Meningkatkan Produktivitas Domba Unggul Indonesia

Meningkatkan Produktivitas Domba Unggul Indonesia

Foto: 


Jakarta (TROBOSLIVESTOCK.COM). Pemenuhan kebutuhan protein hewani khususnya daging, memang menjadi tantangan dalam peningkatan produktivitas komoditi peternak. Saat ini, produktivitas daging tertinggi berasal dari daging ayam dan sapi. Namun, produksi daging dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan daging nasional. Oleh karena itu, daging domba salah satu potensi mensubtitusi kebutuhan daging nasional.

 

Adapun dalam kesempatan pengukuhan Profesor Riset Pusat Riset Peternakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Endang Romjali. Pada pidato pengukuhan profesor dalam bidang ilmu peternakan khususnya Pemuliaan dan Genetika Ternak, ia mengangkat topik berjudul ‘Teknologi Pemuliaan Dalam Meningkatkan Produktivitas Domba Unggul indonesia’.

 

Ia menjelaskan, domba eksotik yang telah didatangkan ke Indonesia memiliki potensi untuk peningkatan produktivitas domba lokal. Namun, tingkat produktivitas domba sangat erat kaitannya dengan lingkungan setempat, termasuk ketersediaan pakan dan kondisi pra-produksi penyakit. Di lingkungan tropis lembab seperti di Indonesia, pemeliharaan domba dengan sistem penggembalaan di perkebunan harus memiliki daya adaptasi yang baik. Kendati demikian, hasil pengamatan anak domba lokal Sumatera dan persilangannya dengan domba eksotik yang dipelihara pada kondisi lingkungan yang sama menunjukkan kinerja produksi yang beragam.

 

“Indonesia merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perkembangan parasit internal seperti Haemonchus contortus, yang dapat signifikan menurunkan performa ternak dengan mengambil sebagian nutrisi dari tubuh ternak. Siklus hidup parasit ini melibatkan telur cacing yang keluar bersama feses domba, kemudian menetas dan menjadi larva di lingkungan penggembalaan. Larva tersebut kemudian termakan oleh domba saat mereka makan rumput, dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam tubuh domba. Untuk mengatasi masalah ini dan meningkatkan produktivitas domba, inovasi teknologi pemuliaan untuk menghasilkan domba unggul yang tahan terhadap parasit internal ini sangat diperlukan,” ungkap dia.

 

Endang menjabarkan, pengembangan teknologi pemuliaan dapat dikelompokkan menjadi 2 yakni pertama teknologi pemuliaan konvensional merupakan persilangan dan seleksi. Dalam peningkatan mutu genetik yang tidak terlepas dari kegiatan persilangan seleksi, serta pelaksanaan sistem perkawinan yang tepat sesuai dengan target yang akan dicapai. Selain, dapat menciptakan induk domba yang memiliki sifat-sifat lebih baik, juga dapat memanfaatkan heterosis. Heterosis yaitu terjadinya peningkatan produktivitas keturunan dari hasil persilangan dibandingkan dengan rata-rata produktivitas tetuanya.

 

Kendati demikian, seleksi dengan mempertahankan individu-individu yang memiliki gen-gen yang terbaik berdasarkan nilai pemuliaan atau breeding value untuk dapat diturunkan ke generasi berikutnya.”Kedua teknologi non konvensional menggunakan informasi data genom. Dalam perkembangan teknologi molekuler yang saat ini semakin pesat, dimulai sejak dengan adanya teknologi Polymerase Chain Reaction (PCR) dan teknologi sequencing. Sementara, teknologi lainnya yang mulai berkembang di Indonesia adalah teknologi berbasis genom. Disisi lain, marka molekuler berbasis genom untuk menentukan adanya keterkaitan antara fenotifik dengan profil genom untuk meningkatkan akurasi dan memperpendek program seleksi dengan melakukan seleksi ternak lebih dini,” sebut Endang.roid

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain