penggunaan obat-obatan, penyakit jauh berkurang, pekerja lebih terlatih dan prosedur kerja jelas dan kebersihan kandang lebih terjaga.

 

Lalu setelah lima tahun mengantongi NKV maka kalau dihitung-hitung biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi persyaratan NKV tempo hari sudah terbayar. Apalagi sekarang pemerintah memberlakukan persyaratan NKV bagi telur yang dikirim keluar provinsi, sehingga peternak yang sudah mempunyai NKV tinggal menjalaninya saja tanpa ada hambatan.

 

“Saya bersama asosiasi PPN sudah melakukan sosialisasi ke sesama peternak untuk segera mengurus NKV karena memang merupakan kewajiban yang harus dipenuhi peternak. Tetapi hingga saat ini, di Gadingrejo baru saya saja yang sudah ber-NKV. Untuk itu saya harapkan pemerintah lebih gencar lagi melakukan sosialisasi kepada peternak agar segera mengurus NKV,” ujarnya.

 

Ia menuturkan rata-rata alasan peternak belum mengurus NKV terkendala faktor biaya. Namun karena saat ini harga telur lagi bagus maka jika pemerintah melakukan sosialisasi tentu momentumnya pas, peternak lagi untung, walaupun tidak besar. “Dengan harga telur di kandang sebesar Rp 27.000 – 28.000 per kg, maka ada untung sekitar Rp 1.000 – 2.000 per kg yang diterima peternak karena Harga Pokok Produksi (HPP) sekitar Rp 26.000 per kg disebabkan harga jagung sudah turun. Berbeda dengan sebelumnya ketika harga telur Rp 24.000 – 25.000 per kg maka untuk balik modalnya saja kurang, sementara harga jagung tinggi hingga Rp 7.500 per kg,” urai Purwanti.

 

Disebutkan Rony, selama kurang lebih 5 tahun mempunyai sertifikat NKV, banyak manfaat yang telah didapat. Diantaranya, karyawan kandang atau anak kandang lebih disiplin dalam menerapkan biosekuriti. Kondisi kandang lebih bersih, karena sangat disiplin dalam membersihkan kandang.

 

Menurut Ketua Koperasi Berkah Telur Blitar (BTB), Yesi Yuni Astuti bahwa NKV merupakan bentuk wujud hadirnya pemerintah dalam melindungi masyarakat atau konsumen dari produk pangan asal hewan. Maka dari itu semua produsen yang memiliki produk pangan asal hewan, memang harus melengkapi diri dengan izin yang bernama NKV. “Tujuan pembuatan NKV ialah untuk melindungi konsumen atau masyarakat serta menginformasikan kalau produk ber-NKV sudah sah memenuhi syarat higienis, sanitasi, dan kehalalannya. Peternakan saya sudah ber-NKV sejak 2020,” jelas Yesi.

 

Jenny Soelistiani, Ketua Umum Pinsar Petelur Nasional (PPN) wilayah Lampung, memaparkan, sejak 2019 peternakannya sudah memiliki NKV. Ia menggarisbawahi, bahwa NKV mengubah habbit (kebiasaan) peternak dan performa ternak lebih bagus. Sehingga praktek NKV seperti biosekuriti, dampaknya ayam lebih sehat dan kasus penyakit lebih bisa diminimalisir karena recording-nya lebih bagus. Dalam pengobatannya pun terkontrol dengan dokter hewan dan rutin tes laboratorium, misalnya ada koordinasi atau edukasi akan dicatat dan diadministrasikan. Sehingga administrasinya semakin baik dan record-nya baik, akhirnya terjadinya manajemen yang baik di dalam farm tersebut.

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Livestock edisi 295/ April 2024

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain